CETAK BIRU INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA
BAB X CETAK BIRU INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA
Seperti tertuang pada cetak biru pengembangan ekonomi kreatif Departemen Perdagangan pada 2004-2009 bahwa pengembangan ekonomi kreatif tahap pertama di Indonesia (periode 2004-2009), sebenarnya diharapkan menghasilkan kreativitas modal sosial (social capital creation), yang meliputi empat unsur sebagai berikut:
1. Pembentukan komunitas kreatif (creative community formation)
2. Kesadaran berkreasi (awareness creation)
3. Perluasan jejaring (networking expansion)
4. Kolaborasi orang kreatif (creative people collaboration Setelah krativitas modal sosial terbentuk, langkah berikutnya adalah membentuk cetak biru (blue print) industri kreatif Indonesia (Departemen Perdagangan, 2007) yang dibagi menjadi dua tahap utama yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Penguatan (Periode 2007-2015)
Pada tahap ini kontribusi industri kreatif ditargetkan mencapai 6-8 persen terhadap PDB riil nasional, kontribusi ekspor IK diharapkan mencapai 6-8 persen dari ekspor nasional, dan menyerap tenaga kerja minimal 6,5%. Selanjutnya akan meningkatkan jumlah perusahaan 1,5-2 kali lipat dari 2006
2. Tahap Akselerasi (Periode 2015-2025)
Pada tahap ini, ekonomi kreatif ditargetkan memberikan kontribusi sebesar 9-11 persen terhadap PDB riil nasional dan menyerap tenaga kerja mencapai 9-11 persen terhadap tenaga kerja nasional serta pada 2015 akan meningkatkan jumlah usaha yang bergerak dalam sektor industri kreatif 3 kali lipar dari 2006, yaitu sekitar 6,8 juta perusahaan serta ditargetkan akan menciptakan 504 merek lokal baru (new local brand). Pembangunan industri kreatif ini akan mendapatkan hasil yang optimal jika terjadi kolaborasi antar tiga aktor utama, yaitu cendekiawan (intellectuals), kalangan bisnis (businessmen), dan pemerintah (government , atau ya g dise ut de ga triple heli .
TANTANGAN, DAN KESULITAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF
1. Kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan
a. Kekuatan (Strenght)
1) Potensi penduduk dan jumlah peduduk
2) Kaya budaya dan warisan budaya
3) Sumber daya alam yang berlimpah dan menarik
4) Industri kreatif tersebar di berbagai wilayah tanah air
5) Bahan baku industri kreatif kebanyakan bukan impor, tetapi berasal dari lokal.
b. Kelemahan (Weakness)
1) Lemah dalam desain produk, baik dalam jumlah maupun kualitas desain pekerjaan. Kelemahan tersebut disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan wawasan mengenai pasar yang menyebabkan lemahnya desain yang kurang bermutu dan minimnya sentuhan kontemporer. Pendidikan, bimbingan, pembinaan, konsultasi, dan pelatihan yang berkelanjutan merupakan suatu kebutuhan bagi mereka.
2) Lemah
Lemahnya dalam mengomersialisasikan produk tercermin dari minimnya jaraingan pasar, minimnya loyalitas konsumen terhadap produk, dan pada akhirnya nilai tambah yang dinikmati para pengusaha menjadi kecil.
3) Kurang memahami manajemen produksi dan bisnis. Yang berdampak pada ketidakberhasilan untuk meningkatkan peringkat usaha.
4) Etos kerja dan produktivitas masih kurang. Beekerja yang kurang rapi, asal- asalan, asal selesai, asal memenuhi pesanan, asal terjual, mengakibatkan produk kurang berkualitas, biaya tinggi, dan bermasalah dalam pesanan.
5) Menganggap bawa industri kerajinan bukan tempat berkarier yang menjanjikan. Pekerjaan ini dianggap sebagai sambilan yang dikerjakan apabila tidak ada pekerjaan lain.
6) Belum adanya gerakan pengembangan industri kreatif yang menyentuh tingkat bawah dan baru tahap wacana.
c. Peluang (opportunities)
1) Pangsa pasar hasil industri kreatif, baik lokal, nasional maupun global cenderung meningkat
2) Ada kecenderungan semakin diminatinya hasil industri kreatif
3) Ekspektasi konsumen terhadap produk industri kreatif semakin tinggi.
d. Tantangan (challenge) industri
1) Globalisasi dan perdagangan bebas yang menuntut daya saing tinggi
2) Semakin tingginya persaingan produk luar dan jumlah pesaing
3) Kualitas produk pesaing yang relatif lebih tinggi karena sudah menggunakan perangkat teknologi
4) Kemajuan teknologi yang semakin cepat
5) Kurang dimintainya produk dalam negeri oleh sebagian besar masyarakat.
2. Kesulitan Pengembangan ekonomi kreatif
Menurut UNDP-UNCTAD (2008: 40). Ada beberapa kesulitan untuk ekspansi yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Kekurangan modal (lack of capital), terutama modal finansial untuk pengadaan dan pembiayaan operasional ekonomi kreatif. Namun harus dipahami bahwa modal yang utama bagi industri kreatif adalah modal intelektual untuk meningkatkan nilai tambah.
b. Kekurangan ketrampilan berwirausaha (lack of entrepreneurial skills). Ketrampilan berwirausaha meliputi ketrampilan berkreasi, berinovasi, ketrampilan melakukan riset, dan pengembangan, ketrampilan manajerial serta ketrampilan berbisnis.
c. Kekurangan infrastruktur dan kelembagaan (lack of infrastructure and institusions). Infrastruktur ekonomi kreatif berupa regulasi, kemudahan, advokasi, dan sarana lainnya yang diciptakan oleh pemerintah seperti kelembagaan, pembinaan dan perlindungan.
10.2 STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN
1. Permasalah dan cara pemecahannya Permasalahan ekonomi dan sosial, seperti kemiskinan, pengangguran dan urbanisasi serta kesenjangan di perkotaan dan di pedesaan yang semakin meningkat sebenarnya 1. Permasalah dan cara pemecahannya Permasalahan ekonomi dan sosial, seperti kemiskinan, pengangguran dan urbanisasi serta kesenjangan di perkotaan dan di pedesaan yang semakin meningkat sebenarnya
2. Strategi pengembangan Pengembangan ekonomi kreatif sektor tradisional di pedesaan dapat dilakukan dengan cara menciptakan industri-industri pengolahan hasil pertanian, hasil perkebunan, hasil perikanan, hasil kelautan, hasil peternakan, dan hasil pertambangan atau galian. Masyarakat di pedesaan perlu didorong untuk menciptakan nilai tambah dari setiap produk yang dihasilkannya dan pemerintah menciptakan infrastruktur dan sarana produksi untuk mengolah hasil-hasil produksi di pedesaan. Masyarakat di pedesaan perlu pelatihan dan prasarana untuk pengembangan bahan baku lokal yang sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing. Jika pada setiap daerah disediakan sarana produksi lokal dan pelatihan untuk peningkatan nilai tambah yang sesuai dengan potensi lokalnya, maka motivasi masyrakat untuk mengembangkan potensi ekonomi kreatif akan semakin tinggi. Pengembangan ekonomi kreatif di perkotaan di mana terdapat sektor-sektor informal dapat dilakukan melalui penguatan dan pengembangan modal intelektual industri kecil dan menengah informal yang dilakukan melalui pembinaan yang mengarah pada kreasi baru dan nilai tambah baru untuk menghasilkan kekayaan intelektual, seperti paten, merek dagang, royalti, desain yang bahan dasarnya dari pedesaan. Pengembangan ekonomi kreatif di pedesaan perlu diarahkan pada advokasi pengolahan hasil pertanian, perkebunan dan peternakan yang dihasilkan dari sektor tradisional untuk menghasilkan nilai tambah baru. Sementara itu, pengembangan ekonomi kreatif di perkotaan diarahkan pada pembinaan dan penguatan sektor informal, seperti industri kerajinan, makanan, minuman, perdagangan, dan jasa-jasa lainnya melalui rekayasa karakter produk untuk menghasilkan paten, desain, merek dagang dan royalti.