Membuat Kompos dengan Kasih Sayang

Membuat Kompos dengan Kasih Sayang

B Sri Murniati Djamaludin membangun tidak terpakai untuk dijadikan pusat Djamaludin. Demikian pula dengan

erawal dari kesenangan yang

kompos dengan tempat dari barang yang sama terhadap tanaman, sepa-

diperlukan tempat khusus untuk itu.

mahal. Cukup dari barang-barang bekas sang suami-istri, Djamaludin dan

"Secara kebetulan, pengembang

perumahan memberikan lahan yang

yang sudah tidak terpakai," ujar

bahan untuk membuat kompos. "Kita Lebak Bulus menjadi hijau dan sejuk.

kawasan Perumahan Bumi Karang Indah

pelatihan," ungkap Djamaludin. Dengan

bisa memulai membuat kompos dengan Halaman rumah mereka yang berada di

lokasi yang lebih memadai, Djamaludin

sampah organik dari dapur atau dari Blok C, penuh dengan tanaman bunga

dan istri lebih leluasa dalam memberi

sampah sekeliling rumah kita," kata dan bermacam sayuran. Pun yang terlihat

bekal pelatihan pengomposan.

Niniek, panggilan Sri Murniati menim- di halaman rumah para tetangga.

pali.

Djamaludin Suryohadikusumo nama Sementara di bagian belakang kebun, pria itu, yang tentu sudah tidak begitu

terdapat bangunan sederhana dan cukup asing karena dia pernah menjabat seba-

luas yang dipergunakan sebagai tempat gai menteri kehutanan pada 1993-1998.

pelatihan pengomposan. Kebun Karinda Sementara istrinya sempat berkarir di

membuka pelatihan cuma-cuma setiap Departemen Kesehatan. Setelah masa

Selasa dan Sabtu. Sekali pelatihan de- pensiun, Djamaludin tetap aktif di berba-

ngan peserta antara 10 hingga 45 orang. gai lembaga yang peduli pada ling-

"Peserta pelatihan banyak datang dari kungan. Kemudian ia memboyong kelu-

wilayah Jakarta dan sekitarnya. Ada juga arganya ke komplek perumahan itu pada

yang dari Cirebon. Sebagian besar dari tahun 2000.

mereka ibu-ibu PKK, ibu-ibu arisan, ibu- "Setiap kali kami jalan-jalan ke luar

ibu pengajian, dan ibu-ibu komplek. Ada kota untuk menikmati keindahan, pasti

juga anak-anak sekolah," tutur ibu enam yang dicari bibit tanaman untuk kemudi-

anak dan nenek lima cucu ini. an ditanam di halaman rumah," jelas

Djamaluddin dan istri.Foto Bowo Leksono

Banyak orang beranggapan, tidak Djamaludin yang didampingi istri, meng-

gampang dalam mengolah sampah men- awali perbincangan dengan Percik di

Pelatihan Membuat Kompos

jadi kompos. Namun tidak demikian de- Kebun Karinda tak jauh dari rumahnya.

Jangan pernah membayangkan

bahwa pusat pelatihan di Kebun Karinda

ngan Djamaludin dan istri. Ketua dan

itu penuh dengan tumpukan sampah

Wakil Ketua Komite Lingkungan ini

Kebun Pembibitan dan Pengom-

yang kotor dan bau. Wajah bersih dan

memperlakukan kompos dengan penuh

posan

kasih sayang dan membuat kompos de- Sebelum dibangun Kebun Pembibitan

indah sudah terlihat dari bagian depan

ngan tujuan untuk mengurangi sampah. dan Pengomposan Karinda (Karang In-

kebun.

Menurut Djamaludin, pengomposan dah) pada tahun 2006, Djamaludin de-

Bermacam tanaman bunga dan sa-

itu seperti halnya manusia atau makhluk ngan dibantu sang istri melakukan pem-

yuran seperti cabe dan bayam menghiasi

hidup lainnya. "Dalam proses pengom- bibitan dan praktik pengomposan di

bagian kanan dan kiri kebun seluas 300

posan itu terdapat bakteri yang harus rumahnya.

meter persegi. Di bagian sudut kanan,

dipelihara. Mereka juga butuh makan, Di rumah yang asri itulah, Dja-

tempat untuk praktik pengomposan.

minum dan udara untuk bernapas," ujar maludin menerima siapa saja yang mau

Beberapa tempat pembuatan kompos ter-

pria yang mengaku belajar pengomposan belajar membuat kompos atas nama

buat dari bahan-bahan murah dan tak

dari Ibu Harini Bambang Wahono dari Komite Lingkungan. Namun karena per-

terpakai seperti batu bata, paving blok,

Banjarsari, Cilandak, Jakarta Selatan. „ mintaan pelatihan yang semakin banyak,

kayu, dan bambu.

"Tidak usah kita berniat membuat

Bowo Leksono