Keunggulan Bank Syariah TINJAUAN PUSTAKA

33 5. Bathil Secara bahasa artinya batal, tidak sah. Dalam aktivitas ekonomi tidak boleh dilakukan dengan jalan yang batil misalnya dengan, mencampurkan barang rusak diantara barang yang baik untuk mendapatkan keuntungan lebih besar, menimbun barang, menipu atau memaksa dan mengurangi timbangan.

2.4 Keunggulan Bank Syariah

Juli Irmayanto 2009: 136 mengemukakan beberapa keunggulan bank syariah jika dibandingkan dengan bank konvensional. Keunggulan-keunggulan bank syariah tersebut antara lain: 1. Ditanggung halal : bahagia dunia dan akhirat. Bank syariah dapat mengembalikan masyarakat sesuai fitrah alam dan fitrah usaha. Sekeras apapun usaha yang dilakukan setiap orang kadang kala berhasil-terkadang gagal. Sedangkan sistem bunga, berpendapat bahwa segala usaha dianggap pasti berhasil. Kalau terjadi kegagalan, resiko ditanggung penuh oleh pengusaha peminjam. Dengan sistem bagi hasil, fitrah bisnis yang rusak akan kembali lurus, yakni pola berpikir Yahudi yang berlandaskan ajaran Machiaveli yang menghalalkan segala cara tanpa aturan dan norma hukum Irmayanto, 2009 : 136. 2. Lebih tahan banting ketika terjadi gejolak moneter. Krisis moneter pada Juli 1997 telah menjadikan perekonomian Indonesia nyaris hancur dan sebagian besar bank-bank konvensional hampir gulung tikar. Terjadinya lonjakan suku bunga dan apresiasi dollar terhadap rupiah, Universitas Sumatera Utara 34 tidak hanya mencekik para peminjam bermata uang asing tetapi juga merepotkan perbankan. Usaha-usaha dalam berbagai sektor lumpuh karena fluktuasi harga dan daya beli merosot. Kredit macet semakin tinggi dan investasi menurun secara drastis. Akibatnya bank-bank konvensional mengalami negative spread. Namun pada bank Syariah, laba yang dibagikan kepada penyimpan sangat tergantung pada keuntungan yang diperoleh pengusaha yang menggunakan dana dari bank sehingga bank syariah tidak mengenal negative spread. Ketika pengusaha mengalami kegagalan, para penyimpan tidak menuntut pembagian keuntungan dari bank. Sampai kapanpun dan dalam kondisi apapun perbankan syariah tetap bertahan karena menggunakan sistem bagi hasil. Selama krisis moneter 1997-1998 bank syariah dapat bertahan dan dapat menunjukkan kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan lembaga perbankan konvensional. Itu dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah non performing loan, tahun 2000 sebesar 12,96 dan tahun 2001 sebesar 4,04 , sumber: Bank Indonesia pada bank syariah dan tidak terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya. Dengan filosofi utamanya, kemitraan dan kebersamaan dalam maupun risk, bank syariah terbukti prospektif untuk berkembang di tanah air. 3. Tidak elastis terhadap kebijakan moneter. Ketika dilakukan kebijakan uang ketat tight money policy, misalnya suku bunga SBI dinaikkan maka bank-bank yang berbasis bunga akan bingung, Universitas Sumatera Utara 35 sedangkan bank syariah akan tetap tenang-tenang saja. Perubahan suku bunga SBI harus direspon dengan menaikkan suku bunga simpanan, lalu menaikkan suku bunga pinjaman. Perubahan suku bunga simpanan dan pinjaman tidak dapat dilakukan secara serentak, terdapat rentang waktu antara kenaikan suku bunga simpanan dengan bunga pinjaman. Akibatnya, masyarakat akan meningkatkan tabungannya, sehingga jumlah uang yang beredar akan menurun dan harga barangjasa juga cenderung menurun. Pada saat suku bunga pinjaman dinaikkan, permintaan investasi turun dan akhirnya akan mengakibatkan kesempatan kerja berkurang dan hal ini akan berdampak pada peningkatan pengangguran. 4. Kemampuan manajerial sebagai daya tarik. Perilaku bunga bank cenderung fluktuatif, sedangkan perilaku manajemen bank cenderung stabil karena memiliki “learning curve” yang efisien dalam jangka panjang. Tingginya suku bunga pada bank konvensional merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk menyimpan dananya pada bank konvensional. Pada bank syariah, pemilik dana mau menitipkan dananya karena sangat percaya pada kemampuan manajerial bank. Pada bank syariah yang menjadi daya tarik bagi pengusaha adalah karena sistem bagi hasil untung-rugi. Segala resiko bisnis ditanggung bersama sesuai kesepakatan. Karena ikut menanggung resiko, manajemen bank selalu proaktif memantau dan melayani konsultasi dan manajemen pada pengusaha yang memanfaatkan dananya melalui bank syariah. Universitas Sumatera Utara 36 5. Prinsip bagi hasil dan jual beli yang lebih menguntungkan. Dalam prinsip bagi hasil, pembagian hasil yang diberikan disesuaikan dengan kondisi usaha sehingga tidak membebani nasabah terutama ketika sedang terjadi penurunan usaha. Apabila kondisi usaha baik dan menguntungkan, maka nasabah yang menyimpan dananya akan mendapat bagi hasil yang proporsional dari keuntungan bisnis bank. Sehingga dimungkinkan investor akan memperoleh pembagian hasil yang nilai nominalnya jauh lebih besar dibandingkan dengan bunga bank. Dalam prinsip jual beli tidak ada floating rate, hal ini akan memberikan rasa aman kepada nasabah. Nilai kewajibannya sudah ditentukan dalam perjanjian harga jual-beli yang disepakati di awal perjanjian. Prinsip-prinsip lain yang dijalankan dalam melaksanakan operasional bank syariah adalah: 1. Prinsip Keadilan, tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang telah disepakati oleh bank dan nasabah. 2. Prinsip Kesederajatan, bank syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah pengguana dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko, dan keuntungan yang berimbang di antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana, maupun pihak bank. 3. Prinsip Ketenteraman, produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah Islam, antara lain : tidak ada unsur riba dan Universitas Sumatera Utara 37 menerapkan zakat harta. Dengan demikian nasabah merasakan ketenteraman lahir dan batin.

2.5 Perbedaan antara Bank Konvensional dengan Bank Syariah