PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TPS THINK

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TPS ( THINK PAIR SHARE) DALAM PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SDN 84 KOTA TENGAH KOTA GORONTALO SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian

Oleh

Cici Fitri Moningka NIM. 151412062 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2016

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir di Universitas Negri Gorontalo, Merupakan Hasil Karya saya Sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah, etika penulisan ilmiah dalam buku panduan karya tulis ilmiah Universitas Negri Gorontalo.

Apabila ditemukan seluruh skripsi ini bukan hasil karya sendiri maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

Gorontalo, Juni 2016 Surat Pernyataan

Cici Fitri Moningka NIM. 151 412 062

ABSTRAK

Cici Fitri, Moningka. 2016.Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share Dalam Pembelajaran IPS di Kelas IV SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hakop Walangadi, S.Pd, M.Si dan pembimbing II Nurhyati Tine, S.Pdi., M.Hi.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengunaan model pembelajaran Think Pair Share pada mata pelajaran IPS di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo. Adapun tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Think Pair Share pada mata pelajaran IPS di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo. Jenis penelitian ini digunakan untuk menggambarkan penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.Adapun tehnik pengumpulan data ini dengan melakukan observasi, wawancara dan melihat Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran IPS di SDN 84 Kota Tengah Gorontalo.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share di SDN 84 Kota Tengah Gorontalo berbeda dengan Think Pair Share yang terdapat pada teori para ahli. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran berkelompok siswa tidak dibentuk berpasang-pasangan untuk menyampaikan pesan yang mereka ketahui kepada pasangan lain sebelum mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas.

Kata Kunci :Think Pair Share, IPS

M O TT O & PERSEM B A H A N

Apa yang Allah pilihkan bagi hamba-Nya yang beriman adalah pilihan terbaik, meski tampak sulit, berat, atau memerlukan pengorbanan harta, kedudukan, jabatan, keluarga, anak, atau bahkan lenyapnya dunia dan seisinya.

“(Abdullah Azzam)”

Tuntutlah ilmu, tetapi tidak melupakan ibadah, dan kerjakanlah ibadah, tetapi tidak

melupakan ilmu

(Cici Fitri Moningka)

T er i mak asi h banyak k uper sembahk an k epada k edua or ang

t uak u t er ci nt a, ayah (Jemi Moni ngk a) dan i buk u (Sal sum Nusi ) yang t el ah ber susah paya membesar k ank u,member i k an

pengor banan,mendoak an k esuk sesank u dan sel al u

member i k an duk ungan sel ama i ni .

Kepada adiku tercinta yosua moningka, sepupu-sepupuku devi, mei ,ayu,rindi,stivan lan,suapi,pidya,suci,inka,untuk teman-temanku lima dobol dan Mace-mace kece, yang selalu ada disetiap suka maupun duka, Terutama , hikma, dela, isna, dan kelas B PGSD angkatan 2012

yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan studiku.

Terimakasih kepad keluarga besar (Moningka,Nusi,alow,Warow,Karamoy,tumengkeng) dan orang-orang tersayang yang tidak bisa disebut satu persatu namanya terimakasih

atas dukungannya selama ini.

Sepeci al buat seseor ang yang sel al u mel uangk an wak t u,member i k an mot i vasi dan duk ungan, ser t a k asi h sayang dan cinta, dari memasuki kuliah sampai menyelesaikan k uliah

(MY H)

(Heriyant o. Y. Karim S.Km)

ALM AM ATER TERCINTA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga tugas akhir penelitian Skripsi yang berjudul: “Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran IPS di kelas IV SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo ” dapat diselesaikan.

Shalawat dan salam teruntuk kekasih Allah Azza wa Jalla Rasulullah Sahlallahu’ Alaihi Wassalam, sang revolusioner sejati yang telah merubah wajah dunia dan meluruskan garis sejarah peradaban manusia.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu usaha perwujudan pelaksanaan Tridarma perguruan Tinggi, serta sebagai salah satu persyaratan akademik guna menempuh ujian sarjana dalam penyelesaian Pendidikan Program Strata I pada jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negri Gorontalo. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis dihadapkan dengan berbagai kesulitan dan hambatan, namun dengan adanya kemauan dan niat yang tulus dalam diri, semua kesulitan yang dialami tersebut dapat diatasi dengan baik.

Tidak bisa dipungkiri bahwa pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi tidak mungkin selesai tanpa peran serta berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si selaku pembimbing I dan Nurhayati Tine, S.Pdi. M.Hi selaku pembimbing II yang tulus dan sabar dalam membimbing peneliti dalam menyusun skripsi

Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan ungkapan rasa syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd Selaku Rektor Universitas Negri Gorontalo

2. Prof. Dr. Ir. H. Mahludin H. Baruadi, M.P, Selaku Wakil Rektor I Universitas Negri Gorontalo. Eduart Wolok, ST.MT, Selaku Wakil Rektor

II Universitas Negri Gorontalo. Dr. Fence M. Wantu, SH.MH, Selaku Wakil Rektor III Universitas Negri Gorontalo, dan Prof. Dr. Hasanudin Fatsah, M.Hum, Selaku Wakil Rektor IV Universitas Negri Gorontalo

3. Dr. Hj Wenny Hulukati, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Gorontalo

4. Dr. Arwildayanto, S.Pd, M.Pd Selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Gorontalo. Dra. Hj. Tuti Wantu, M.Pd. kons, Selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Gorontalo, dan Dr. Sukirman Rahim, S.Pd M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Gorontalo.

5. Dr. Hj Rusmin Husain, S.Pd, M.Pd, Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negri Gorontalo dan Dr. Isnanto, S.Pd, M.Ed, Selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negri Gorontalo

6. Drs. H. Haris Mahmud, S.Pd, M.Si Selaku Penguji I yang memberikan Koreksi dan saran demi kesempurnaan skripsi ini dan Dra. Elmia Umar, M.Pd Selaku penguji II

7. Seluruh Staf Dosen dan staf tata usaha di lingkungan fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri Gorontalo.

8. Fatmawati Usully S.Pd. M. MPd. sebagai kepala sekolah SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo.

9. Bapak dan Ibu guru Khususnya Ibu Titin Dano S.Pd

10. Semua pihak yang turut memberikan peran sertanya dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebut satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Tak ada sesuatu yang dapat penulis berikan sebagai imbalan yang paling berharga, selain iringan doa semoga segala bantuan dan pertolongan semua pihak akan diberikan balasan oleh Allah SWT, dengan balasan sebaik-baiknya sebagai imbalan mereka.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu kiranya dapat memaafkan segala kekhilafan dan kesalahan dari penulis dan terimakasih atas seluruh bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan. Amin.......!!!

Gorontalo, Juni 2016

Cici Fitri Moningka Penulis

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Keadaan Guru..........................................................................................28 Tabel 2. Keadaan Siswa.........................................................................................29

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Dokumentasi Penelitian Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 3 : Lembar Pengamatan Kegiatan Guru Dalam Kelas Lampiran 4 : Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Lampiran 5 : Pedoman Wawancara Dengan Guru Lampiran 6 : Pedoman Wawancara dengan Siswa Lampiran 7 : Catatan Hasil Wawancara Dengan Guru Lampiran 8 : Catatan Hasil Wawancara Dengan Siswa Lampiran 9 : Surat Rekomendasi Dan Pernyataan Lampiran 10 : Curiculum Vitae

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang masalah

Mutu pendidikan yang tinggi merupakan harapan bagi semua pihak baik dari orang tua,guru dan siswa itu sendiri karena pendidikan itu sangat penting untuk menambah wawasan setiap orang. Berbicara tentang pendidikn masih banyak kekurangan baik dari segi tenaga pendidikan (guru), maupun fasilitas yang dapat menunjang peningkatan mutu pendidikan.pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum sekolah. Ilmu pengetahuan sosial ini dapat ditanamkan kepada siswa melalui pembelajaran di kelas dan tidak menutup kemungkinan ilmu pengetahuan sosial dapat diperoleh dari lingkungan. Pada dasarnya manusia membutuhkan pendidikan formal maupun pendidikan non formal, karena dengan pendidikan potensi dirinya dapat berkembang melalui proses pembelajaran yang di ajarkan untuk melahirkan generasi baru yang cerdas dan handal. Dalam proses belajar mengajar guru harus mampu mengatur dan mengelola pembelajaran agar bisa mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan berjalan dengan baik, Sehingganya guru memerlukan keahlian khusus yang merekontruksi pemikiran siswa sesuai dengan esensi pedogogik.

Guru harus menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan seperti menciptakan suasana yang membuat siswa aktif bertanya serta mengemukakan pendapat dengan menggunakan media pembelajaran atau alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa. Selain itu guru harus bisa menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan karena model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran,serta membantu para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian,aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tersusun secara sistematis. karena Guru merupakan kunci kesuksesan peserta didik sehingganya guru harus memilih media,strategi atau Guru harus menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan seperti menciptakan suasana yang membuat siswa aktif bertanya serta mengemukakan pendapat dengan menggunakan media pembelajaran atau alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa. Selain itu guru harus bisa menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan karena model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajaran,serta membantu para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian,aktivitas belajar mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tersusun secara sistematis. karena Guru merupakan kunci kesuksesan peserta didik sehingganya guru harus memilih media,strategi atau

Berdasarkan hasil observasi awal bahwa pembelajaran IPS khususnya di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo belum sepenuhnya di gemari siswa karena tidak semua siswa ikut berpartisipasi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meski sudah menggunakan model pembelajaran Think Pair Share. Hal ini terlihat dari rendahnya respon siswa selama proses pembelajaran contohnya pada saat proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share belum sepenuhnya merangsang keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapatnya dan bekerjasama dalam berpikir berpasanagn selama proses pembelajaran, padahal model pembelajaran TPS adalah model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa Dengan asumsi bahwa semua resitas atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian kualitatif deskriptif, dengan formulasi judul : Penggunaan Model

Pembelajaran TPS ( Think Pair Share ) Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Penggunaan model pembelajaran Think pair Share belum sesuai yang diharapkan

b. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial belum sepenuhnya digemari siswa

1.3 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana pengunaan model Think Pair Share pada mata pelajaran IPS.

1.4 Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :Untuk mengetahui penggunaan model Think Pair Share pada mata pelajaran IPS.

1.5 Manfaat penelitian

1.6 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan tentang penggunaan model pembelajaran think pair Share Dalam pembelajaran IPS di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo.

1.5.2 Manfaat praktis

1. Bagi guru, manfaatnya sebagai acuan agar mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas mengajarnya dengan menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran

2. Bagi siswa. Manfaatnya agar siswa terus meningkatkan keberanian dalam mengeluarkan pendapat dan akan fokus dan tetap senang pada pembelajaran IPS.

3. Bagi sekolah. Dengan adanya penelitian ini diharapkan sekolah akan terus menggunakan model-model pembelajaran sebagai alternatif untuk terus meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

4. Bagi peneliti. Peneliti akan menambah wawasan, mendapatkan ilmu dan pengalaman yang akan di aplikasikan atau di realisasikan ketika sudah mendapatkan gelar sarjana dan bergabung dengan hal layak ramai.

BAB II KAJIAN TEORITIS

2.1. Hakikat Pembelajaran

2.1.1. Pengertian IPS IPS merupakan suatu program pendidikan dan sub-disiplin ilmu tersendiri,

sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social studies), maupun ilmu pendidikan (sumantri, 2001 : 89). Social Science Education Council (SSEC) dan National Council for social Studies (NCSS), Menyebut IPS sebagai “Social Science Education”dan”Social Studies”.

Istilah IPS dalam pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia Muncul bersamaan dengan diberlakunya kurikulum SD, SMP dan SMA tahun 1975. Dengan kata lain, IPS seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Perpaduan ini dimungkinkan karena mata pelajaran tersebut memiliki obyek material kajian yang sama yaitu manusia. Somantri (Sapriya:2008:9) menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. Sedangkan Pendapat lain menyatakan Nasution (Isjoni, 2007: 21) “Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) ialah suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya”. Bahan ajarnya diambil dari berbagai ilmu sosial seperti, geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi, dan tata negara. Sedangkan menurut Hasan (Isjoni, 2007: 22) “Pendidikan IPS dapat diartikan sebagai pendidikan memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja disiplin ilmu-ilmu sosial”.

Pendidikan IPS merupakan program pendidikan yang banyak mengandung muatan nilai sebagai salah satu karakteristiknya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Mulyana (Rudy gunawan, 2011: 23), bahwa :

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Humaniora merupakan dua bidang kajian yang potensial bagi pengembangan tugas-tugas pembelajaran yang kaya nilai. Karakteristik ilmu yang erat kaitanya dengan kehidupan manusia dan banyak membahas tentang bagaimana manusia dapat menjalin hubungan harmonis dengan sesama, lingkungan dan Tuhan, membuat dua bidang kajian ini sangat kaya dengan sikap, nilai, moral,etika, dan perilaku. Sedangkan menurut Somantri (Sapriya, 2009: 11) “Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu, serta memperkenalkan konsep, generalisasi, teori, cara berfikir, dan cara bekerja disiplin ilmu-ilmu sosial. IPS di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang kajian yang menduduki konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan lingkungan, karakteristik, dan kebutuhan peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-displin ilmu sosial yang membahas tentang kebudayaan, kegamaan, lingkungan dan juga membahas hubungan antara manusia dan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada permasalahan yang ada, dan terjadi di lingkungan sekitarnya.

2.1.2. Pentingnya IPS Dalam Program Pendidikan Setiap orang sejak lahir, tidak terpisah dari manusia lain, dengan demikian maka Ilmu Pengetahuan sosial (IPS) diangap sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia serta untuk mempolakan sejauh mana manusia itu berhubungan dengan orang lain.

Pada abad ke 20 ditandai dengan terjadinnya perkembangan pesat pada berbagai bidang kehidupan, seperti timbulnya ledakan penduduk, ledakan ilmu pengetahuan, dan ledakan teknologi. Hal tersebut menimbulkan berbagai masalah di dalam masyarakat seperti :

1. Permasalahan yang menyangkut pengorganisasian antara lain di bidang pemerintahan, perundang-undangan, pendidikan, penyediaan keperluan hidup, kesehatan, dan kesejateraan

2. Ketenangan-ketenangan di dalam masyarakat baik dalam arti psikis maupun fisik (misalnya keseimbangan lingkungan,polusi,dan masalah lalu lintas.

3. Masalah pertentangan dan kekaburan nilai. Akibat dari hal-hal tersebut terjadi gejala kehilangan pandangan menyeluruh, timbulnya spesialis yang makin intensif di bidang pengetahuan, misalnya mengakibatkan ketidak pastian diri, terampas rasa identitas individu, kehilangan nilai-nilai sosial dan tujuan etis. Mata pelajaran IPS diperlukan sebagai:

1. Pengalaman hidup masa lampau dengan situasi sosialnya yang labil memerlukan masa depan yang mantap dan utuh suatu bangsa yang bulat.

2. Laju perkembangan kehidupan, teknologi, dan budaya indonesia memerlukan kebijakan pendidikan yang seirama dengan laju itu.

3. Agar output persekolahan benar-benar lebih cocok dan sesuai serta bermanfaat.

4. Setiap orang akan dan harus terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat. oleh sebab itu perlu disiapkan ilmu khususnya, yaitu IPS.

Dilihat dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di mana dunia pendidikan selalu tertinggal dibandingkan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka IPS diperlukan sebagai wadah ilmu pengetahuan yang mengharmoniskan laju perkembangan ilmu dan kehidupan dalam dunia pengajaran.sebab IPS mampu melakukan lompatan-lompatan ilmu secara konsepsional untuk kepentingan praktis kehidupan yang baru, sesuai dengan perkembangan jaman. IPS oleh para pendirinya secara sengaja diciptakan dan dibina ke arah menuntun generasi muda mampu hidup dalam alamnya (jaman dan lingkungannya) dengan bekal pengetahuan yang baru.

Karena IPS diarahkan demikian, maka susunan konsp-konsep dalam IPS sungguh sangat kompleks dan bervariasi dari berbagai cabang ilmu sosial. Tuntutan dan persoalan dan persoalan kehidupan praktis adalah buah dari lajunya Karena IPS diarahkan demikian, maka susunan konsp-konsep dalam IPS sungguh sangat kompleks dan bervariasi dari berbagai cabang ilmu sosial. Tuntutan dan persoalan dan persoalan kehidupan praktis adalah buah dari lajunya

IPS berusaha mengintegrasikan materi dari berbagai ilmu sosial dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. Ilmu-ilmu sosial dipolakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan manusia misalnya melalui penelitian, penemuan, atau eksperimen. IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan pembelajaran dengan materi sederhana mungkin, menarik, mudah dimengerti, dan mudah dipelajari.

Untuk dapat melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah sewajarnya bila guru yang mengajar IPS mengetahui benar-benar akan tujuan IPS, di samping pengorganisasian, bahan pelajaran, dan model yang akan dipakai dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

2.1.3 Tujuan IPS Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan sosial di indonesia untuk memberikan pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal kembali ide-ide atau penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang sama yang dialami sebelumnya. Kemampuan dan ketrampilan, yaitu kemampuan untuk menemukan informasi yang tepat dan teknik dalam pengalaman seorang siswa untuk menolongnya memecahkan masalah-masalah barau atau menghadapi pengalaman baru. Jadi tujuan utama pengajaran Social

Studies (IPS) adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik. Dengan pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan yang demikian, lulusan sekolah pendidikan dasar diharapkan dapat mengembangkan pribadinya sebagai warga masyarakat, minimal mampu berdiri di atas kaki sendiri dan dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Dari semua hal di atas maka saya akan menjelaskan dan menggambarkan bagaimana pengertian pembelajaran IPS di SD.

2.1.4. Pengertian Pmbelajaran IPS DI SD Dalam pembelajaran IPS selalu berkenaan dengan kehidupan manusia

yang melibatkan segala macam tingkah laku dan kebutuhannya. Ilmu pengetahuan sosial selalu melibatkan mnusia untuk berusaha memenuihi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaan, pemanfaatan sumber daya yang ada dan terbatas untuk bisa mengatur kesejahteraan hidupnya. Sehingga dapat dikatakan yang menjadi ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial adalah manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya maka dalam pembelajaran IPS ditiap jenjang pendidikan harus melakukan pembatasan- pembatasan sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing-masing. Ruang lingkup IPS pada sekolah dasar dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi, sejarah dan ekonomi. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam lingkungan hidup siswa-siswa sekolah dasar tersebut yaitu mulai dari ruang lingkup gejala dan masalah kehidupan yang ada di sekitar tempat tinggal dan lingkungan sekolah. Ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar adalah mata pelajaran yang mengajari manusia dalam segala aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS di SD adalah memperkenalkan siswa kepada pengetahuan tentang kehidupan msyarakat atau manusia secara sistematis selain itu, Pembelajaran IPS di sekolah dasar hendaknya menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang melibatkan segala macam tingkah laku dan kebutuhannya. Ilmu pengetahuan sosial selalu melibatkan mnusia untuk berusaha memenuihi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaan, pemanfaatan sumber daya yang ada dan terbatas untuk bisa mengatur kesejahteraan hidupnya. Sehingga dapat dikatakan yang menjadi ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial adalah manusia pada konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat. Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya maka dalam pembelajaran IPS ditiap jenjang pendidikan harus melakukan pembatasan- pembatasan sesuai dengan kemampuan pada tingkat masing-masing. Ruang lingkup IPS pada sekolah dasar dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi, sejarah dan ekonomi. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam lingkungan hidup siswa-siswa sekolah dasar tersebut yaitu mulai dari ruang lingkup gejala dan masalah kehidupan yang ada di sekitar tempat tinggal dan lingkungan sekolah. Ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar adalah mata pelajaran yang mengajari manusia dalam segala aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS di SD adalah memperkenalkan siswa kepada pengetahuan tentang kehidupan msyarakat atau manusia secara sistematis selain itu, Pembelajaran IPS di sekolah dasar hendaknya menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, terutama yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

ips-di-sekolah-dasar.html . Di akses pada tangal 7 april 2016.

2.2. Pengertian Model Pembelajaran

Secara umum istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Pemanfaatan media yang realita jugas dalam proses pembelajaran merupakan acara yang cukup efektif, karena dapat memberikan informasi yang lebih akurat. Dalam pengertian lain,model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya,seperti “globe” yang merupakan model dari bumi tempat kita hidup. Dalam istilah selanjutnya,istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual.Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud dengan “model belajar mengajar” adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran,serta para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian,aktivitas belajar mengajar benar- benar merupakan kegiatan bertujuan yang tersusun secara sistematis.

Selain itu model pembelajran juga merupakan gambaran upaya guru untuk membuat situasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga mendorong siswa untuk belajar.

Joyce dkk (Majid 2013 : 11 ) mendefinisikan model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di Joyce dkk (Majid 2013 : 11 ) mendefinisikan model pembelajaran sebagai suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang tatap muka di

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa:

a. Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran,sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya,

b. Model pembelajaran dapat muncul dalam beragam bentuk dan variasinya sesuai dengan landasan filosofis dan pedagogis yang melatar belakanginya.

Arens (Majid 2013 : 12) menyatakan model mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya,sintaksinya,lingkungan dan sistem pengelolaannya.Dengan demikian, maka model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada pendekatan,strategi,metode dan prosedur.

Joyce dan Weil (Soli Abimanyu dkk 2010 : 10) Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mecapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksnakan aktivitas pembelajaran. Dalam buku Model-Model Pembelajaran menurut Dr. Rusman,M.Pd Joyce dan Weil berpendapat bahwa moel pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulim (rencana pembelajaran jangka panjang),merancang bahan-bahan pembelajaran,dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Karena banyak sekali model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran.

Berikut ini, macam-macam model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajara IPS.

2.2.1. Model pembelajaran student teams achievement division ( STAD) Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh robert salvin dan teman-

temannya di Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah temannya di Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah

2.2.2. Model pembelajaran jigsaw Jigsaw adalah model kooperatif yang didesai untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Pada model pembelajaran jigsaw ini kreatif siswa sangat dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli.mengetahui latar belakan siswa agar terciptannya suasana yang baik bagi setiap anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Kunci tipe jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan. Kurniasih (2015: 24-28)

2.2.3. Model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Numbered Heads

Together (NTH) atau kepala bernomor Struktur. Model ini dapat dijadikan alternatif vrivasi model pembelajaran dengan membentuk kelompok heterogen, Together (NTH) atau kepala bernomor Struktur. Model ini dapat dijadikan alternatif vrivasi model pembelajaran dengan membentuk kelompok heterogen,

2.2.4. Model pembelajaran Exampel Non Exampel. Model pembelajaran Exampel Non Exampel barangkali kurang familiar

dibanyak kalangan. Model pembelajaran ini menggunakan media gambar sebagai media pembelajarannya. Model ini bertujuan untuk mendorong siswa agar belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang telah dipersiapkan terlebi dahulu. Dengan memperlihatkan contoh gambar yang ada diharapkandapat memusatkan perhatian siswa terhadap gambar-gambar dan materi yang sedang dipelajari. Kurniasih (2015: 31-34)

2.2.5. Model pembelajaran terpadu Model pembelajaran terpadu merupakan perorganisasian pembelajaran

yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Dan model ini merupakan strategi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak. Kurniasih (2015:34- 44)

2.2.6. Model pembelajaran Picture And Picture Model pembelajaran Picture and picture merupakan model pembelajaran

yang kooperatif atau mengutamakan adanya kelompok-kelompok dengan menggunakan media gambar yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Dan model ini memiliki karakteristik yang inovatif, kreatif, dan tentu saja sangat menyenangkan. Kurniasih (2015: 44-47)

Dari macam-macam model pembelajaran di atas peneliti tertarik mengangkat model pembelajaran think pair Share yang akan di jelaskan di bawah pengertian dan langkah-langkah dari model TPS.

2.3. TPS (think pair Share)

2.3.1. Pengertian model think pair Share Model pembelajaran tipe think pair Share (TPS) atau berfikiran

berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran koperatif yang dirancang untuk berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran koperatif yang dirancang untuk

Model think pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.

2.3.2. Kelebihan Model pembelajaran tipe think pair Share Banyak sekali sisi keunggulan dari model pembelajaran ini, diantaranya: (1) Model ini dengan sendirinya memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. (2) Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. (3) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok (4) Adanya kemudahan interaksi sesama siwa (5) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya (6) Antara sesama siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. (7) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. (8) Siswa dapat mengembangkan ketrampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. (9) Pemecahan masalah dapat dilakukan secara langsung, dan siswa dapat memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. (10) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk

memikirkan materi yang diajarkan. (11) Siswa akan terlatih untuk membuat konsep pemecahan masalah. (12) Keaktifan siswa akan meningkat, karena kelompok yang akan dibentuk tidak gemuk, dan masing-masing siswa dapat dengan leluasa mengeluarkan pendapat mereka. (13) Siswa dapat memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingganya ide yang mereka dapatkan menyebar pada setiap anak. (14) Memudahkan guru dalam memantau siswa pada proses pembelajaran.(15) Pelaksanaan model pembelajaran ini menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru diawal pertemuan sehingga diharapkann siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya. (16) Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. (17) Proses pembelajaran dinamis , karena konsep pembelajaran ini juga menuntus siswa untuk aktif mencari permasalahan dan menemukan jawabannya. (18) Dengan pembelajaran TPS ini dapat diminimalisir peran sentral guru, sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru. (19) Hasil belajar lebih mendalam, karena model pembelajaran TPS siswa dapat didefinisikan secara bertahap materi yang diberikan, sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal. (20) Meningkatkan sistem kerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima. imas Kurniasih (2015: 58-59)

2.3.3. Kelemahan TPS (tipe think pair Share) Pembelajaran tipe think pair Share mempunyai kelemahan, antara lain

sebagai berikut: (1) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas. (2) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas. (3) Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang. (4) Banyak

kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. (5) Lebih sedikit ide yang muncul. (6) Jika ada persilisihan, tidak ada penengah. (7) Menggantungkan pada pasangan. (8) Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan. (9) Ketidak sesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya. (10) Metode pembelajaran tipe think pair Share belum banyak diterapakan di sekolah. (11) Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal. (12) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak. (13) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa. (!4) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas. (15) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak. (16) Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS. imas Kurniasih (2015: 61-62)

2.3.4. Manfaat metode think-pair-Share Manfaat TPS antara lain adalah: 1) memungkinkan siswa untuk bekerja

dan bekerja sama dengan orang lain; 1)mengoptimalkan partisipasi siswa; dan 3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain. Skil-skil yang umumnya dibutuhkan dalam strategi ini adalah sharing informasi, bertanya, meringkas gagasan orang lain.

TPS sebaiknya dilakukan denngan mengikuti langkah-langkah berikut ini. (1) Siswa di tempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 anggota/siswa. (2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.(3)Masing- masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu (4) Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya. (5) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompok-kelompoknya masing- masing untuk menshare hasil diskusinya. (5) Think Pair Share membantu menstrukturkan diskusi . Siswa mengikuti proses yang tertentu sehingga TPS sebaiknya dilakukan denngan mengikuti langkah-langkah berikut ini. (1) Siswa di tempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 anggota/siswa. (2) Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.(3)Masing- masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu (4) Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya. (5) Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompok-kelompoknya masing- masing untuk menshare hasil diskusinya. (5) Think Pair Share membantu menstrukturkan diskusi . Siswa mengikuti proses yang tertentu sehingga

1. Think Pair Share meningkatkan partisipasi siswa dan meningkatkan banyaknya informasi yang di ingat siswa ( Guntyer , Ester dan Schwab , susilo,2005 : 46), dengan Think Pair Share siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam konteks yang tidak mendebarkan hati sebelum mengemukakan idenya ke dalam kelompok yang lebih besar .Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru , tidak seperti biasanya hanya siswa siswa tertentu saja yang menjawab.

2. Think Pair Share meningkatkan lamanya “ time on task “ dalam kelas kualitas kontribusi siswa dalam diskusi kelas.

2.3.5. Tekhnis pelaksanaan model pembelajaran think-pair-share Adapun teknis pelaksanaan model pembelajaran ini adalah:

Dimulai dengan langkah berfikir (thingking) sebagaimana nama model pembelajaran ini. Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.

Langkah selanjutnya adalah berpasangan (pairing)

1. Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

2. Setelah membagi kelompok siswa diminta untuk berbagi (sharing) Langkah ini adalah langka terakhir, dimana guru meminta pasangan- 2. Setelah membagi kelompok siswa diminta untuk berbagi (sharing) Langkah ini adalah langka terakhir, dimana guru meminta pasangan-

melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Cara lain yang dapat dapat dilakukan adalah dengan melakukan langkah- langkah berikut ini:

1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.

3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa. . imas Kurniasih (2015: 62-63 )

2.3.6. Tujuan Think Pair Share (TPS) Tujuan think pair share Menurut Nurhadi (2004:66) tujuan dari TPS

adalah ”tujuan secara umumnya adalah untuk meningkatkan penguasaan akademik, dan mengajarkan keterampilan sosial”.

Selanjutnya menurut Trianto (2009:59) berpendapat bahwa “Tujuan pembelajaran kooperatif TPS adalah a) dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, b) unggul dalam membantu siswa memahami konsep- konsep yang sulit, c) membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari model kooperatif tipe TPS adalah untuk meningkatkan penguasaan akademik, mengajarkan keterampilan sosial dan membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, serta meningkatkan pemahaman siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Penetapan Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di SDN 43 Kota Gorontalo. Peneliti memilih lokasi ini, didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi ini pernah menjadi tempat observasi pada semester sebelumnya,sehingga mempermudah peneliti memperoleh data.Penentuan lokasi ini juga didasarkan pertimbangan bahwa di SDN 84 Kota Gorontalo ini masih memiliki masalah yang harus di teliti.

3.2. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka- angka,melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara,catata lapangan dokumen pribadi dan dokumentasi lainnya.

Menurut (Maleong,2005) peneliti kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,persepsi,motivasi,tindakan dll. Secara holistik dan dengan cara deskriftif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada satu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah.

3.3 Peran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peran peneliti tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peneliti adalah instrument kunci , partisipasi penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrument lainnya adalah sebagai penunjang. Artinya peneliti terjun langsung dilapangan dengan tujuan mendapatkan mendapatkan data-data yang akurat sesuai dengan kebutuhan peneliti. Karena peneliti bertindak sebagai pengamat penuh, sebelum melakukan penelitian peneliti memberitahukan terlebih dahulu ke pihak sekolah akan melakukan penelitian agar status peneliti diketahui oleh pihak sekolah.

Untuk memainkan peran sebagai instrumen utama dalam penelitian, maka peneliti bertindak membina hubungan yang baik dan akrab dengan kepala sekolah SDN 84 Kota Tengah Kota gorontalo, seluruh guru atau tenaga pendidik, staf administrasi dan tata usaha serta para siswa-siswinya sebagai sumber data dalam Untuk memainkan peran sebagai instrumen utama dalam penelitian, maka peneliti bertindak membina hubungan yang baik dan akrab dengan kepala sekolah SDN 84 Kota Tengah Kota gorontalo, seluruh guru atau tenaga pendidik, staf administrasi dan tata usaha serta para siswa-siswinya sebagai sumber data dalam

Sebelum peneliti memasuki area penelitian yaitu SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo maka peneliti harus menemui key (kunci) terlebih dahulu yaitu guru kelas IV yang di lakukan oleh peneliti menyarankan izin penelitian. Mengkonfirmasi informan yang dapat diwawancarai, menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan bersikap administratif maupun semua masalah yang berhubungan dengan setting dan subjek penelitian untuk mencari informan. Untuk itu, agar diperoleh data yang valid, peneliti mengunjungi lokasi, pada tahap ini yang diutamakan adalah bagaimana kita sebagai peneliti dapat diterima dengan baik pada waktu memasuki setting area yaitu di SDN 84 Kota Tengah Kota Gorontalo.

3.4. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data dipilih secara purposive. Berikut ini penulis akan menguraikan jenis dan sumber data.

1. Jenis Data Jenis data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya. Jenis data ini adalah data sekunder yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.

2. Sumber data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara lansung dengan informan di lapangan.Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang penggunaan model 2. Sumber data Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara lansung dengan informan di lapangan.Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang penggunaan model

Adapun sumber data adalah langsung dari sumber data yaitu, Guru, Kepala dan siswa. Penentuan informan di dasarkan pada kriteria sebagai berikut: 1) subjek cukup lama dan secara intensif menyatu dengan lokasi penelitian, 2) subjek yang masih aktif terlibat di lingkungan aktivitas sekolah, 3) subjek yang memiliki banyak waktu sehingga dapat memberikan keterangan dan informasi yang lebih mendalam, 4) dapat memberikan keterangan dan informasi yang dapat dipercaya dan merupakan informasi yang sebenarnya, 5) subjek tergolong asing bagi peneliti, dimaksudkan agar dalam pengumpulan data dapat dilakukan secara serius.

Adapaun data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menyangkut pengunaan model pembelajaran TPS (think pair share )dalam pembelajaran IPS kelas IV yang meliputi; kurikulum, model pengajaran, nilai-nilai karakter yang dikembangkan oleh pihak sekolah, sikap dan keteladanan para guru, serta faktor- faktor yang mendukung dan menghambat penerapan model pembelajaran TPS (think pair share ) dalam pembelajaran IPS kelas IV

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah interview, observasi dan dokumentasi. secara baik.

1. Wawancara Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini data-data dapat dikumpulkan semaksimal mungkin.

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

VARIASI PENGGUNAAN AGREGAT BENTUK PECAH DAN BENTUK BULAT PADA CAMPURAN ASPAL BETON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

6 148 2

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENGGUNAAN BAHASA JURNALISTIK PADA TERAS BERITA HEADLINE HARIAN UMUM GALAMEDIA

8 75 43

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58