Tingkat Kekritisan Lahan

Peta 9. Tingkat Kekritisan Lahan

commit to user

Lahan merupakan sumberdaya alam yang terdiri dari satu kesatuan antara vegetasi, tanah dan air sehingga keberadaannya perlu dilestarikan dan dijaga agar dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan peruntukannya. Lahan yang sudah mengalami kekritisan maupun yang berpotensi kritis perlu diadakan penanganan yang serius agar dapat berproduksi dengan baik dan terjaga kelestariannya. Oleh karena itu, perlu adanya upaya rehabilitasi lahan yang berfungsi untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi lahan.

Arahan rehabilitasi lahan ini menjelaskan tentang bentuk-bentuk konservasi yang dilakukan baik secara vegetatif maupun teknik pada setiap satuan lahan dengan tingkat kekritisan lahan tertentu. Konservasi lahan merupakan kegiatan sebagai upaya menjaga, mempertahankan, merehabilitasi dan meningkatkan daya guna lahan. Arahan ini didasarkan atas pertimbangan kondisi fisik satuan lahan dan belum mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Dalam penelitian ini arahan rehabilitasi lahan dikelompokkan berdasarkan tingkat kekritisan lahan, besarnya erosi, kelas kemiring lereng, fungsi kawasan, dan penggunaan lahan eksisting pada setiap satuan lahan. Arahan rehabilitasi ini berupa rekomendasi tindakan pengelolaan lahan setiap satuan lahan berdasarkan petunjuk dari Departemen Kehutanan (2009) dengan simbol sesuai pada tabel 1 dan 2 yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Adapun arahan rehabilitasi untuk masing-masing tingkat kekritisan lahan yang ada di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

a. Arahan Rehabilitasi Pada Lahan Sangat Kritis Lahan sangat kritis mempunyai solum yang tipis, kemiringan yang curam,

erosi yang besar, konservasi dan tutupan vegetasi buruk, produktivitas sangat rendah, keadaan batuan tergolong sedang. Lahan pada tingkat kekritisan ini sudah tidak berfungsi secara baik sesuai peruntukannya baik sebagai fungsi lindung maupun budidaya. Di lokasi penelitian yang termasuk lahan dengan tingkat sangat

commit to user

LaCm-Qlla-III-Tg dan (49) LaCm-Qvjl-IV-Tg. Berdasarkan karakteristik lahannya, arahan rehabilitasi pada lahan sangat

kritis dikelompokkan menjadi 4 yaitu : Arahan pertama pada satuan lahan (14) KAcAck-Qvjl-III-Tg dan (49)

LaCm-Qvjl-IV-Tg. Satuan lahan (14) KAcAck-Qvjl-III-Tg karakteristik lahan berupa solum tanah sangat tipis yaitu 9 cm, dengan tingkat bahaya erosi (TBE) sangat berat, kemiringan lereng 24,93 % dan penggunaan lahan eksisting berupa tegalan. Satuan lahan (49) LaCm-Qvjl-IV-Tg mempunyai solum tanah 113 cm, TBE Berat dengan kemiringan lerengnya 38,38 %.

Satuan lahan ini mempunyai fungsi sebagai kawasan penyangga, namun kenyataan di lapangan menunjukkan ketidaksesuaian lahan sehingga arahan rehabilitasi berupa sistem pertanian wanatani (agroforestry) dengan pengolahan tanah minimum, mengingat kemiringan lerengnya masih dapat digunakan untuk budidaya dalam skala terbatas namun tidak mengabaikan fungsi aslinya. Pengolahan tanah di lapangan menggunakan sistem pertanaman menurut garis kontur dengan kemiringan > 20 %, sistem pertanaman ini sudah baik namun melihat dari solum tanahnya yang sangat tipis maka pengelolaan lahan diarahkan dengan teras gulud yang berfungsi sebagai penahan laju aliran air dan meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah. Pembuatan teras gulud akan berfungsi dengan baik dan dalam jangka waktu yang lama sebaiknya guludan diberi tanaman penguat teras. Pada satuan lahan 49 dapat juga menggunakan teras kredit mengingat solum tanahnya yang masih tebal.

Secara teknik laju aliran permukaan dikendalikan dengan pembuatan saluran pembuangan air (SPA) dan rorak. SPA merupakan saluran drainase yang dibuat untuk mengalirkan air dari saluran pengelak, atau saluran teras ke sungai atau saluran penampungan air lainnya. Rorak merupakan lubang atau tempat penampungan dan peresapan air, dibuat di bidang atau saluran peresapan.

Simbol untuk arahan rehabilitasi ini adalah :

commit to user

(1,2,6,7,8 ) T ,16) (1,6,10,12 ,16) V

K. IV.Tg.SB.S - FP.III -

Arahan rehabilitasi kedua yaitu satuan lahan (21) KAcAck-Qvjl-V-Tg. Karakteristik lahan solum tanah 40 cm, TBE sangat berat, kemiringan lereng 100 % dan penggunaan lahan eksisting berupa tegalan. Berdasarkan fungsinya satuan lahan ini termasuk dalam kawasan fungsi lindung sehingga penggunaan lahan tidak sesuai dengan fungsinya.

Melihat dari kemiringannya yang sangat curam, dan TBE sangat berat dan solum tanahnya yang tergolong sedang maka arahan secara vegetatif sebaiknya dilakukan penghutanan kembali (reforestation) baik dijadikan hutan lindung ataupun hutan kemasyarakatan. Arahan ini dipilih dimaksudkan untuk mengembalikan dan memperbaiki kondisi ekologi dan hidrologi suatu wilayah dengan penanaman pohon. Penghutanan kembali juga berpotensi untuk peningkatan kadar bahan organik tanah dari serasah yang jauh di permukaan tanah dan sangat mendukung kesuburan tanah.

Secara teknik diarahkan dengan pembuatan teras gulud termasuk di dalamnya adalah pematang kontur. Hal ini untuk menekan laju aliran permukaan dengan mengalirkannya ke SPA melalui saluran air dalam gulud. Pembuatan SPA sebaiknya menggunakan bangunan terjunan yaitu bangunan yang terbuat dari batu atau susunan bambu yang fungsinya untuk mengurangi aliran air pada SPA. Simbol yang digunakan untuk arahan rehabilitasi ini adalah :

(1,4,6) T (9) V

FL.V.Tg.SB .SK

Satuan lahan pada kelompok arahan ketiga adalah (36) LaCm-Qlla-III-Tg, karakteristik lahannya berupa solum tanah 45 cm, TBE sangat berat, kemiringan lereng 24,93 % dan penggunaan lahan eksisting berupa tegalan dengan sistem tumpang sari antara tanaman jagung dengan ketela pohon tanpa adanya tanaman tahunan. Fungsi lahannya adalah kawasan budidaya tanaman tahunan sehingga terjadi ketidaksesuaian lahan jika penggunaan lahannya berupa tegalan.

commit to user

vegetatif sebaiknya menggunakan sistem pertanaman campuran berupa tumpang sari dengan penanaman tanaman semusim yang diselingi dengan tanaman tahunan dengan pertanaman menurut garis kontur. Pemberian mulsa juga merupakan cara yang cukup efektif untuk meningkatkan kesuburan tanah. Mulsa ini berfungsi sebagai pelindung tanah dari erosi percik. Bahan mulsa yang melapuk juga dapat menambah kandungan bahan organik tanah dan hara. Secara teknik diarahkan dengan pembuatan teras kredit mengingat lahan mempunyai TBE sangat berat. Laju aliran air dapat dikendalikan dengan pembuatan SPA yang di aplikasikan dengan bangunan terjunan. Penggunaan barisan sisa tanaman juga dapat menjadi alternatif untuk mengurangi laju aliran permukaan selain itu dapat pula digunakan sebagai bahan organik tanah. Simbol arahan rehabilitasi pada satuan lahan ini adalah :

T(1,2,6,7, 8) 12) V(2,3,6,7, 12)

FBTT.III.T g.SB.SK.

Satuan lahan untuk arahan rehabilitasi keempat adalah (49) LaCm-Qvjl- IV-Tg, satuan lahan ini mempunyai solum tanah 113 cm, TBE Berat dengan kemiringan lerengnya 38,38 % dan penggunaan lahan berupa tegalan, fungsi kawasan adalah fungsi penyangga sehingga tidak sesuai dengan fungsinya.

b. Arahan Rehabilitasi Pada Lahan Kritis Lahan kritis dibagi menjadi 5 kelompok arahan rehabilitasi berdasarkan

fungsi kawasan, kemiringan lereng dan penggunaan lahannya. Kelompok pertama yaitu satuan lahan (11) KAcAck-Qvjl-II-Pmk. Lahan dengan kemiringan lereng 10,51 % ini mempunyai fungsi sebagai kawasan penyangga. Penggunaan lahan eksisting berupa permukiman sehingga tidak sesuai dengan fungsinya. Untuk mengembalikan fungsi lahannya maka arahannya berupa penanaman tanaman pagar dan kebun rumah sebagai sistem pertanaman wanatani dengan pengolahan tanam minimum.

Secara teknik arahan dilakukan dengan pembuatan teras kredit mengingat solumnya yang masih dalam. Pembutan saluran pembuangan air dilakukan untuk

commit to user

fungsinya untuk pengendalian sedimentasi. Simbol arahan yang digunakan adalah:

T(1,6,8) V(4,6,12)

FP.II.Pmk. SR.K

Kelompok kedua adalah satuan lahan (17) KAcAck-Qvjl-IV-Pmk, (19) KAcAck-Qvjl-IV-Tg, (48) LaCm-Qvjl-IV-Sw. Karakteristik lahan yaitu solum tanah antara 58-160 cm, TBE sangat ringan sampai berat, kemiringan lereng 10,51 - 38,38 %, penggunaan lahan eksisting berupa permukiman, tegalan dan sawah. Pada penggunaan lahan permukiman arahan secara vegetatif dilakukan dengan penanaman tanaman pagar dan kebun rumah sebagai sistem pertanian wanatani. Upaya ini dapat melindungi tanah dari aliran air permukaan karena fungsi tanaman sebagai media penghalang dan dapat meningkatkan laju infiltrasi. Untuk tegalan menggunakan sistem pertanaman wanatani (agroforestry) dengan pengolahan tanah minimum, penanaman penutup tanah pada tegalan berupa tanaman musiman dengan pertanaman rapat sedangkan pada sawah dapat ditanami padi atau tanaman palawija seperti jagung, kacang tanah. Pertanaman silvopastur dapat pula menjadi alternatif yaitu bentuk lain dari sistem tumpang sari, namun tanaman yang ditanam pada sela-sela tanaman bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak seperti rumput gajah.

Secara teknik kelompok lahan ini diarahkan dengan pembuatan teras kredit pada kebun rumah, teras gulud pada tegalan dan teras berlereng pada sawah, fungsi teras-teras ini adalah untuk menampung air hujan kemudian mengalirkannya ke saluran pembuangan air (SPA) untuk ditampung di rorak. Adapun simbol yang dipakai untuk arahan rehabilitasi pada lahan ini adalah :

T(1,2,3,6, 7,8) ,16) V(1,4,6,12 ,16)

- Sw.SR - Pmk - P.IV.Tg F P.IV.Tg

Berbeda dengan kelompok rehabilitasi di atas satuan lahan pada kelompok arahan rehabilitasi ketiga ini mempunyai kesesuaian dengan fungsi kawasannya yaitu satuan lahan (25) LaCm-Qlla-I-Pmk dengan penggunaan lahan eksisting

commit to user

secara vegetatif dapat berupa pertanaman campuran dengan penanaman menurut strip. Pertanaman dalam strip ini dapat dilakukan pada kebun pekarangan dengan memanfaatkan strip rumput dan penanaman penutup tanah baik tanaman musiman ataupun tahunan.

Secara teknik arahan rehabilitasi dengan pembuatan teras datar, agar dapat berfungsi dalam jangka waktu yang lama pada tanggul teras sebaiknya diberi tanaman rumput penguat. Untuk menekan laju aliran permukaan maka dapat menggunakan barisan sisa tanaman untuk melindungi tanah dari erosi percik. Pada lereng datar seperti ini, saluran pembuangan air tidak perlu menggunakan bangunan terjunan dan cukup dengan pembuatan rorak sebagai media penampung dan peresapan aliran air. Simbol yang digunakan untuk kelompok arahan ini adalah :

T(3,6,7,8) 7) V(2,3,5,6, 7)

FBTS.I.Pmk .SR.K

Kelompok arahan rehabilitasi keempat adalah satuan lahan (28) LaCm- Qlla-II-Pmk dan (43) LaCm-Qvjl-II-Tg. Karakteristik lahannya yang berada pada lereng kelas II yaitu antara 10,51-12,27 %, solum tanah 80-86 cm dengan TBE ringan. Arahan rehabilitasi yang disarankan berupa sistem pertanaman campuran yaitu tumpangsari. Karena kelompok satuan lahan ini termasuk dalam kawasan fungsi budidaya tanaman tahunan maka penggunaan lahan tegalan dan permukiman tidak sesuai dengan fungsinya. Arahan rehabilitasi secara vegetatif berupa sistem tumpangsari yaitu penanaman berselang seling antara dua atau lebih tanaman semusim dengan tanaman tahunan. Sistem ini dikenal sebagai perladangan dengan reboisasi terencana. Upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan pertanaman dalam strip. Sistem ini merupakan sistem pertanaman dalam satu bidang lahan ditanami tanaman dengan jarak tanam tertentu dan berselang- seling dengan jenis tanaman lainnya searah kontur. Misalnya penanaman jagung dalam satu strip searah kontur dengan lebar strip 3-5 m atau 5-10 m tergantung kemiringan lahan. Pertanaman dalam strip ini mampu menekan erosi sampai 70-

commit to user

tanaman dengan cara disebar atau menutup permukaan tanah dapat berfungsi sebagai pelindung tanah dari kehilangan air melalui evaporasi serta mengurangi terjadinya erosi percik. Pengadaan mulsa pada sela-sela tanaman dengan cara disebar atau menutup permukaan tanah dapat berfungsi sebagai pelindung tanah dari kehilangan air melalui evaporasi serta mengurangi terjadinya erosi percik.

Secara teknik diarahkan dengan pembuatan teras bangku miring ke dalam (goler kampak), teras ini dipilih karena permeabilitas tanahnya yang rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi tidak mengalir keluar melalui talud di bibir teras. Efektivitas teras bangku akan lebih meningkat jika ditanami tanaman penguat teras pada bibir dan tampingan teras.

Barisan sisa tanaman akan memberi perlindungan yang baik terhadap pukulan air hujan yang jatuh mengenai tanah dan dapat memberi keuntungan berupa penambahan bahan organik dan unsur hara bagi tanah. Untuk memperlancar aliran permukaan maka dibuat saluran pembuangan air (SPA) dan rorak sebagai penampung aliran permukaan. Simbol yang digunakan untuk kelompok arahan ini adalah :

T(2,3,6,7, 8,9) ) 7,12 V(2,3,5,6, 7,12

- FBTT.II.Tg -

Arahan rehabilitasi lahan kelompok lima yaitu pada lahan (33) LaCm- Qlla-III-Pmk dan (45) LaCm-Qvjl-III-Pmk. Karakteristik lahannya antara lain kemiringan lereng 17 – 21 %, solum tanah antara 100-250 cm, TBE sangat ringan, dan penggunaan lahan eksisting berupa permukiman. Pada lahan ini fungsi kawasannya berupa budidaya tanaman tahunan, sehingga penggunaan lahan pada kelompok ini tidak sesuai dengan fungsinya. Arahan rehabilitasi yang disarankan berupa pertanaman campuran dengan sistem tumpangsari yaitu penanaman berganda antara dua atau lebih tanaman semusim dengan tanaman tahunan. Penanaman dapat dilakukan dengan penanaman menurut kontur menggunakan pengolahan tanah minimum sebagai sistem wanatani.

commit to user

tanahnya yang cepat yaitu 26.53 cm/jam. Teras jenis ini sangat cocok diterapkan pada lahan dengan karakteristik di atas karena dapat menahan partikel-partikel tanah yang tererosi oleh barisan tanaman yang ditanam secara rapat. Untuk saluran air dibuatkan saluran pembuangan air (SPA) dan rorak sebagai penampung dan penyerapan air. SPA pada lereng > 15 % harus dilengkapi dengan banguna terjunan dari batu ataupun bambu untuk menekan laju aliran air. Simbol yang digunakan adalah :

9) T(2,6,7,8, 9) 12) V(2,3,4,6, 12)

FBTT.III.P mk.SR.K

c. Arahan Rehabilitasi Pada Lahan Agak Kritis Lahan agak kritis mempunyai luasan yang paling besar diantara lahan

lainnya. Arahan rehabilitasi pada lahan ini dibagi menjadi 6 kelompok yaitu :

Kelompok pertama adalah satuan lahan (1) AlMcm-Qlla-I-Kbn, (2) AlMcm-Qlla-I-Pmk, (3) AlMcm-Qlla-I-Sw, (4) AlMcm-Qlla-I-Tg, (6) AlMcm- Qlla-II-Pmk, dan (7) AlMcm-Qlla-II-Pmk, (12) KAcAck-Qvjb-II-Tg, (34) LaCm- Qlla-III-Sb. Karakteristik lahan pada kelompok ini adalah lereng kelas datar yaitu kemiringan lereng antara 3-7 % dan kelas landai dengan kemiringan lereng 14 %, solum tanah pada kelas lereng I tergolong solum tanah dalam yaitu antara 100-115 cm dan lereng kelas II kedalaman solum tanah antara 40-53 cm. TBE yang terjadi masuk dalam kelas sangat ringan, sedang hingga sangat berat. Fungsi kawasan pada kelompok ini adalah kawasan penyangga, sehingga pada penggunaan lahan tertentu terjadi ketidaksesuaian lahan yaitu pada penggunaan lahan permukiman, sawah, dan tegalan.

Arahan yang diusulkan berupa penanaman penutup tanah rapat berupa tanaman musiman dan tanaman tahunan. Fungsi tanaman tahunan untuk usaha wahatani (agroforestry). Di beberapa lokasi dapat dikembangkan silvopastur sebagai pencegah erosi dan penyediapakan ternak. Secara teknik arahan yang dapat dipakai berupa teras miring ke dakam (goler kampak) karena permeabilitas lahan ini sangat lambat yaitu 5,31 cm/jam. Untuk mengurangi erosi dan menahan

commit to user

rumput.gulma/sisa tanaman lainnya setelah penyiangan. Saluran pembuangan air tidak perlu menggunakan bangunan terjunan namun hanya dipadukan dengan rorak saja. Simbol yang dipakai adalah :

T(3,6,7,8) 6) V(4,6,12,1 6)

- B - II.SR - Tg.I - Sw - Pmk - FP.Kbn -

Kelompok lahan kedua yaitu (9) KAcAck-Qvjb-V-Htn, (13) KAcAck- Qvjl-V-Htn dan (20) KAcAck-Qvjl-V-Sb. Lahan ini mempunyai solum 40-86 cm dengan TBE sedang sampai berat. Lahan ini berfungsi sebagai kawasan lindung sehingga untuk penggunaan lahan semak belukar tidak sesuai dengan fungsinya. Arahan secara vegetatif berupa hutan lindung, hutan kemasyarakatan, suaka alam dan hutan wisata karena potensi keindahan alamnya. Pola pengelolaan tanaman dengan pertanaman vegetasi permanen pada lahan-lahan dengan tutupan vegetasi buruk serta dengan silvopastur. Secara teknik dengan pembuatan teras individu dan pembuatan saluran pembuangan air. Tujuan pembuatan teras individu ini adalah untuk mengurangi erosi dan sebagai penyediaan air bagi tanaman tahunan. Pada sekiat teras hendaknya ditanami rumput untuk mencegah terjadinya erosi. Simbol yang dipakai adalah :

T(4,6) 16) V(9,11,14, 16)

- Sb.SD - FL.V.Htn -

Arahan rehabiltasi ketiga adalah kelompok lahan dengan fungsi budidaya tanaman semusim, penggunaan lahan berupa tegalan, kebun dan sawah, kemiringan lereng rata-rata 5-7%, solum tanah 80-130 cm, dengan TBE sangat ringan sampai ringan. Satuan lahan tersebut antara lain (10) KAcAck-Qvjl-I-Tg, (24) LaCm-Qlla-I-Kbn, (26) LaCm-Qlla-I-Sw, (38) LaCm-Qvjl-I-Tg.

Berdasarkan karakteristik lahan tersebut, kelompok lahan ini sudah sesuai dengan fungsi kawasannya. Namun untuk upaya menjaga dan mempertahankan fungsinya maka secara vegetatif lahan kelompok ini diarahkan dengan pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman, tumpang gilir, pertanaman campuran, dan tumpang saridapat dilakukan. Penanaman dengan sistem

commit to user

pertanaman lorong. Kedua jenis konservasi ini sangat baik dalam mencegah terjadinya erosi. Pertanaman menurut kontur ini akan lebih baik jika menggunakan rumput penguat pada bibir teras ataupun menggunakan strip rumput untuk mengurangi air larian juga sebagai sumber pakan ternak. Penanaman penutup tanah rapat sebaiknya juga diusahakan dengan memilih tanaman semusim sebagai tanaman pokok melihat lerengnya yang datar sehingga sesuai dengan kawasan ini. Untuk melindungi tanah dari percikan air hujan dapat pula menggunakan mulsa yang juga memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pelindung dan sumber hara bagi tanah.

Secara teknik arahan dengan pembuatan saluran pembuangan air (SPA), rorak dan bangunan terjunan. Simbol yang dugunakan adalah :

T(6,7,8,9) 7) V(2,3,5,6, 7)

- Tg.R - Sw - FBTS.I.Kb -

Arahan selanjutnya yaitu kelompok keempat yaitu pada (15) KAcAck- Qvjl-IV-Htn, (18) KAcAck-Qvjl-IV-Sb. Lahan ini mempunyai fungsi sebagai kawasan penyangga dengan kemiringan lereng > 30 %, solum 25-45 cm, TBE sedang-berat. Arahan rehabilitasi secara vegetatif yang disarankan berupa penanaman rumput pada permukaan tanah, hutan lindung, hutan kemasyarakatan, hutan produksi terbatas dengan pengelolaan tanah minimum. Secara teknik arahan rehabilitasinya dengan pembuatan teras gulud, teras kredit, teras individu, juga pembuantan saluran pembuangan air, dan rorak. Adapun simbol yang dipakai adalah :

T(1,2,4,6, 8) 10,16) V(1,4,6,9, 10,16)

- Sb.SD - FP.IV.Htn -

Arahan rehabilitasi kelompok lima yaitu pada lahan (30) LaCm-Qlla-II- Sw, (31) LaCm-Qlla-II-Tg. Karakteristik lahan yang ada berupa kemringan lereng 14,05 %, solum tanah sangat dalam yaitu > 90 cm dengan TBE sangat ringan dan fungsi kawasan adalah budidaya tanaman tahunan. Berdasarkan karakteristik lahan tersebut maka arahan rehabilitasinya berupa pertanaman campuran yaitu

commit to user

tahunan dengan persentase tanaman 50:50 untuk lereng kelas II, penanaman sistem ini dekenal dengan sistem wanatani (agroforestry). Pertanaman dapat dilakukan dengan penanaman menurut strip, strip-strip ini dapat ditambah dengan strip rumput untuk mencegah terjadinya erosi juga sebagai tanaman penguat teras dan untu pakan ternak. Pemberian mulsa di sekitar tanaman dapat pula mencegah erosi percik pada tanah. Pengelolaan lahan secara teknik diarahkan dengan pembuatan teras gulud, pembuatan saluran pembuangan air (SPA) dengan bangunan terjunan dan rorak. Simbol dalam untuk arahan rehabilitasi kelompok lahan ini adalah :

T(1,6,7,8, 9) 7,12) V(2,3,5,6, 7,12)

- FBTT.II.Tg -

Kelompok lahan keenam yaitu (32) LaCm-Qlla-III-Kbn, (35) LaCm-Qlla- III-Sw, (44)LaCm-Qvjl-III-Kbn, (46) LaCm-Qvjl-III-Sw, (47) LaCm-Qvjl-III-Tg. Karakteristik lahan kelompok ini antara lain solum tanah antara 95-130 cm, TBE sangat ringan, kemiringan lereng 14-25 %, dengan penggunaan lahan berupa kebun, sawah dan tegalan. Fungsi kawasannya adalah budidaya tanaman tahunan sehingga terdapat ketidaksesuaian lahan pada penggunaan sawah dan tegalan. Berdasarkan karakteristik lahan tersebut arahan rehabilitasinya berupa pertanaman campuran dengan sistem tumpangsari dengan pengolahan tanah minimum pada penggunaan lahan kebun, penanaman strip rumput dan penanaman penutup tanah serta manajemen mulsa untuk mencegah dan mengurangi laju aliran air permukaan. Secara teknik, arahannya dengan pembuatan teras bangku goler kampak (miring ke dalam) mengingat permeabilitasnya sangat lambat yaitu 7-9 cm/jam. Untuk penggunaan lahan kebun dapat menggunakan teras individu yang dapat berfungsi sebagai penyedia air bagi tanaman tahunan. Untuk mengalirkan aliran air dari saluran teras maka dibuat saluran pembuangan air disertai bangunan terjunan dan rorak. Adapun simbol yang dipakai adalah :

T(3,4,6,7, 8,9) 6,7,12) V(2,3,4,5, 6,7,12)

- Sw - b FBTT.III.K b

commit to user

Arahan rehabilitasi untuk lahan potensial kritis, dibagi menjadi lima kelompok yaitu :

Kelompok lahan pertama adalah (5) AlMcm-Qlla-II-Kbn, karakteristik lahan nya adalah kemiringan lereng 12,27 %, solum tanah 56 cm, TBE sedang dengan penggunaan lahan berupa kebun. Fungsi lahannya adalah budidaya tanaman tahunan sehingga lahan ini sudah sesuai dengan fungsinya. Lahan potensial kritis bisa berubah menjadi kritis jika tidak dilakukan konservasi dengan benar. Oleh karena itu perlu adanya arahan konservasi yang benar agar lahan tetap terjaga kelestariannya. Secara vegetatif arahannya adalah dengan penanaman penutup tanah berupa rumput untuk melindungi tanah dari percikan air hujan maupun aliran air permukaan. Pengolahan lahan hendaknya dengan pengolahan tanah minimum untuk mencegah terjadinya kerusakan tanah. Silvopastur juga dapat dipilih dengan tujuan yang sama yaitu melindungi tanah dari kerusakan juga sebagai penyedia makanan bagi ternak. Secara teknik arahannya dengan pembuatan teras kebun atau teras individu disertai dengan penutup tanah berupa rumput dengan tambahan mulsa dan pemberian tanaman pagar. Simbol yang dipakai untuk arahan rehabilitasi ini adalah :

T(3,6,7,8) V(4,6,16)

FP.II.Kb.S D.PK

Arahan rehabilitasi yang kedua adalah satuan lahan (18) KAcAck-Qvjb- IV-Htn, (16) KAcAck-Qvjl-IV-Kbn, (22) KAcAck-Qvsl-IV-Htn. Karakteristik lahannya adalah kemiringan lereng 38 %, TBE ringan sampai berat pada penggunaan lahan hutan solum tanah mencapai 42-83 cm, sedangkan untuk penggunaan lahan kebun sebesar 25 cm.

Secara vegetatif arahannya dengan menanami rumput pada permukaan tanah, pengolahan tanah minimum, penanaman penutup tanah, dan dengan silvopastur. secara teknik arahannya adalah dengan pembuatan teras kredit dan teras kebun atau teras individu, pembuatan saluran pembuangan air (SPA) disertai bangunan terjunan dan rorak. Simbol yang dipakai adalah :

commit to user

T(2,3,6,7, 8) ,16) V(1,4,6,10 ,16)

- Kb.R - FP.IV.Htn -

Kelompok lahan ketiga yaitu (27) LaCm-Qlla-I-Tg dan (37) LaCm-Qvjl- I-Pmk. Karakteristik kelompok lahan ini adalah solum tanahnya 110 - 142 cm, penggunaan lahannya adalah tegalan dan permukiman dengan kemiringan lereng

3 - 7 %. Fungsi kawasannya adalah budidaya tanaman semusim sehingga lahan ini sudah sesuai dengan fungsinya. Arahan secara vgetatif dengan penanaman rumput untuk melindungi tanah dari air larian permukaan, Pemberian mulsa juga dapat meningkatkan unsur hara sehingga tanah tetap terjaga kesuburannya. Secara teknik arahannya dengan pembuatan saluran pembuangan air (SPA) dan rorak. Simbol yang dipakai adalah :

T(6,7,8) V(4,6,16)

FBTS.I.Pmk .SR.PK

Arahan rehabilitasi keempat adalah lahan (23) KAcAck-Qvsl-V-Htn, karakteristik lahannya adalah kemiringan lereng 70,02 %, solum tanah 38 cm, TBE sedang dengan penggunaan lahan hutan dan fungsi kawasannya sebagai kawasan lindung. Secara vegetatif arahan lahannya adalah dengan tetap mempertahankan fungsinya sebagai hutan lindung dengan suksesi alami agar tetap terjaga kelestariannya. Secara teknik dengan pembuatan saluran pembuangan air. Simbol yang dipakai yaitu :

T(6) V(9,14)

FL.V.Htn.S D.PK

Arahan kelompok lahan kelima yaitu (29) LaCm-Qlla-II-Sb, (39) LaCm- Qvjl-II-Kbn, (40) LaCm-Qvjl-II-Pmk, (41) LaCm-Qvjl-II-Sb, (42) LaCm-Qvjl-II- Sw. Kelompok satuan lahan ini mempunyai fungsi kawasan sebagai kawasan budidaya tanaman tahunan sehingga terdapat ketidaksesuaian lahan antara lain permukiman dan sawah. Kemiringan lereng antara 12,27-14,05 %, solum tanah 40-130 cm, TBE sangat ringan sampai sedang. Berdasarkan karakteristik tersebut kelompok lahan ini diarahkan untuk pertanaman campuran berupa tumpangsari berupa tanaman semusim dan tanaman tahunan dengan sistem agroforestry.

commit to user

organik tanah serta mencegah terjadinya erosi percik dan mengurangi laju aliran permukaan. Secara teknik dapat diarahkan dengan pembuatan teras bangku yang berfungsi untuk mencegah erosi. Pembuatan teras akan lebih efektif jika disertai dengan rumput penguat teras. Pada bibir teras dapat diberi barisan sisa tanaman agar laju aliran tidak terlalu cepat masuk pada saluran pembuangan air. Pembuatan saluran ini sebaiknya disertai dengan bangunan terjunan dan rorak. Simbol yang dipakai adalah :

T(3,6,7,8, 9) ) V(2,3,7,12 )

- Sw.SR - Pmk - Kb - FBTT.II.Sb -

Arahan rehabilitasi pada setiap satuan lahan dapat dilihat pada Peta 10. Peta Arahan Rehabilitasi Lahan DAS Walikan Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri Tahun 2012 serta tabel berikut ini :

Tingkat

Kelas Solum

Arahan Rehabilitasi

No. No.SL Satuan Lahan

Kelmpok Arhn No. Arahan

Rehabilitasi/TKL Rehabilitasi 1 14 KAcAck-Qvjl-III-Tg

Sangat Kritis

Agak Kritis

SR 115 SR 5,24 P Sw TS 4,6,12,16

4 AlMcm-Qlla-I-Tg

1 9 6 AlMcm-Qlla-II-Pmk

SR

96 SR

6.99 P

Tg

TS

1 9 7 AlMcm-Qlla-II-Tg

40 B 14,05

Pmk

TS

SR

53 SD

Tg

TS

2 10 10 KAcAck-Qvjl-I-Tg

9 KAcAck-Qvjb-V-Htn

86 SD

Htn

3 11 12 KAcAck-Qvjl-II-Tg

SR

80 R

BTS

Tg

1 9 13 KAcAck-Qvjl-V-Htn

SR

70 R

Tg

TS

2 10 15 KAcAck-Qvjl-IV-Htn

SR

54 SD

Htn

4 12 18 KAcAck-Qvjl-IV-Sb

SR

25 B 38,38

Htn

4 12 20 KAcAck-Qvjl-V-Sb

SR

45 SD

Sb

TS

40 B 70,02

Sb

TS

Potns. Kritis

Sumber : Analisis Data Fungsi Kawasan, Kemiringan Lereng, Penggunaan Lahan, Tingkat Bahaya Erosi dan Tingkat Kekritisan Lahan Tahun 2012

Keterangan :

Kesesuaian Lahan SR

Kelas Erosi

Fungsi Kawasan

Penggunaan Lahan (PL)

: Sangat Ringan BTS : Budidaya tanaman semusim dan permukiman

Htn : Hutan

S : Sesuai

TS : Tidak Sesuai SD

R : Ringan

BTT : Budidaya tanaman tahunan

Kb : Kebun

: Sedang

P : Penyangga

Sw : Sawah

B : Berat

L : Lindung

Tg : Tegalan

SB

: Sangat Berat Pmk : Permukiman

commit to user

commit to user