Berdirinya Bank Syariah di Indonesia

25 Berdirinya IDB memberikan motivasi kepada negara-negara Islam untuk mendirikan lembaga keuangan syariah. Pada awal dekade 1980-an, lembaga keuangan syariah bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, serta Turki. Selain itu ada negara-negara non muslim yang mendirikan bank Islam, seperti Inggris, Denmark, Bahamas, Swiss, dan Luxemburg Heri, 2005: 29.

2.1.2.2 Berdirinya Bank Syariah di Indonesia

Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam mulai dilakukan dan para tokoh yang terlibat dalam kajian teersebut adalah Karnaen A. Perwataatmaja, M. Dawam Rahardjo, M. Amien Azies dan lain-lain Muhammad, 2001: 25. Saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober Pakto yang berisi liberalisasi industri perbankan, para ulama berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga namun tidak ada satupun perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali bahwa perbankan dapat saja menetapkan bunga sebesar 0. Tahun 1990, dibentuklah kelompok kerja untuk mendirikan bank syariah di Indonesia setelah adanya rekomendasi dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan. Kelompok kerja ini di bentuk pada Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia. Dari kelompok kerja tersebut lahirlah Bank Muammalat Indonesia, dengan Akte Pendirian yang di tanda-tangani tanggal 1 Nopember 1991 dengan nama PT Bank Muammalat Indonesia. Kemudian tanggal 1 Mei Bank Muammalat Indonesia BMI mulai beroperasi. Universitas Sumatera Utara 26 Pendirian Bank Muammalat Indonesia ini diikuti oleh bank-bank perkreditan rakyat syariah BPR syariah. Namun keberadaan dua jenis lembaga keuangan itu belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah. Oleh karena itu dibentuk lembaga-lembaga simpan pinjam yang disebut baitul maal wattamwil BMT. Pada tahun 1992-1998 hanya ada satu unit bank syariah, pada tahun 2005, jumlah bank syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit syariah. Sementara itu, jumlah BPRS hingga akhir tahun 2004 bertambah menjadi 88 unit Amir-Rukmana, 2010 : 20. Era Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, kebijakan hukum perbankan di Indonesia menganut sistem perbankan ganda dual banking system. Kebijakan ini intinya memberikan kesempatan bagi bank-bank umum konvensional untuk memberikan layanan syariah melalui mekanisme Islamic window dengan terlebih dahulu membentuk Unit Usaha Syariah UUS. Akibatnya pasca undang-undang ini memunculkan banyak bank konvensional yang ikut andil dalam memberikan layanan syariah kepada nasabahnya.

2.2 Produk Bank Syariah