Ketinggian Tempat

Peta 5. Ketinggian Tempat

commit to user

Geomorfologi lokasi penelitian tidak terlepas dari pembentukan morfologi Pulau Jawa. Dua aspek yang menonjol dalam pembentukan Pulau Jawa adalah iklim tropis lembab dan kegiatan vulkanik yang kuat (Tim Fak.Geografi UGM, 1996:5). Aktivitas vulkanik ini tidak terlepas dari kegiatan tektonik lempeng yang berlangsung yaitu adanya penunjaman Lempeng Eurasia dan Indo-Australia yang menyebabkan terbentuknya jajaran Gunungapi di sepanjang jalur timur sampai barat Pulau Jawa. Geomorfologi Pulau Jawa dapat dibagi menjadi 3 zone yaitu utara, tengah dan selatan. Lokasi penelitian sendiri berada di zone tengah yaitu berada di komplek Gunung Lawu tepatnya di lereng selatan.

Morfogenetik adalah proses atau asal - usul terbentuknya permukaan bumi, seperti bentuklahan perbukitan atau pegunungan, bentuklahan lembah atau bentuklahan pedataran. Proses yang berkembang terhadap pembentukkan permukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen. Dilihat dari proses terjadinya bentuklahan, morfogenesa ini dapat dibagi menjadi morfostruktur pasif, morfostruktur aktif dan morfostruktur dinamik.

Morfostruktur aktif merupakan aktivitas proses endogen yaitu proses yang dipengaruhi oleh kekuatan atau tenaga dari dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk permukaan bumi. Tenaga endogen yang bekerja di lokasi penelitian meliputi vulkanisme yang berasal dari Gunung Jobolarangan (lawu tua). Selain itu juga, keadaan geomorfologi setempat dipengaruhi oleh adanya pelipatan (folding) yang membentuk jajaran perbukitan yang memanjang sehingga terlihat punggung- punggung lipatan yang disebut antiklinal dan lembah lipatan yang disebut sinklinal. Adanya perbukitan lipatan ini dapat dijumpai di Desa Beruk dan Wonorejo.

Morfostruktur pasif dapat dilihat dari litologi daerah setempat atau struktur batuannya. Jenis litologi yang dijumpai di daerah penelitian berdasarkan peta geologi DAS Walikan adalah batuan breksi yang merupakan jenis batuan sedimen klastik yang dihasilkan oleh aktivitas letusan vulkanik Gunung Jobolarangan (lawu tua). Materi penyusun berupa batuan sedimen berupa breksi vulkanik yang

commit to user

penyusun lainnya berupa batuan andesit dari endapan lahar lawu yang merupakan jenis batuan beku. Adanya batuan ini mencerminkan adanya aktivitas vulkanik sebagai pembentuk muka bumi di lokasi penelitian.

Morfostruktur dinamik dipengaruhi oleh proses tenaga eksogen merupakan proses yang dipengaruhi oleh faktor - faktor dari luar bumi, seperti iklim, biologi dan artifisial. Proses ini akan menimbulkan adanya proses degradasi dan agradasi di lokasi penelitian. Proses degradasi yan berlangsung di lokasi penelitian dipengaruhi oleh erosi dan longsor lahan. Bentuk erosi yang banyak dijumpai di lokasi penelitian meliputi erosi lembar sampai parit. Terjadinya erosi di lokasi penelitian dipengaruhi oleh keadaan topografi dengan kemiringan lereng agak curam sampai sangat curam serta adanya aktivitas penduduk yang kurang menerapkan prinsip konservasi yang benar.

Gambar 25. Erosi Lembar (Kanan) yang Terjadi di Desa Manjung, Kecamatan Wonogiri dan Erosi Parit (Kiri) di Desa Beruk, Kecamatan Jatiyoso (Foto diambil

23 dan 25 Januari 2012)

Proses degradasi lainnya yaitu akibat longsor lahan yang banyak terjadi di bagian tengah DAS. Adanya longsor lahan ini umumnya disebabkan karena tindakan konservasi yang kurang tepat termasuk aktivitas penambangan, rendahnya tutupan lahan, berubahnya fungsi lahan, keadaan tanah yang labil akibat pengolahan lahan yang kurang memperhatikan konservasi yang benar, dan kemiringan lereng yang curam.

commit to user

Gambar 26. Longsoran Rotasi di Desa Wonorejo (Kiri) dan Desa Jatiyoso (Kanan), Kecamatan Jatiyoso (Foto Diambil 9 Juli 2011)

Di bagian bawah DAS (Hilir) terjadi proses sedimentasi yang merupakan kelanjutan dari proses erosi dan merupakan penyebab dari proses agradasi. Adanya sedimentasi yang umunya terjadi di sekitar bantaran sungai dimanfaatkan petani untuk ditanami padi ataupun palawija karena umumnya lahan pada daerah ini merupakan lahan yang subur.

Gambar 27. Proses Sedimentasi di Desa Sonoharjo, Kecamatan Wonogiri (Foto

Diambil 24 Januari 2012)

Sedimentasi

Ditanami Padi

commit to user

Proses pembentukan morfologi DAS Walikan yang telah dipaparkan

pada morfogenesa lokasi penelitian di atas telah terjadi terutama pada kala plistosen tengah dan pada batas plistosen atau holosen. Pembentukan morfologi lokasi penelitian dipengaruhi oleh sesar dan lipatan yang terjadi pada akhir tersier. Sedimentasi pada cekungan laut dalam, bersamaan dengan kegiatan gunungapi di lereng cekungan yang curam serta dipengaruhi oleh gejala longsoran bawah laut.

Endapan turbidit asal gunungapi terbentuk sejak akhir oligosen dan menerus hingga akhir miosen awal. Kegiatan turbidit yang belum mantap menyebabkan terumbu-terumbu tersebut runtuh dan terendapkan kembali di tempat yang lebih dalam bersama-sama dengan klastika gampingan yang lebih halus. Kegiatan tektonik menjelang permulaan orogenesa miosen tengah ditandai dengan pengangkatan dan penerobosan magma yang menghasilkan andesit, dasit dan basal. Keadaan demikian menyebabkan terbentuknya jajaran pegunungan yang salah satunya adalah Gunung Lawu yang merupakan komplek dari lokasi penelitian.

d. Morfometri Aspek geomorfologi yang dapat diketahui adalah kemiringan lereng.

Kemiringan lereng merupakan gambaran perbandingan beda tinggi di suatu wilayah dengan jarak mendatarnya. DAS Walikan mempunyai bentuklahan yang bervariasi mulai dari bentuklahan asal struktural, denudasional dan fluvial. Hal ini menyebabkan kemiringan lerengnya yang sangat beragam yaitu dari datar sampai sangat curam.

Lereng dengan kemiringan datar menempati luasan terbesar yaitu sebesar 59,82 % dari luas DAS Walikan. Lereng datar biasanya berada di daerah hilir DAS. Lereng sangat curam mempunyai persentase luas sekitar 10,19 % dari luas total DAS. Persebaran kemiringan lereng lokasi penelitian dapat dilihat pada Peta

6. Peta Kemiringan Lereng DAS Walikan Kabupaten Karanganyar dan Wonogiri Tahun 2012.

commit to user