Ruang Lingkup Spasial Wilayah Ruang Lingkup Substansial Materi

5 2. Menganalisa situasi awal pengembangan atraksi wisata air di kawasan Rawa Pening berdasarkan pertumbuhan produk dan kondisi pasar wisata dengan menggunakan alat analisis portofolio dengan metode Boston Consulting Group. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi input proses analisa yang dilihat dari sisi permintaan wisata yaitu faktor-faktor yang dilihat dari indikator sosio-ekonomisdemografis, tujuan perjalanan, geografis, produk wisata, motivasi, persepsi dan harapan wisatawan kawasan wisata Rawa Pening dengan menggunakan alat analisis A Priori Segmentation. 4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi input proses analisa yang dilihat dari sisi penawaran wisata yaitu karakteristik kawasan wisata khususnya kawasan wisata yang dapat digunakan sebagai lokasi pengembangan atraksi wisata air di Kawasan Rawa Pening serta pengelolaan eksistingnya dalam kawasan tersebut dengan menggunakan alat analisis deskriptif kualitatif. 5. Menganalisa penilaian atraksi wisata air di Kawasan Rawa Pening berdasarkan permintaan dan penawaran wisata sebagai acuan menyusun prioritas pengembangan dengan alat analisis deskriptif kualitatif.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan studi ini dibatasi pada 2 dua ruang lingkup, yaitu ruang lingkup spasial wilayah dan ruang lingkup substansial materi.

1.4.1 Ruang Lingkup Spasial Wilayah

Secara spasial, ruang lingkup studi penelitian ini diorientasikan pada Kawasan Rawa Pening Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah sebagai ruang lingkup makro, yang secara administrasi geografis Kabupaten Semarang ini berbatasan dengan : - Sebelah Utara : Kota Semarang - Sebelah Timur : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Boyolali - Sebelah Selatan : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Magelang - Sebelah Barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupten Kendal Kawasan Wisata Rawa Pening terletak pada pertengahan jalur Semarang-Surakarta kurang lebih 40 km dari Kota Semarang dan 60 km dari Kota Surakarta dengan luas kawasan kurang lebih 885 ha. Secara fisik Kawasan Rawa Pening ini berada di 4 empat wilayah kecamatan, meliputi Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Tuntang, Kecamatan Bawen, dan Kecamatan Ambarawa. Untuk lebih jelasnya, peta administrasi Kabupaten Semarang dapat dilihat dalam gambar 1.1. 6 7 Kawasan wisata Rawa Pening ini dibagi menjadi 6 enam sub kawasan, yaitu : Sub- Kawasan Tlogo, Sub-Kawasan Lopait, Sub-Kawasan Bukit Cinta-Brawijaya, Sub-Kawasan Muncul, Sub-Kawasan Asinan, dan Sub-Kawasan Benteng Pendem. Ruang lingkup mikro yang digunakan adalah sub-sub kawasan yang cukup berpotensi untuk dikembangkan sebagai lokasi bagi atraksi wisata air, yaitu Sub-Kawasan Lopait, Sub- Kawasan Bukit Cinta, dan Sub-Kawasan Muncul.

1.4.2 Ruang Lingkup Substansial Materi

Secara substansial ruang lingkup studi ini dibatasi pada studi yang terkait dengan usaha pengembangan atraksi wisata air di Kawasan Rawa Pening Kabupaten Semarang, yaitu antara lain sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi faktor internal kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal kesempatan dan ancaman dalam pasar wisata di Kawasan Rawa Pening yang berguna untuk mendukung usaha pengembangan atraksi wisata air sehingga diketahui arahan pengembangan atraksi wisata air di kawasan tersebut. Hasil dari identifikasi ini adalah mengetahui kondisi eksisting dan potensi yang dimiliki oleh Kawasan Rawa Pening agar dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik daerah tujuan wisata. 2. Identifikasi dengan pendekatan pengembangan mengenai kondisi eksisting berupa pertumbuhan produk dan kondisi pasar di kawasan wisata Rawa Pening dalam usaha pengembangan atraksi wisata air. Faktor-faktor pertumbuhan produk antara lain yaitu kualitas dan keunikan atraksi wisata, kualitas pelayanan dan ketersediaan faslitas, kegiatan promosi, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi, sedangkan untuk kondisi pasar antara lain yaitu jarak, tingkat pertumbuhan pengunjung, tingkat perolehan pendapatan, perbandingan jumlah wisatawan dengan objek lain, serta tingkat partisipasi dari wisatawan tersebut. Hasil dari identifikasi ini adalah mengetahui kondisi atau situasi awal suatu usaha pengembangan akan dilakukan. Hal ini diperlukan mengingat pentingnya efisiensi dan efektifitas dalam setiap perencanaan pengembangan. 3. Identifikasi dengan pendekatan kegiatan dan perilaku manusia yaitu mengenai fenomena pengembangan yang dilihat dari sisi permintaan, antara lain dari indikator sosio- ekonomisdemografis, tujuan perjalanan, geografis, produk wisata, motivasi, persepsi dan harapan para wisatawan pengunjung kawasan wisata Rawa Pening. Hasil dari identifikasi permintaan wisata ini yaitu segmentasi pasar wisata untuk mengetahui arahan dan prioritas pengembangan yang akan dilakukan. 4. Identifikasi dengan pendekatan keruangan dan pendekatan sumber daya mengenai fenomena pengembangan yang dilihat dari sisi penawarannya, yaitu karakteristik lokasi kawasan wisata 8 khususnya kawasan wisata yang dapat digunakan sebagai lokasi pengembangan atraksi wisata air di Kawasan Rawa Pening, serta sistem pengelolaan yang telah berjalan hingga saat ini dilihat dari transportasi sebagai penyedia sarana dan prasarana inter dan antar destinasi, informasi atau promosi yang menjadikan media suatu produk dapat dinikmati oleh konsumen, atraksi yaitu bentuk pengembangan potensi sumber daya objek sebagai daya tarik wisata serta pelayanan serta fasilitas yang menunjang kegiatan wisata. Komponen-komponen tersebut memiliki fungsi sangat penting dalam penawaran suatu produk wisata. 5. Menentukan prioritas pengembangan dengan menggunakan pendekatan permintaan dan penawaran Demand and Supply Approach berupa prioritas pengembangan sumber daya pariwisata dan komponen pendukung atraksi wisata air di Kawasan Rawa Pening dengan melakukan penilaian atraksi wisata air di Rawa Pening berdasarkan kesesuaian permintaan dengan penyediaan atau penawaran wisata yang telah tersedia.

1.5 Keaslian Penelitian