Deskripsi Hasil Penelitian
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Temuan Umum
Berdasarkan apa yang telah ditemui di lapangan dan mewawancarai responden,peneliti menemukan gambara secara umum tentang penggunaan model pembelajaran think pair share (TPS) dalam penggunaan model pembelajaran think pair share pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. guru kelas IV menerapkan model ini dengan tekhnik atau langkah-langkah tertentu yaitu dimulai dengan guru melakukan kegiatan awal dengan menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompotensi yang hendak kepada siswa, kemudian guru menyampaikan atau menjelaskan materi yang akan diajarkan. Siswa diberikan kesempatan untuk memahami materi, memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti berdasarkan materi pembelajaran. Setelah Berdasarkan apa yang telah ditemui di lapangan dan mewawancarai responden,peneliti menemukan gambara secara umum tentang penggunaan model pembelajaran think pair share (TPS) dalam penggunaan model pembelajaran think pair share pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. guru kelas IV menerapkan model ini dengan tekhnik atau langkah-langkah tertentu yaitu dimulai dengan guru melakukan kegiatan awal dengan menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompotensi yang hendak kepada siswa, kemudian guru menyampaikan atau menjelaskan materi yang akan diajarkan. Siswa diberikan kesempatan untuk memahami materi, memberi kesempatan siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti berdasarkan materi pembelajaran. Setelah
4.2.2. Temuan Khusus
Dalam penggunaan model pembelajaran think pair Share khususnya di kelas IV SDN 84 Kota Tengah Gorontalo. Guru sering menemui beberapa masalah dalam pelaksanaan pembelajaran yang membuat pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial belum sepenuhnya digemari siswa dan membuat model pembelajaran think pair share ini terlihat belum sesuai yang diharapkan. Karena pada saat proses pembelajaran sebagian besar siswa tidak fokus saat guru menjelaskan materi, Ada yang mengantuk, ada juga siswa yang hanya mengganggu teman yang sedang memperhatikan guru menjelaskan materi, bahkan ada siswa yang malas dalam mengikuti pembelajaran. Sehingganya pada saat guru meberi kesempatan bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang belum dimengerti tidak ada yang mau bertanya.Selain itu dalam kerja berkelompok sebagian siswa tidak mau bekerjasama dalam kelompoknya.
Pembahasan
Penelitian ini telah dilaksanakan dalam bentuk penelitian deskriptif kualitatif melalui model dan prosedur penelitian yang sesuai dengan sifat dan maksud untuk memperoleh hasil penelititian yang baik terutama dalam pennggunaan model pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan sosial di kelas IV SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo
4.2.3. Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share Di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan bahwa penggunaan model pembelajara think pair share (TPS) pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN 84 Kota Tengah Gorontalo mengaktifkan siswa menjawab pertanyaan yang di lontarkan guru dalam proses pembelajaran meski kuranggnya ketegasan guru dalam penguasaan kelas dalam menjelaskan materi sehingga siswa tidak memperhatikan saat guru menjelaskan. Selain itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dilakukan oleh guru dengan cara siswa dibentuk ke dalam kelompok yang hetorogn 2-6 orang oleh guru, setelah itu mempresentasikan apa yang mereka kerjakan dalam berkelompok meski terdapat beberapa siswa yang tidak mau bekerjasama dalam kelompok bahkan ada beberapa kelompok yang lambat dalam mengerjakan tugasnnya bahkan saat presentasi kelompok ada siswa yang tidak memperhatikan. Hal ini membuat guru harus menjelaskan berulang-ulang sampai siswa itu sendiri paham dengan apa yang sudah diberikan oleh guru dan membutuhkan tenaga dan strategi dalam mengelola kelas atau memimpin diskusi kelompok kecil agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Menurut (titin Dano) wali kelas IV SDN 84 Kota Tengah Gorontalo hal ini terjadi dikarenakan peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga, dan harapan terhadap masa depan sehingga sulit untuk memusatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran dan pengelolaan kelompok kecil Contohnya banyak siswa yang sering melapor perlu dimonitornig. (Wawancara 22 april 2016).
Adapun langkah-langkah penggunaan model pembelajaran think pair Share yang tidak dilakukan oleh Guru yaitu: (1) Memotivasi siswa untuk belajar seperti menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari (2) membimbing kelompok bekerja dan belajar contoh, guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas (3) memberikan penghargaan contoh kelompok yang berani lebih dulu mempresentasikan hasil kerja kelompoknya diberikan penghargaan berupa hadiah. Padahal langka-langkah ini dapat membantu guru untuk dapat dengan mudah melaksanakan apa saja yang akan dilakukan di lapangan serta dapat dengan mudah mengkondisikan siswa seperti pendapat Rusman langkah-langkah pembelajaran kooperatif terdiri dari enam langkah. Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokan kedalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir untuk pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil kerja akhir perkelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Selain guru siswa di kelas IV SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo terlihat senang dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan model pembelajaran Think Pair Share karena dibentuk kedalam kelompok tidak ada yang terlihat bosan ataupun mengantuk dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meski ada beberapa siswa yang tidak mau bekerja sama dalam kelompok. Menurut (Nura) siswa kelas IV SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo merasa senang dalam pembelajaran berkelompok mengajarkan mereka untuk bekerja sama bertukar pikiran dengan teman kelompoknya akan tetapi ada saja teman yang tidak berpartisipasi dalam kelompok karena malas dan tidak mengerti dengan materi. Senada dengan Naura (Siti Nur wahida) juga merasa senang dalam pembelajaran berkelompok karena dapat menambah pengetahuan dan jika ada yang tidak dimengerti akan dijelaskan oleh teman kelompoknya selain itu ada juga teman yang tidak mau mengemukakan pendapatnya karena malas bahkan ada teman yang tidak mau menerima pendapat orang lain. Sedangkan menurut
(muhajir) dalam pembelajaran berkelompok dia merasa senang akan tetapi yang membuatnya malas dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok karena tidak mengerti dengan materi sehingga dia merasa malu dan takut salah dalam berpendapat. (Wawancara 22 April 2016). “Seperti dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan sosial materi” Pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. Siswa dibentuk kedalam kelompok yang heterogen 2-
6 orang, kemudian guru membagi kartu informasi. Setiap kelompok diberikan tugas yang berbeda untuk didiskusikan bersama kelompoknya dengan memahami kartu informasi. Setelah selesai, setiap kelompok mempresentasikan apa yang mereka kerjakan di depan kelas walaupun dengan langkah-langkah tersebut Masih ada beberapa siswa yang tidak fokus pada pembelajaran dan ada siswa yang tidak mau menerima pendapat dari siswa lain karena merasa pendapatnyalah yang paling benar seperti yang telah dijelaskan beberapa siswa SDN 84 Kota Tengah Gorontalo di atas.
Menurut Gunter pembelajaran think pair share adalah pembelajaran dengan cara siswa saling belajar satu sama lain dan mendapatkan jalan keluar dari ide mereka setelah berdiskusi dan membuat ide mereka untuk didiskusikan dalam seluruh kelas. Hal senada juga disampaikan ibrahim, dkk, mereka menyatakan bahwa TPS (Think pair Share) atau (Berfikir berpasangan berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mengetahui pola interaksi siswa. Think pair share menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirinci dalam oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individual.
Berdasarkan hasil lapangan dan wawancara peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Think Pair Share yang dilakukan di SDN
84 Kota Tengah Kota Gorontalo tidak memiliki masalah hanya saja penggunaan dari model tersebut belum sempurna diterapkan. Yang seharusnya model TPS dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini. (1) Siswa di tempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 anggota/siswa. (2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.(3)Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu (4)
Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya. (5) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompok-kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya. (5) Think Pair Share membantu menstrukturkan diskusi . Siswa mengikuti proses yang tertentu sehingga membatasi kesempatan berfikir melantur dan tingkah lakunya menyimpang karena mereka harus berfikir dan melaporkan hasil pemikirannya le mitra ( Jones susilo , 2005 : 45) namu pembelajaran Think Pair Share yang peneliti temukan di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo berbeda dengan apa yang telah peneliti ketahui dan apa yang telah dijelaskan oleh le mitra (Jones susilo , 2005 :45). Selain itu masih kuranggnya ketegasa dari guru dalam pengelolaan kelas. Seperti memberikan teguran yang keras dalam proses pembelajaran atau memimpin kelompok kecil dan masih kurangnya keaktifan guru dalam penguasaan kelas, guru lebih banyak berada di depan kelas ketimbang berkeliling dan memonitoring diskusi kelompok.
4.2.4. Kendala-Kendala yang dihadapi dalam penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dalam pemebelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh guru maupun siswa yang menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan untuk mempelajari caran agar lingkungan sekitar juga dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa dan guru.
Tugas utama seorang guru adalah memebelajarkan siswa untuk menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang nyaman maka seorang guru haruslah, berperan sebagai manajer pembelajaran, berperan sebagai pelatih, berperan sebagai konselor, sebagai fasilitator, sebagai kreator, dan sebagai pemimpin. Namun di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sering kali guru ditemukan lebih mendominasi pada salah satu tugas utama guru yaitu berperan sebagai pelati yang memberikan peluang bagi siswa mengembangkan cara-cara pembelajaran sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasar, dan tidak memberikan satu cara yang mutlak dan itulah Tugas utama seorang guru adalah memebelajarkan siswa untuk menciptakan kondisi dan lingkungan belajar yang nyaman maka seorang guru haruslah, berperan sebagai manajer pembelajaran, berperan sebagai pelatih, berperan sebagai konselor, sebagai fasilitator, sebagai kreator, dan sebagai pemimpin. Namun di dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sering kali guru ditemukan lebih mendominasi pada salah satu tugas utama guru yaitu berperan sebagai pelati yang memberikan peluang bagi siswa mengembangkan cara-cara pembelajaran sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasar, dan tidak memberikan satu cara yang mutlak dan itulah
a. Guru karena siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi, situasi sosil, lingkungan keluarga, dan harapan terhadap masa depan. Sehingga sulit untuk memusatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran dan pengelolaan kelompok kecil seperti banyak siswa yang sering melapor perlu dimonitornig.
b. Siswa Tidak semua siswa dapat berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan siswa tidak berusaha dan tidak memahami materi yang diajarkan bahkan diantara mereka ada yang sulit berkomunikasi dengan teman kelompoknya serta lebih cendrung bersemangat belajar di luar kelas bahkan kadang-kadang siswa egois tidak mau menerima pendapat dan saran teman kelompoknya.
4.2.5. . Upaya-Upaya Yang DiLakukan Dalam Mengatasi Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share Dalam Pembelajaran IPS.
Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti memberikan solusi sebagai upaya untuk perbaikan model pembelajaran Think Pair Share yang diterapkan melalui deskripsi sebagai berikut :
a. Guru Kosentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala a. Guru Kosentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala-kendala
1. Guru harus membuat kesimpulan proses pembelajaran
2. Guru harus menjelaskan kembali materi yang belum diungkapkan atau yang belum dimengerti siswa dalam proses pembelajaran.
3. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah disampaikan.
4. Guru memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitanya dengan pelaksanaan materi yang disampaikan oleh guru.