Gambar 2.2: Beberapa frekwensi yang berkaitan dengan pendengaran manusia Sumber: Depkes RI, 1991
Lebar respon telinga manusia di antara 0 dB – 140 dB dimana untuk
mendengar suara itu sudah timbul perasaaan sakit pada alat pendengaran. Hal inilah yang kemudian menimbulkan masalah kesehatan akibat tekanan suara yang tinggi.
Namun jangkauan frekwensi audio orang berbeda menurut umur orang tersebut. dengan bertambahnya umur batas atas jangkauan frekuensi audio orang akan turun
atau berkurang Leslie, 1993.
2.1.3. Sumber-sumber bising
Sumber bising adalah suatu hal yang tidak dapat diragukan lagi sebagai asal atau aktivitas yang menghasilkan suara bising yang merusak pendengaran baik
sementara ataupun permanen. Sumber bising utama dalam pengendalian bising lingkungan diklasifikasikan dalam kelompok:
1. Bising interior yaitu bising yang berasal dari manusia, alat-alat rumah tangga, mesin, dan aktivitas di dalam ruangan atau gedung.
Universitas Sumatera Utara
2. Bising luar yaitu bising yang dikategorikan berasal dari aktivitas di luar ruangan seperti transportasi udara, bus mobil, sepeda motor, transportasi air, kereta api dan
bising yang berasal dari industri. Untuk bising transportasi yang terpenting adalah makin cepat kendaraan akan semakin keras bising yang dihasilkan Leslie, 1993.
Sumber bising ditentukan dari bentuk suara atau bunyinya, yaitu: pertama, titik point source yang artinya sumber bunyi statis, akan menyebar melalui udara
dengan kecepatan suara 344 ms dengan pola penyebaran berbentuk bola, contohnya suara mobil yang diam. Kedua, garis line source artinya sumber bunyi bergerak,
akan menyebar melalui udara dengan pola yang berbentuk silinder, contohnya suara kereta api yang sedang berjalan, dan bidang. Wilson, 1989. Sumber kebisingan garis
umumnya berasal dari kegiatan transportasi.
2.1.4. Bunyi yang timbul di Udara dan di Struktur Bangunan
Bunyi dapat dihasilkan di udara, misalnya suara manusiamusik airborne, karena tumbukanbenturan dan karena getaran mesin. Bunyi strukturbunyi benturan
adalah bunyi yang tidak hanya dipancarkan lewat udara tetapi juga secara serentak mengakibatkan kerangka bangunan yang padat bergetar.
2.1.5. Transmisi Bising di Dalam Bangunan
Transmisi bising di dalam bangunan dibedakan menjadi dua yakni transmisi di udara di dalam bangunan airborne noise, dan transmisi bising struktur dan
getaran structural noise
Universitas Sumatera Utara
1. Transmisi Bising di Udara di dalam Bangunan
Bunyi di udara melemah intensitasnya oleh karena penyerapan udara dan juga oleh permukaan-permukaan yang menghalangi tembok dan lantai. Transmisi bising
ini merambat melalui bukaan seperti pintu, jendela, lubang ventilasi.
2. Transmisi Bising Struktur dan Getaran struktural noise
Transmisi ini meradiasikan dari sumber bising yang bersentuhan dengan struktur bangunan atau karena benturan yang menyebabkan bising merambat di
dalam bahan bangunan. Sumber bising struktur misalnya getaran mesin, palu yang dipukul pada dinding.
2.1.6 Nilai Ambang Batas NAB Kebisingan
Pengawasan kebisingan berpedoman pada Nilai Ambang Batas NAB seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Waktu Pemaparan Waktu Pemaparan Setiap Hari
Jam Batas Suara
dBA 16
80
8 85
4 90
2
95
1
100
12 105
14 110
18 115
Sumber : Depkes RI, 1991 Waktu pemaparan 8 jam tiap hari, batas suara yang masih diperbolehkan
adalah 85 dB.A Depkes RI, 1991.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat kebisingan maksimum yang dianjurkan ataupun diperbolehkan adalah rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada siang hari, petang hari, dan malam
hari. Siang hari adalah waktu yang digunakan oleh kebanyakan orang untuk bekerja dan berpergian. Petang hari adalah waktu yang digunakan oleh kebanyakan orang
untuk istirahat di rumah tetapi belum tidur. Malam hari adalah waktu yang digunakan kebanyakan orang untuk tidur atau istirahat.
Pembagian waktu siang, petang dan malam hari disesuaikan dengan kegiatan kehidupan masyarakat setempat. Biasanya siang hari adalah pukul 06.00-19.00,
petang hari adalah pukul 19.00-22.00 dan malam hari adalah 22.00-06.00 Depkes RI, 1993.
Pemerintah Indonesia, melalui keputusan menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-48MENLH111996 tentang baku tingkat kebisingan, membuat aturan
mengenai baku tingkat kebisingan yang diizinkan di Indonesia. Baku tingkat kebisingan ini adalah pada tabel 2.2 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Baku Tingkat Kebisingan Peruntukan KawasanLingkungan
Kegiatan Tingkat Kebisingan
dB
a. Peruntukkan Kawasan 1.Perumahan dan Pemukiman
55 2. Perdagangan dan Jasa
70 3. Perkantoran dan Perdagangan
65 4. Ruang Terbuka Hijau
50 5. Industri
70 6. Pemerintahan dan Fasilitas Umum
60 7. Rekreasi
70 8. Khusus
- Bandara Udara
- Stasiun Kereta Api
60 -
Pelabuhan Laut 70
- Cagar Budaya
b. Lingkungan Kegiatan 1. Rumah Sakit atau sejenisnya
55 2. Sekolah atau sejenisnya
55 3. Tempat Ibadah atau sejenisnya
55 Sumber: Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48MENLH111996
2.2. Pengaruh Bising pada Kesehatan Manusia
Kebisingan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap manusia sesuai dengan tingkat kebisingan yang terjadi Suharsono, 1992. Efek kebisingan pada
umumnya berkaitan dengan pendengaran, atau gangguan pada pendengaran. Hal tersebut dapat menimbulkan gangguan pada beberapa bagian pada sistem
pendengaran Azrul, 1995. Efek kebisingan pada pendengaran manusia yaitu: trauma akustik yaitu kerusakan organ telinga secara cepat akibat energi suara yang
berlebihan, kehilangan pendengaran sementara, dan kehilangan pendengaran tetap Harris, 1979.
Universitas Sumatera Utara