EVALUASI PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi Tentang Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

(1)

i

EVALUASI PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

(Studi Tentang Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

“Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiah Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Dalam Magister Ilmu Pemerintahan”

TESIS

Disusun Oleh :

ARIP SUPRIANTO 20141040026

PROGRAM STUDI

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIAH YOGYAKARTA


(2)

i

EVALUASI PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

(Studi Tentang Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

“Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiah Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Dalam Magister Ilmu Pemerintahan”

TESIS

Disusun Oleh :

ARIP SUPRIANTO 20141040026

PROGRAM STUDI

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN UNIVERSITAS MUHAMMADIAH YOGYAKARTA


(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Arip Suprianto

NIM : 20141040026 Jenjang : Pascasarjana (S2)

Menyatakan bahwa Tesis dengan berjudul EVALUASI

PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi

Tentang Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) adalah benar-benar hasil penelitian saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadaran.

Yogyakarta, Desember 2016 Yang Menyatakan


(4)

iii

PENGESAHAN PEMBIMBING

EVALUASI PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

(Studi Tentang Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

TESIS

Nama : Arip Suprianto NIM : 20141040026

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing

Dr. Dyah Mutiarin, M.Si

Yogyakarta, Desember 2016

Mengetahui, Ketua Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Dyah Mutiarin, M.Si


(5)

iv

PENGESAHAN REVISI

Telah melaksanakan ujian tesis pada hari senin, Tanggal 26 Desember 2016, Jam 12.00, bertempat di Gedung Pascasarjana Lantai I Ruang Tutorial II Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk diberikan persetujuan revisi tesis, oleh :

Ditulis Oleh : Arip Suprianto

NIM : 20141040026

Tesis Berjudul : EVALUASI PELAKSANAAN JAMINAN

KESEHATAN NASIONAL (Studi Tentang

Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Dosen Pembimbing : Dr. Dyah Mutiarin, M.Si (...)

Tim Penguji I : Dr. Suranto, M.Pol (...)


(6)

v

PENGESAHAN PROGRAM STUDI

Tesis Berjudul : EVALUASI PELAKSANAAN JAMINAN

KESEHATAN NASIONAL (Studi Tentang

Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)

Ditulis Oleh : Arip Suprianto NIM : 20141040026

Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Dalam Magister Ilmu Pemerintahan

Yogyakarta, Desember 2016

Ketua Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Dyah Mutiarin, M.Si


(7)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Kecerdasan Bukan Satu-Satunya Menuju Kesuksesan, Kebodohan Bukan Salah Satu faktor Kegagalan,

Tetapi Doa di Sertai Dengan Kerja Keras dan Keuletan Insya ALLAH Salah Satu Menuju Kesuksesan

Tesis ini saya persembahkan kepada kedua

orang tua saya dan keluarga beser Magister Ilmu

Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan Tesis ini. Penyelesaian Tesis ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada pembimbing dalam penyusunan Tesis ini yaitu Dr. Dyah Mutiarin, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran hingga terselesainya Tesis ini. Dengan selesainya penyusunan Tesis ini, maka penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :

1. Dr. Gunawan Budiyanto, M.P selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc selaku Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Dr. Dyah Mutiarin, M.Si selaku dosen pembimbing tesisyang telah memberikan saran sehingga tesis ini dapat selesai.

4. Kepada Ayah tercinta Poniran terimakasih atas doa dan dukungan kasih sayang dan pejuangannya/pengorbanan selama ini.

5. Kepada Ibu tercinta Kotiin terimakasih atas doa dan dukungan kasih sayang dan pejuangannya/pengorbanan selama ini.


(9)

viii

6. Segenap staf Program Magister Ilmu Pemerintahan (MIP) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Kepada semua teman MIP yang saya sayangi, terimakasih atas kerja samanya selama menempuh di bangku perkuliahan.

8. Seluruh reponden penelitian yang telah memudahkan penyusun dalam mengumpulkan data selama penelitian.

Penulis menyadari bahwa Tesis ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Penulis berharap Tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan Tesis ini.

Yogyakarta , Januari 2016 Penulis,


(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN REVISI ... iv

PENGESAHAN PROGRAM STUDI ... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Rumusan Masalah ... 9

I.3. Tujuan dan Manfaat ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI II.1. Kajian Pustaka ... 11

II.2. Landasan Teori ... 22

II.2.1. Universal Health Coverage ... 22

II.2.2. Pengertian Lembaga ... 26

II.2.3. Stakeholder ... 28

II.2.4. Pembiayaan Kesehatan ... 31

II.2.5. Outcome Program Jaminan Kesehatan Nasional ... 36

II.2.6. Evaluasi Kebijakan Publik ... 37

II.3. Kerangka Pikir Teoritis ... 44

II.4. Definisi Konsep ... 45

II.5. Definisi Operasional dan Variabel/Indikator Penelitian ... 45

BAB III METODE PENELITIAN III.1. Tipe dan Pendekatan ... 47

III.2. Lokasi Penelitian ... 48

III.3. Jenis/Sumber Data ... 48

III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 51

III.5. Unit Analisis Data ... 54

III.6. Teknik Pengambilan Sampel ... 54

III.7. Tekhnik Analisa Data ... 56


(11)

x

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

IV.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah Administrasi ... 60

IV.2. Profil Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan ... 61

IV.2.1. Pengertian BPJS Kesehatan ... 61

IV.2.2. Visi dan Misi BPJS Kesehatan ... 68

IV.3. Program Jaminan Kesehatan (JKN) Badan Penyeleggara Jamian Sosial (BPJS) Kesehatan ... 70

IV.4. Jenis-Jenis Layanan BPJS Kesehatan ... 76

IV.5. Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Bantul ... 80

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN V.1. Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional ... 82

V.2. Hubungan Stakeholder ... 83

V.2.1. Hubungan Kerja Sama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Dengan Rumah Sakit ... 83

V.2.2. Hubungan Kerja Sama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Dengan puskesmas ... 87

V.2.3. Alur Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan ... 93

V.3. Model Pembiayaan Asurasi BPJS Kesehatan ... 96

V.3.1. Pembiayaan Peserta BPJS Kesehatan ... 96

V.3.2. Skema Pembayaran BPJS Kesehatan Kepada ... 108

V.3.3. Skema Pembayaran BPJS Kesehatan Kepada Puskesmas .... 112

V.4. Outcome Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ... 114

V.4.1. Persentase Terjaminnya Kesehatan ... 115

V.4.2. Terjaminnya Pelayanan Kesehata ... 119

V.4.3. Ringannya Biaya Kesehatan ... 133

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. Kesimpulan ... 150

VI.2. Saran ... 152

DAFTAR PUSTAKA ... 153 LAMPIRAN


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Dimensi Universal Health Coverage ... 23

Gambar II.2 Trasformasi BPS Kesehatan dan Ketenagakerjaan ... 26

Gambar II.3 Kerangka Pikir Teoritis ... 44

Gambar V.1 Kerja Sama BPJS Kesehatan Dengan Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bantul ... 90

Gambar V.2 Alur Pelayanan Kesehatan ... 94

Gambar V.3 Cakupan Peserta BPJS Kesehatan ... 118


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Perubahan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah

dan Peserta Bukan Pekerja ... 3

Tabel I.2 Daftar Faskes I Dan Faskes II di Wililah/Kecamatan Yang Bekerja Sama Dengan BPJS Kab. Bantul ... 5

Tabel II.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 14

Tabel II.2 Model Evaluasi ... 43

Tabel II.3 Variabel dan Indikator Penelitian ... 46

Tabel III.1 Data Primer ... 49

Table III.2 Data Sekunder ... 50

Tabel III.3 Kategori Interpretasi ... 53

Tebel III.4 Unit Analisis Data ... 54

Table IV.1 Mutasi Penuduk Tahun 2011……… .. 60

Tabel V.1 Daftar Faskes II di Wilayah/Kabupaten Yang Bekerja Sama Dengan BPJS Provinsi DIY ... 86

Tabel V.2 Daftar Faskes I di Wilayah/Kabupaten Yang Bekerja Sama Dengan BPJS Provinsi DIY ... 89

Tebel V.3 Daftar Fasilitas Kesehatan Yang Bekerja Sama Dengan BPJS Kesehatan di Kabupaten Bantul ... 91

Tebel V.4 Besaran Iuran Yang Harus Dibayar Peserta JKN ... 99

Tabel V.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Besaran Iuran Memberatkan Peserta BPJS ... 99

Tabel V.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pembayaran Iuran Sesuai Manfaat Yang Diterim ... 101

Tabel V.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kemudahan Sistem Pembayaran BPJS ... 103

Tabel V.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kemudahan Penggunaan BPJS ... 105

Tabel V.9 Ringkasan Variabel Model Pembiayaan BPJS Kesehatan ... 106

Tabel V.10 Komfirmasi Pembayaran BPJS Kesehatan Kepada RSUD Panembahan Senopati Pada Tanggal 21 Juli 2016 ... 111

Tabel V.11 Cakupan Pembiayaan Kapitasi di Faskes Tingkat Pertama ... 113

Tabel V.12 Komfirmasi Pembayaran Kapitasi BPJS Kesehatan Kepada Puskesmas Bantul 1 Pada Tanggal 15 Juni 2016 ... 113


(14)

xiii

Tabel V.13 Cakupan Kepesertaan Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) ... 117 Tabel V.14 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap

Prosedur Pelayanan BPJS... 126 Tabel V.15 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap

Fasilitas Memenuhi Kebutuhan Kesehatan

di Puskesmas ... 128 Tabel V.16 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap

Terjaminya Pelayanan Pengobatan Peserta BPJS

di Puskesmas ... 129 Tabel V.17 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap

Tenaga Kesehatan Mencukupi Pelayanan

di Puskesmas ... 131 Tabel V.18 Ringkasan Variabel Berdasarkan Kualitas Pelayanan

Peserta BPJS Kesehatan di Faskes 1 ... 132 Tabel V.19 Kelebihan Asuransi Sosial di Banding Asuransi

Komersial ... 134 Tabel V.20 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang

Terjaminnya Kesehatan Dengan Menjadi Peserta JKN .. 139 Tabel V.21 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap

Kesehatan Lebih Baik Dengan Menjadi Peserta JKN ... 141 Tabel V.22 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang

Pelayanan Pengobatan Menjadi Baik Dengan Menjadi Peserta JKN ... 143 Tabel V.23 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang

Pembiayaan Kesehatan Menjadi Ringan Dengan

Menjadi Peserta JKN ... 146 Tabel V.24 Ringkasan Variabel Outcome JKN ... 147


(15)

xiv

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan adalah salah satu hak mendasar masyarakat yang diselenggarakan pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 28 H Ayat (1) setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan yang nantinya mencakup seluruh penduduk Indonesia paling lambat 1 Januari 2019. Pelayanan BPJS Kesehatan banyak dipersoalkan masyarakat. Menurut Asisten ORI Perwakilan D.I.Y. Laporan keluhan prosedur pelayanan BPJS Kesehatan cukup tinggi pada tahun 2015. Keluhan masyarakat diantaranya dalam pengurusan birokrasi, pendaftaran, hingga antrian yang lama dan juga terkait pembayarannya. Dari permasalahan yang ada peneliti bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang difokuskan pada Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul.

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode kombinasi. Lokasi penelitian di Kabupaten Bantul. Sumber data dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, koesioner dan dokumentasi. Unit analisis data dalam penelitian ini adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan antara BPJS dengan Fasilitas Kesehatan yang diatur dalam PP No.85 Tahun 2013 tentang kerja sama dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Rumah Sakit dan Puskesmas yang bekerja sama dengan BPJS selama ini berjalan cukup positif. Sebanyak 90 Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bantul yang bekerja sama dengan BPJS. Dari model pembiayaan asuransi kesehatan dirasa sudah cukup ideal yang dinilai dari indek rata-rata sebesar 2.74 termasuk dalam kategori baik. Prinsip JKN salah satunya gotong-royong yang berarti saling membantu satu perserta kepada peserta lain. Sedangkan dari outcome JKN yang dinilai dari persentase terjaminnya kesehatan di Indonesia (52.5%) di provinsi D.I.Y. (64.6%) dan di Kabupaten Bantul (73%). Tinkat kesadaran masyarakat Kabupaten Bantul merepon positif dengan menjadi peserta BPJS. Pelayanan yang dijamin adalah pelayanan tingkat pertam dan tingkat lanjut yang diatur dalam Perpres No. 19 Tahun 2016. Dan biaya kesehatan yang ringan bagi masyarakat yang kurang mampu. Dari nilai indek rata-rata outcome JKN sebesar 3.06 masuk kategori baik yang bisa diartiakan bahwa program JKN mempunyai manfaat yang cukup baik bagi pesertanya. Kata Kunci : Jaminan Kesehatan Nasional, Kebijakan Kesehatan dan


(16)

xv ABSTRACT

Health services is kind of basic right for society which is provided by government as implementation from UUD 1945 article 28 H verse (1) every human have to physically and mentally lived prosperous, reside in and obtain proper and healthy life, and have right to acquire health service. Badan Penyelengara Jaminan Sosial consist of BPJS Kesehatan and BPJS Ketenagakerjaan that will be covered indonesian resident in 1 January 2019. BPJS Kesehatan service is have many issues from people. According to ORI assistant of D.I.Y representation, in 2015, reports on service procedure complaint of BPJS Kesehatan is peek level. People mostly complain in bureaucracy proceccing, registration, long queue, and sometimes related to payment. From that problem, researcher aim to undertand the implementation of JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) that focus on stakeholders relation, financial model, and JKN outcome in Bantul Region.

This research use combination method. Research location take in Bantul Region. Data source in this research is primary data and secondary data. Data collection use interview, survei and documentation. Unit analysis in this research is Badan Penyelengara Jaminan Sosial. Research use Solvin formula in sampling method. At last, analizing method in this research use data reduction, data presentation, and coclution.

According to research result, therse relation between Variable BPJS Kesehatan with Variable Health Facilites that be regulated in PP No.85 2013 cooperation to improve health service. Hospital either Puskesmas cooporating with BPJS Kesehatan have oparate ideal cooperation. There are 90 health facilites in Bantul have coorporate with BPJS Kesehatan. Financial model rated quite ideal with 2.74 index. JKN principal is everyone had the mutual assistant that help each other. Furhermore, JKN outcome acquire health assurance 52.5% in Indonesia, 64.6% in D.I.Y District, and 73% in Bantul Region. The level of public awerness in Bantul increase with be entrant in BPJS. Guaranteed service is first rate service and contiuned service that regulated n Perpres No.19/2016, Indeed, low payment on health service for underprivileged. Index value for JKN outcome is 3.06 that cotegorized good that defined as JKN programm have many benefit for their participant.

Keyword : Jaminan Kesehatan Nasional, Helath Policy and JKN Evaluation


(17)

(18)

(19)

(20)

xiv

ABSTRAK

Pelayanan kesehatan adalah salah satu hak mendasar masyarakat yang diselenggarakan pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 28 H Ayat (1) setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan yang nantinya mencakup seluruh penduduk Indonesia paling lambat 1 Januari 2019. Pelayanan BPJS Kesehatan banyak dipersoalkan masyarakat. Menurut Asisten ORI Perwakilan D.I.Y. Laporan keluhan prosedur pelayanan BPJS Kesehatan cukup tinggi pada tahun 2015. Keluhan masyarakat diantaranya dalam pengurusan birokrasi, pendaftaran, hingga antrian yang lama dan juga terkait pembayarannya. Dari permasalahan yang ada peneliti bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang difokuskan pada Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul.

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode kombinasi. Lokasi penelitian di Kabupaten Bantul. Sumber data dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara, koesioner dan dokumentasi. Unit analisis data dalam penelitian ini adalah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian ada hubungan antara BPJS dengan Fasilitas Kesehatan yang diatur dalam PP No.85 Tahun 2013 tentang kerja sama dalam meningkatkan pelayanan kesehatan. Rumah Sakit dan Puskesmas yang bekerja sama dengan BPJS selama ini berjalan cukup positif. Sebanyak 90 Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bantul yang bekerja sama dengan BPJS. Dari model pembiayaan asuransi kesehatan dirasa sudah cukup ideal yang dinilai dari indek rata-rata sebesar 2.74 termasuk dalam kategori baik. Prinsip JKN salah satunya gotong-royong yang berarti saling membantu satu perserta kepada peserta lain. Sedangkan dari outcome JKN yang dinilai dari persentase terjaminnya kesehatan di Indonesia (52.5%) di provinsi D.I.Y. (64.6%) dan di Kabupaten Bantul (73%). Tinkat kesadaran masyarakat Kabupaten Bantul merepon positif dengan menjadi peserta BPJS. Pelayanan yang dijamin adalah pelayanan tingkat pertam dan tingkat lanjut yang diatur dalam Perpres No. 19 Tahun 2016. Dan biaya kesehatan yang ringan bagi masyarakat yang kurang mampu. Dari nilai indek rata-rata outcome JKN sebesar 3.06 masuk kategori baik yang bisa diartiakan bahwa program JKN mempunyai manfaat yang cukup baik bagi pesertanya. Kata Kunci : Jaminan Kesehatan Nasional, Kebijakan Kesehatan dan


(21)

xv ABSTRACT

Health services is kind of basic right for society which is provided by government as implementation from UUD 1945 article 28 H verse (1) every human have to physically and mentally lived prosperous, reside in and obtain proper and healthy life, and have right to acquire health service. Badan Penyelengara Jaminan Sosial consist of BPJS Kesehatan and BPJS Ketenagakerjaan that will be covered indonesian resident in 1 January 2019. BPJS Kesehatan service is have many issues from people. According to ORI assistant of D.I.Y representation, in 2015, reports on service procedure complaint of BPJS Kesehatan is peek level. People mostly complain in bureaucracy proceccing, registration, long queue, and sometimes related to payment. From that problem, researcher aim to undertand the implementation of JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) that focus on stakeholders relation, financial model, and JKN outcome in Bantul Region.

This research use combination method. Research location take in Bantul Region. Data source in this research is primary data and secondary data. Data collection use interview, survei and documentation. Unit analysis in this research is Badan Penyelengara Jaminan Sosial. Research use Solvin formula in sampling method. At last, analizing method in this research use data reduction, data presentation, and coclution.

According to research result, therse relation between Variable BPJS Kesehatan with Variable Health Facilites that be regulated in PP No.85 2013 cooperation to improve health service. Hospital either Puskesmas cooporating with BPJS Kesehatan have oparate ideal cooperation. There are 90 health facilites in Bantul have coorporate with BPJS Kesehatan. Financial model rated quite ideal with 2.74 index. JKN principal is everyone had the mutual assistant that help each other. Furhermore, JKN outcome acquire health assurance 52.5% in Indonesia, 64.6% in D.I.Y District, and 73% in Bantul Region. The level of public awerness in Bantul increase with be entrant in BPJS. Guaranteed service is first rate service and contiuned service that regulated n Perpres No.19/2016, Indeed, low payment on health service for underprivileged. Index value for JKN outcome is 3.06 that cotegorized good that defined as JKN programm have many benefit for their participant.

Keyword : Jaminan Kesehatan Nasional, Helath Policy and JKN Evaluation


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pelayanan memiliki tiga makna yaitu: (1) perihal hal atau cara melayani, (2) usaha melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang), (3) kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Thoha dalam Hardiyansyah (2011:11) istilah pelayanan itu sama dengan pengabdian dan pengayoman. Dari seorang administrator diharapkan akan tercermin sifat-sifat memberikan pelayanan pubik, pengabdian kepada kepentingan umum dan memberikan pengayoman kepada masyarakat lemah dan kecil. Administrator lebih menekankan pada mendahulukan


(23)

2

kepentingan masyarakat/umum dan memberikan service kepada masyarakat ketimbang kepentingan sendiri.

Pelayanan adalah suatu aktifitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan kariawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan (Gronroos dalam Ratminto dan Winarsih 2015:2).

Pelayanan Asuransi Kesehatan bertranforasi pada 1 januari 2014 dari PT Asuransi Kesehatan yang akan menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Jumlah peserta hingga Desember 2013 mencapai angka 116. 122. 064 jiwa. Jumlah peserta tersebut merupakan gabungan dari peserta baru dan pengalihan program terdahulu. yaitu Asuransi Kesehatan (Askes), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polri, dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Peserta pengalihan sebanyak 112.592.141 jiwa, terdiri atas pengalihan dari Askes sebanyak 16.142.615 jiwa, Jamkesmas (86,4 juta jiwa), TNI (859.216 jiwa), Polri (743.454 jiwa), dan Jamsostek sebanyak 8.446.856 jiwa. Sedangkan peserta baru berjumlah 3.529.924 jiwa yang berasal dari Jaminan Kesehatan Aceh dan Kartu Jakarta Sehat. Jamkesda Aceh sekitar 1,2 juta jiwa dan KJS sekitar 2,2 juta jiwa, Direktur


(24)

3

Kepesertaan PT Askes Sri Endang Tidarwati (Tempo.Com, Senin, 30 Desember 2013, 17:07 Wib).

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Perubahan iuran jaminan kesehatan nasional untuk peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja. Perpres tentang naiknya iuran bagi para peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tersebut ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 29 Februari 2016.

Tabel I.1

Perubahan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja

Ruang Perawatan Iuran Lama Iuran Baru

Kelas I Rp 59.500 Rp 80.000

Kelas II Rp 42.500 Rp 51.000

Kelas III Rp 25.500 Rp 30.000

Sumber: Perpres No 19 Tahun 2016

Pemerintah membatalkan kenaikan iuran BPJS Kesehatan untuk kelas III yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016. Dalam Perpres tersebut, iuran BPJS Kesehatan untuk kelas III akan dinaikkan dari Rp 25.500 menjadi Rp 30.000. Setelah Pemerintah membatalkan kenaikan iuran BPJS Kesehatan maka besaran iuran yang dibayarkan bagi pemegang kartu kelas III sebesar Rp 25.500 (sindonews.com).


(25)

4

Pelayanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan banyak yang dikeluhkan dan dipersoalkan masyarakat. Layanan Kesehatan milik pemerintah banyak dilaporkan kelembaga Ombudsman Republik Indonesia (ORI). Menurut Asisten ORI Perwakilan D. I. Yogyakarta (Bapak Jaka Susila Wahyuana) laporan keluhan tentang prosedur pelayanan BPJS Kesehatan cukup tinggi pada tahun 2015. Laporan yang masuk kelembaga Ombudsman Republik Indonesia (ORI) di antaranya dalam hal pengurusan birokrasi, pendaftaran, hingga antrian yang lama dan juga terkait pembayarannya (Economy.Okezone.Com/ 2016).

Sejumlah warga Yogyakarta mengeluhkan pelayanan BPJS yang dinilai menyulitkan pesertanya yang akan berobat. Selain pelayanan administrasi yang berbelit-belit untuk mendapatkan rujukan ke dokter spesialis dan obat-obatan yang sesuai resep sulit terealisasi. Salah satu kesulitan yang dialami oleh pasien di Puskesmas Rongkon 1 peserta BPJS Mandiri, sudah empat kali berobat kepuskesmas. Namun sulit untuk meminta rujukan ke dokter spesialis sehingga pasien sangat kecewa. Harapan masyarakat dengan menggunakan kartu BPJS mandiri kelas 1 adalah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik, namun jauh dari harapan masyarakat (Okezone.Com, Rabu, 20 Januari 2016-17:08 wib).


(26)

5

Tabel I.2

Daftar Faskes I dan Faskes II di Wililah/Kecamatan Yang Bekerja Sama Dengan BPJS Kesehatan Kabupaten Bantul

No Wilayah/

Kecamatan Faskes I Jumlah Faskes II Jumlah

1 Bambang

Lipuro

1. Puskesmas Bambang

Lipuro 1

1. RS Santa Elisabeth

1

2 Banguntapan 1. Puskesmas

Banguntapan I 2. Puskesmas Banguntapan II 3. Puskesmas Banguntapan III 3

1. RS Rajawali Citra Bantul

2. Klinik Utama Bedah

Adelia 2

3 Bantul 1. Puskesmas Bantul I

2. Puskesmas Bantul II 2

1. RSK Paru Respira 2. RSUD Bantul

3. RS PKU

Muhammadiyah Bantul

3

4 Dlingo 1. Puskesmas Dlingo I

2. Puskesmas Dlingo II 2 - -

5 Imogiri 1. Puskesmas Imogiri I

2. Puskesmas Imogiri II 2 - -

6 Jetis 1. Puskesmas Jetis I

2. Puskesmas Jetis II

2

1. RS Rachma Husada

2. RS Rchma Husada

2

7 Kasihan 1. Puskesmas Kasihan I

2. Puskesmas Kasihan II 2

1. Klinik Hemodialisis

Nitipuran 1

8 Kretek 1. Puskesmas Kretek 1 - -

9 Pajangan 1. Puskesmas Pajangan 1 - -

10 Pandak 1. Puskesmas Pandak I

2. Puskesmas Pandak II 2 - -

11 Piyungan 1. Puskesmas Piyungan

1 - -

12 Pleret 1. Puskesmas Pleret

1 1. RS Kbia Permata

Husada 1

13 Pundong 1. Puskesmas Pundong

1 - -

14 Sanden 1. Puskesmas Sanden 1 - -

15 Sedayu 1. Puskesmas Sedayu

2. Puskesmas Sedayu 2 - -

16 Sewon 1. Puskesmas Sewon

2. Puskesmas Sewon

2

1. RS Patmasuri

2. RSKB Ring Road

Selatan

3. RSU Gria Mahardika 3

17 Srandakan 1. Puskesmas Srandakan 1 - -

Jumlah 27 13


(27)

6

Dari tabel diatas tampak bahwa jumlah Puskesmas dan Rumah Sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kabupaten Bantul berjumlah 27 Puskesmas, dan 13 Rumah Sakit. Jumlah ini terbagi atas kecamatan terbanyak, dan jumlah puskesmas paling sedikit terdapat di kecamatan Bambang Lipuro, Kretek, Pajangan, Piyungan, Pleret, Pundong, Sanden, Srandakan.

Di Kabupaten Bantul yang mendaftar sebagai peserta anggota BPJS Kesehatan berjumlah 676.276 jiwa (Koran Sindo Daerah, 13 Januari 2016). Dan total peserta JKN mandiri tercatat sebanyak 46.316 jiwa (Harian Jogja, Senin Kliwon, 25 April 2016). Kanit Keuangan BPJS Kesehatan DIY Musdaliza menuturkan di tingkat kabupaten provinsi D. I. Yogyakarta yang membayar premi peserta BPJS Mandiri hanya 70% dari anggota yang tercat. Hal ini tentu berakibat lebih tinggi klaim yang dibayarkan oleh BPJS ke Rumah Sakit. Bahakan tidak sedikit pasien dari luar DIY yang di rawat di rumah sakit DIY. Tetapi klaim BPJS dari rumah sakit yang menanggung adalah BPJS Kesehatan D. I. Yogyakarta.

Ketidakseimbangan pembayaran melebihi angka Rp 1 triliun. Jumlah iuran masuk hanya Rp 338 miliar, sementara jumlah klaim mencapai Rp 1.5 triliun. Penggunaan kartu secara tidak bijak disinyalir menjadi pemicu besarnya defisit yang harus ditanggung oleh BPJS


(28)

7

Kesehatan. (Kepala BPJS DIY, Upik Handayani, Harianjogja.Com, Minggu, 24 Januari 2016-01:20 Wib).

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengalami pembengkakan biaya klaim, salah satu penyebabnya banyak pasien yang meminta dirujuk ke Rumah Sakit (Harianjogja.com). Jumlah iuran yang diterima Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tidak sebanding dengan biaya klaim dari peserta. Di Kabupaten Bantul sendiri jumlah klaim sangat besar dibandingkan dengan premi yang di bayarkan oleh masyarakat pengguna Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Menurut Kepala BPJS Bantul (Bapak Sutardji) Salah satu penyebabnya adalah banyak peserta BPJS Kesehatan mandiri yang tidak membayar iuran yang dibebankan. Peserta BPJS Kesehatan membayar di awal menjadi peserta BPJS Kesehatan untuk meringankan biaya pengobatan di Rumah Sakit. Ketika memasuki bulan kedua atau ketiga, peserta BPJS Kesehatan mulai tidak membayar premi yang dibebankan. Selain itu, banyak peserta BPJS Kesehatan yang hanya membayar premi atas nama seseorang yang sakit atau sedang membutuhkan biaya, sementara anggota keluarga yang sehat tidak diikutsertakan menjadi peserta BPJS Kesehatan (Sindonew.Com, Minggu, 9 Agustus 2015-18:18 Wib).


(29)

8

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menghentikan pelayanan terhadap 1.400 peserta JKN mandiri. Menurut Kepala BPJS Bantul pada tahun 2016 banyak peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mandiri yang tidak membayar iuran. Rata-rata yang tidak membayar iuran sudah dari satu tahun. Sesuai dengan aturan atau toleransi tunggakan premi angsuransi maksimal enam bulan. Bila pembayaran iuran lewat dari toleransi maka BPJS Kesehatan akan menghentikan layanan kesehatan. Peserta BPJS Kesehatan di Kabupaten Bantul yang tidak membayar iuran yang dibebankan banyak didominasi oleh peserta JKN mandiri, karena pembayaran iuran dilandaskan atas dasar kesadaran peserta (Harian Jogja, Senin Kliwon, 25 April 2016).

Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang menjelaskan bahwa Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan.

Pemerintah memberikan kepastian dalam Jaminan Kesehatan bagi masyarakat kurang mampu dengan cara membayarkan iuran tersebut melalui anggaran yang dimiliki oleh pemerintah, sehingga para masyarakat yang kurang mampu mendapatkan hak-haknya khususnya dalam hal pelayanan kesehatan.


(30)

9

Studi ini difokuskan pada pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yaitu dari sisi Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN. Pertanyaan penting yang dianalisis dalam studi ini berkaitan dengan evaluasi pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap tingkat kepuasan bagi peserta BPJS Kesehatan di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut serta melihat kenyataan yang terjadi di program asuransi kesehatan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (Studi Tentang Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome JKN di Kabupaten Bantul

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2016)”. I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Hubungan Stakeholder dalam BPJS, Rumah Sakit, Puskesmas di Kabupaten Bantul ?

2. Bagaimana Model Pembiayan BPJS Kesehatan di Kabupaten Bantul ? 3. Apa saja Outcome JKN di Kabupaten Bantul bagi masyarakat ?


(31)

10

I.3. Tujuan dan Manfaat

I.3.1. Tujuan Penelitian

1. Mengevaluasi pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yaitu dari sisi Hubungan Stakeholder, Model Pembiayaan, dan Outcome di Kabupaten Bantul provinsi D. I. Yogyakarta.

2. Mengetahui secara mendalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), yaitu dari sisi Hubungan Antar Stakeholder, Model Pembiayaan dan Outcome di Kabupaten Bantul provinsi D. I. Yogyakarta.

I.3.2. Manfaat Penelitian

I.3.2.1. Manfaat Akademik

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi para peneliti, mahasiswa dan semua pihak yang terkait untuk mengkaji tentang pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

I.3.2.2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermafaat bagi kinerja BPJS dan dapat dijadikan bahan atau pedoman bagi pemerintah baik pusat maupun daerah dalam pengambilan kebijakan terkait dengan kinerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada masa yang akan datang.


(32)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

II.1. Kajian Pustaka

Menurut Mu’rifah (2007:14) Kesehatan adalah segala usaha dan tindakan seseorang untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri dalam batas-batas kemampuannya agar mendapatkan kesenangan hidup dan mempunyai tenaga kerja yang sebaik-baiknya.

Pelayanan kesehatan menurut Azwar (2010:21) yaitu menunjuk pada tingkat kesempurnaan penampilan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan (ejournal Administrasi Negara Volume 4 Nomor 1 2016 : 2127 - 2140).

Menurut Mutiarin dkk (2015) dalam penelitiannya evaluation of Universal Health Coverage Policy : A Comparison Study Between Indonesia and Thailand. Bahwa permasalahan yang ada dipelaksanaan UCH di Indonesia meliputi pencapaian target, kekurangan dana untuk perawatan kesehatan, dan kualitas pelayanan JKN di Indonesia. sementara di thailand, hasil menunjukkan bahwa pelaksanaan UC umumnya sukses karena pemerintah mempertahankan standar fasilitas dan kualitas layanan rumah sakit. Namun, UC di Thailand juga menghadapi beban keuangan


(33)

12

dari pengeluaran pemerintah dan juga kualitas perawatan medis dengan layanan terhormat dan bertanggung jawab kepada orang-orang miskin perlu ditingkatkan.

Menurut Yandrizal dkk (2015) dalam analisis kemampuan dan kemauan membayar iuran terhadap pencapaian JKN yang mana nantinya wajib bagi seluruh rakyat yang mampu maupun tidak mampu. Penduduk Kota Bengkulu 356.253 jiwa yang menjadi peserta tercatat sekitar 230.576 orang. Kunjungan di Puskesmas Basuki Rahmat tahun 2014 sebanyak 33.336 pasien, belum menggunakan JKN yaitu 21.245 pasien (63,73%). Warga yang belum menjadi peserta 87%, menjadi peserta 13%, pendapatan 5%. Warga sebagian besar 82% kurang dari iuran terendah Rp. 25.500,- atau tidak mampu. Warga tidak mampu membayar 86,59% belum menjadi peserta. Warga yang mampu tetapi belum peserta 88,89%. Warga yang merokok 81,2% tidak mampu.

Menurut Noormalasari dkk (2015) dalam penelitiannya terhadap Kemampuan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional Bagi Nelayan di Kabupaten Jember menunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan per bulan responden tergolong sedang yakni berada pada interval ≥Rp.3.100.000,- s.d ≤Rp.7.750.000,-dengan rata-rata sebesar Rp.6.200.000, sedangkan rata-rata total pengeluaran rumah tangga mencapai Rp.6.077.424, Sebagian besar responden (54,5%) mampu


(34)

13

membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional. Sebagian besar responden hanya memiliki kemampuan membayar iuran untuk rawat inap kelas 3 (Rp.25.500,- per orang per bulan).

Menurut Sumpri (2015) dalam pelayanan kesehatan ruang rawat inap peserta pengguna BPJS di RSUD Dr. Soedarso Kalimantan Barat menunjukkan bahwa pelayan kesehatan di lihat dari 4 aspek, (1) adanya kemudahan dalam pengurusan kepentingan dengan pelayanan yang cepat sudah cukup, (2) pelayanan yang wajar masih kurang baik, (3) untuk mendapatkan perlakuan yang sama masih kurang baik, (4) dan untuk mendapatkan pelayanan yang jujur dan terus terang sudah cukup baik.

Menurut Arsih (2014) dalam jurnal ilmiahnya tentang kesiapan pemerintah dalam mewujudkan jamian kesehatan nasional bagi warga negara dalam aspek kesehatan, bila pemerintah belum dapat mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan fasilitas kesehatan dan biaya jaminan kesehatan dari tahun ketahun semakin meningkat pesat, Jumlah penduduk pada tahun 2019 sebagai tahun pelaksanaan total program JKN adalah sebesar 258.437.000. Sebanyak 56,27% penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Kesiapan pemerintah dalam melaksanakan jaminan kesehatan nasional di Indonesia telah sesuai standar, namun kesiapan ini belum terlaksana secara merata. Tampak bahwa program jaminan kesehatan masyarakat yang dimulai pada 2005,


(35)

14

dan upaya pemerintah melakukan percepatan dengan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) pada Januari 2014, masih terdapat tantangan yang harus dihadapi. Hal ini perlu kesiapan semua unsur untuk mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional.

Tabel II.1

Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Judul

Penelitian Kesimpulan

1 Fidela Firwan Firdaus, (2015).

Evaluasi Kualitas Pelayanan

Terhadap Kepuasan

Pasien Rawat Jalan Peserta BPJS di RSUD

Panembahan Senopati Bantul

Hasil dan pembahasan: Hal yang mempengaruhi kepuasan pasien antara lain: pendaftaran lancar, waktu tunggu, pelayanan cepat, ramah, sopan, keterampilan dan perawatan medis bagus, profesional, ruangan bersih dan fasilitas lengkap. Sebaliknya, hal-hal yang menjadi hambatan kepuasan pasien antara lain: karyawan pendaftaran datang terlambat, lambat, dan mengobrol sendiri, waktu tunggu lama, nada suara petugas medis tinggi, keramahan kurang, ruangan kurang luas, tidak memakai sekat, ruang tunggu kurang, jarak poli satu ke poli lain terlalu dekat, dan tidak ada pengeras suara. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu BPJS.

2 Debra S. S. Rumengan1, J. M. L. Umboh2, G. D. Kandou2 ( 2015)

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan Pada Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara Persepsi responden tentang JKN, akses layanan dan persepsi responden terhadap tindakan petugas dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan di Puskemas Paniki Bawah Kota Manado maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara Persepsi tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas.


(36)

15

antara Akses Layanan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas.

3. Terdapat hubungan yang bermakna antara Persepsi terhadap Tindakan Petugas Kesehatan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas.

4. Secara Faktor Persepsi tentang Jaminan Kesehatan Nasional, Akses Layanan serta Persepsi terhadap Tindakan Petugas Kesehatan memiliki hubungan bermakna dan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas, dan yang paling dominan hubungannya adalah Persepsi terhadap tindakan petugas.

3 Yandrizal1, Betri Anita1, Desri

Suryanti1 (2013).

Analisis Kebijakan Jaminan Kesehatan Kota Bengkulu Dalam Upaya Efisiensi dan Efektifitas

Pelayanan di Puskesmas

Hasil Penelitian: Kebijakan Jamkeskot Bengkulu dilaksanakan belum menerapkan prinsip asuransi, dimana penyelenggara berfungsi mengendali kan mutu dan biaya pelayanan keseha tan yang diberikan baik di pelayanan dasar/primer maupun di pelayanan rujukan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah Puskesmas merujuk pasien sebagian besar (67%) masih berwenang puskesmas melakukan pengobatan, Puskesmas merujuk karena peralatan dan obat yang terbatas di Puskesmas, Pasien yang dirujukan sebagian memaksa untuk dirujuk karena pelayanan gratis dipuskesmas kurang berkualitas, bagian belum optimal melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota untuk melakukan pembinaan kepada Puskesmas dalam upaya peningkatan efektifitas pelayanan. Pelaksanaan Jamkeskot belum menerapkan prinsip jaminan kesehatan sosial.


(37)

16

4 Asun, (2015).

Kualitas Pelayanan Kesehatan

Masyarakat di Puskesmas

Simpang Tiga Kecamatan

Banyuke Hulu Kabupaten Landak

Model penelitian yang digunakan yaitu kualitatif bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas simpang tiga belum optimal dalam pelaksanaannya. Dikarenakan belum adanya alat Rongent, belum adanya tenaga farmasi dan tenaga analisis kesehatan, masih ada yang kurang ramah, masih kurang mampu untuk menangani pasien secara cepat, masih kurang mampu membuat masyarakat lebih percaya, kurang tanggap dan cepat melayani pasien.

5 Maya Widyana Dewi, (2015).

Perbandingan Premi Asuransi Kesehatan Peserta BPJS Badan Usaha Dengan Asuransi Kesehatan Swasta

Penelitian ini lebih tertuju pada penelitian komparatif yaitu penelitian yang bersifat membandingkan, dalam hal ini adalah membandingkan hasil perhitungan premi asuransi BPJS badan usaha dengan premi asuransi kesehatan swasta, dimana hasilnya akan diturunkan untuk melihat adanya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Hasil perbandingan perhitung- an premi asuransi kesehatan BPJS badan usaha dan asuransi kesehatan swasta menghasilkan premi asuransi kesehatan BPJS badan usaha yang jauh lebih murah dari pada premi asuransi kesehatan swasta.

6 Sutanta, (2016).

Persepsi

Masyarakat Yang Tidak Menjadi Anggota Jaminan Kesehatan

Nasional

Terhadap Program Jaminan Kesehatan Nasional

Kesimpulan dari analisis penelitian sebagai berikut:

1. Motivasi masyarakat untuk tidak menjadi anggota JKN adalah dapat timbul karena faktor intrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri individu yang ditandai dengan adanya hasrat untuk hidup sehat tanpa ada beban ketika sedang mengalami sakit, namun dapat juga karena faktor ekstrinsik yaitu perasaan ingin membahagiakan diri sendiri dan anggota keluarga sehingga ada kepuasan tersendiri bagi masyarakat tersebut. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi motivasi bisa berasal dari lingkungan


(38)

17

keluarga, teman maupun kondisi lingkungan sosial dimana masyarakat itu tinggal.

2. Masyarakat yang ekonominya cukup semuanya memiliki motivasi yang tinggi karena mereka mempunyai pekerjaan tetap dan secara otomatis mereka terdaftar sebagai angggota BPJS.

3. Ada keterkaitan antara motivasi dengan pelayanan kesehatan baik di dirumah sakit ataupun puskesmas dibuktikan dengan pelayanan yang kurang baik mempengaruhi motivasi masyarakat mendaftar menjadi anggota JKN yaitu pengalaman dari anggota masyarakat yang kurang memuaskan karena ada perbedaan pelayananan di rumah sakit antara yang menggunakan kartu JKN dengan yang tidak menggunakan kartu JKN sehingga mempengaruhi motivasi masyarakat.

4. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi masyarakat untuk ikut menjadi anggota JKN yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik (lingkungan), yang ditemukan pada informan faktor intrinsik meliputi: keinginan sehat, (pengetahuan, pengalaman, sosail ekonomi. Sedangkan untuk faktor ekstrinsik meliputi: dorongan orang tua, keluarga, teman, saudara yang pernah mendapatkan pengalaman mendapatkan pelayanan yang kurang memuaskan ketika meng- gunakan kartu JKN di rumah sakit.


(39)

18

7 Ni Made Widiastuti, (2015).

Hubungan Jenis Fasilitas

Kesehatan

Tingkat Pertama, Status Kepesertaan dan

Karakteristik Sosio-Demografis Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Jaminan Kesehatan Nasional di Kota Denpasar

Hasil dari penelitain yang di lakukan oleh Ni Made Widiastuti iaitu Sebagian besar pasien JKN (69,6%) puas terhadap mutu layanan pada FKTP dengan tingkat kepuasan tertinggi (90%) di dokter umum dan terendah di klinik swasta (47,5%). Berdasarkan dimensi mutu, kepuasan tertinggi pada dimensi empathy (96,6%) dan terendah pada dimensi tangible (71,1%). Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan signifikan jenis FKTP (dokter umum PR=1,9; 95% CI =1,1-3,4; p=0,034 dan Puskesmas PR= 1,9; 95% CI =1,2- 3,0; P=0,009), status kepesertaan (PR= 1,5; 95% CI= 1,3-1,7; p=0,009) dan pendidikan (PR= 0,7; 95% CI =0,6-0,9; p=0,023) dengan kepuasan pasien JKN. Pada analisis multivariat variabel yang berhubungan dengan kepuasan pasien JKN adalah jenis FKTP yaitu dokter umum (PR=1,9; 95% CI=1,1-3,5; p=0,032) dan Puskesmas (PR=1,8; 95% CI =1,0- 3,0; p=0,034).

8 Sri

Wahyuningsi h Nugraheni, (2015). Evaluasi Penerapan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta

Hasil dari penelitian ini adalah RSUD Dr. Moewardi Surakarta melayani semua jenis pasien jaminan kesehatan, baik dari JKN, PKMS, maupun jaminan kesehatan komersial lainnya. RSUD DR. Moewardi Surakarta menyediakan jenis pelayanan dan kelas perawatan sesuai dengan premi masing-masing jaminan kesehatan dan menggunakan sistem case-mix (sistem INA CBG’s). Permasalahan yang timbul dari penerapan JKN di RSUD DR. Moewardi Surakarta meliputi bangsal perawatan kelas III sering penuh, adanya batasan-batasan jenis pelayanan untuk tiap jenis jaminan kesehatan, dan adanya obat yang tidak termasuk kedalam Fornas.


(40)

19

9 Elvita Chandra Pranata, Jati Listiyanto Pujo1 , (2015).

Tingkat Kepuasan Keluarga Pasien Pengguna

Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Terhadap Kualitas

Pelayanan

Perawatan Pasien Instalasi Rawat Intensif (IRIN) di RSUP. Dr.Kariadi Semarang

Hasil dari penlitian ini adalah Tingkat kepuasan keluarga pasien pengguna BPJS terhadap aspek bukti fisik adalah puas dengan indeks tanggapan : 80,92. Tingkat kepuasan keluarga pasien pengguna BPJS terhadap aspek keandalan adalah puas dengan indeks tanggapan : 80,92. Tingkat kepuasan keluarga pasien pengguna BPJS terhadap aspek daya tangkap adalah puas dengan indeks tanggapan : 85,54. Tingkat kepuasan keluarga pasien pengguna BPJS terhadap aspek jaminan adalah puas dengan indeks tanggapan : 84,99. Tingkat kepuasan keluarga pasien pengguna BPJS terhadap aspek empati adalah puas dengan indeks tanggapan : 81,64. 10 Rismawati1.

(2016).

Pelayanan BPJS Kesehatan

Masyarakat di Puskesmas

Karang Asam

Kecamatan Sungai Kunjang Kota Samarinda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelayanan BPJS kesehatan masyarakat di Puskesmas Karang Asam dilihat dari segi peserta adalah masyarakat Kota Samarinda yang sudah mendaftar di Kantor BPJS dan harus memenuhi persyaratan administrasi yang ditetap- kan oleh Puskesmas Karang Asam sesuai peraturan BPJS kesehatan. Dalam pemberian pelayanan kesehatan sering terjadi antrian panjang karena banyaknya jumlah pasien. Pendaftaran peserta dilakukan di kantor BPJS. Tahap verifikasi dan identifikasi peserta dilakukan oleh staf kantor BPJS setelah berbagai persyaratan pendaftaran dipenuhi oleh calon peserta BPJS. Hak dan kewajiban peserta diatur dalam Peraturan BPJS serta perubahan data dan status peserta dapat terjadi berkenaan dengan perbahan data dari Puskesmas.


(41)

20

11 Andri Putra Kesmawan, Dyah Mutiarin1. (2015). Implementasi Kebijakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Kesehatan di Kabupaten Bantul Daerah

Istimewa Yogyakarta

Hasil penelitian ini, implementasi kebijakan BPJS Kesehatan di Kabupaten Bantul dilaksanakan dengan sangat baik. Setelah dilakukan penelitian diperolehan hasil nilai indeks dimensi komunikasi 4,44 (sangat baik), dimensi sumber daya 4,59 (sangat baik), dimensi disposisi 4,44 (sangat baik) dan dimensi struktur birokrasi 4,57 (sangat baik). Variabel yang mempengaruhi implementasi Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Kabupaten Bantul adalah Konteks Kebijakan (X2) yakni sebesar 0.839 (sangat kuat). Sementara itu variabel Isi Kebijakan (X1) korelasinya signifikan terhadap variabel Implementasi (Y) lebih kecil yakni sebesar 0.768 (sangat kuat). Selanjutnya, ada perbedaan pengaruh Implementasi Kebijakan BPJS Kesehatan terhadap peserta PBI Jaminan Kesehatan dan peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan pada semua dimensi yakni dimensi kepesertaan dengan nilai Fh=100, dimensi pelayanan dengan nilai Fh=100 dan dimensi finansial dengan nilai Fh=100. 12 Herman

Rante, Dyah Mutiarin1. (2015). Persepsi Masyarakat Terhadap Layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan di RSUD

Morangan Sleman DIY

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi masya- rakat terhadap layanan BPJS kesehatan di RSUD Morangan Sleman DIY berda- sarkan Pasal 10 undang-undang No 24 tahun 2011 yang terdiri dari.

1. Melakukan dan/atau menerima pendaf- taran Peserta.

2. Memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja.

3. Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah.

4. Mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial.


(42)

21

membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program Jaminan Sosial dan

6. Memberikan informasi mengenai

penyelenggaraan program

Jaminan Sosial kepada Peserta dan masyarakat sudah baik dengan rentang nilai indeks 2,78 s/d 3,43.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. tidak ada perbedaan persepsi yang siginifikan antara golongan masyarakat penerima bantuan iuran dan masyarakat non

penerima bantuan iuran

berdasarkan pelaksanaan dan atau menerima pendaftaran peserta BPJS Kesehatan di Sleman. 2. tidak ada perbedaan persepsi

yang siginifikan antara golongan masyarakat penerima bantuan iuran dan masyarakat non

penerima bantuan iuran

berdasarkan pengelolaan data peserta BPJS Kesehatan di Sleman.

3. ada perbedaan persepsi yang siginifikan antara golongan masyarakat penerima bantuan iuran dan masyarakat non

penerima bantuan iuran

berdasarkan pembayaran manfaat atau membiayai pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan di Sleman dan

4. ada perbedaan persepsi yang siginifikan antara golongan masyarakat penerima bantuan iuran dan masyarakat non

penerima bantuan iuran

berdasarkan pemberian informasi penyelenggaraan BPJS Kesehatan Sleman.


(43)

22

II.2. Landasan Teori

II.2.1. Universal Health Coverage

Universal Health Coverage menurut Mundiharno (2012:209) dapat diartikan sebagai cakupan menyeluruh. Istilah universal coverage berasal dari WHO (World Health Organisation), lebih tepatnya universal health coverage.

Mundiharno (2012:209) menjelaskan lebih jauh lagi mengenai tiga dimensi universal health coverage yakni bahwa:

1. Dimensi Cakupan Kepesertaan

Dari dimensi ini universal coverage dapat diartikan sebagai “kepesertaan menyeluruh”, dalam arti semua penduduk dicakup menjadi peserta jaminan kesehatan. Dengan menjadi peserta jaminan kesehatan diharapkan mereka memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan. Namun tidak semua penduduk yang telah menjadi peserta jaminan kesehatan dapat serta merta mengakses pelayanan kesehatan. Jika di daerah tempat penduduk tinggal tidak ada fasilitas kesehatan, penduduk akan tetap sulit menjangkau pelayanan kesehatan.

2. Akses Yang Merata

Universal health coverage adalah akses yang merata bagi semua penduduk dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Secara implisit pengertian ini mengandung implikasi perlu tersedianya


(44)

23

fasilitas dan tenaga kesehatan agar penduduk yang menjadi peserta jaminan kesehatan benar-benar dapat memperoleh pelayanan kesehatan.

3. Pembiayaan Yang Ringan

Universal coverage juga berarti bahwa proporsi biaya yang dikeluarkan secara langsung oleh masyarakat (out of pocket payment) makin kecil sehingga tidak mengganggu keuangan peserta (financial catastrophic) yang menyebabkan peserta menjadi miskin.

Dari uraian-uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa semua masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan yang dibutuhkan tanpa ada kesulitan dan masyarakat tidak harus memikirkan bagaimanan cara membayarnya. Hal ini sesuai dengan kerangka konsep yang disebutkan oleh World Health Organization (WHO) bahwa “The WHO’s conceptual framework suggests three broad

dimensions of UHC: population coverage, service coverage, and financial

coverage”.

Gambar II.1

Dimensi Universal Health Coverage


(1)

II. METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode kombinasi

(Mixed Methods). [16] metode penelitian kombinasi merupakan pendekatan dalam penelitian yang mengkombinasikan atau menghubungkan antara metode penelitian kuntitatif dan kualitatif. Hal itu mencakup landasan filosofis, penggunaan pendekatan kulitatif dan kuantitatif, dan mengombinasikan kedua pendekatan dalam penelitian.

B. Teknik Pengumpulan Data

Data dan informasi dikumpulkan melalui wawancara, koesioner serta dokumentasi dengan masalah yang di teliti seperti uraian dibawah:

1. Wawancara adalah tanya jawab antara peneliti dengan responden. Wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan data secara detail dari responden terkait dengan permasalahan yang di teliti.

2. Koesioner (Angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan pernyataan tertulis kepada responden alternatif jawaban: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Pengukuran dengan menggunakan skala likert, menurut [17] skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala ini menggunakan respon yang dikategorikan dalam empat macam kategori jawaban dengan bobot penilaian:

1) Alternatif jawaban Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4 2) Alternatif jawaban Setuju (S) diberi nilai 3 3) Alternatif jawaban Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2 4) Alternatif jawaban Sangat Tidak Setuju (STS)

diberi nilai 1

Analisis data kuantitatif merupkan pengukuran yang digunakan dalam suatu penelitian yang dapat dihitung dengan jumlah satuan tertentu atau dinyatakan dalam angka-angka. Analisis ini meliputi pengolahan data, pengorganisasian data, dan penemuan hasil. Dalam penelitian ini, analisis data kuantitatif yang digunakan adalah analisis angka indeks. Analisis indeks tersebut ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

P = Presentase

F = Frekuensi atau banyaknya jawaban N = jumlah responden

Sehingga untuk mengetahui tingkat evaluasi pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional-JKN di Kabupaten Bantul menggunakan skala indeks dengan rumus :

(fSS x 4) + (fS x 3) + (fTS x 2) + (fSTS x 1) N

Keterangan :

N = Jumlah sampel

FSS = Frekuensi yang menjawab option SS

FS = Frekuensi yang menjawab option S FTS = Frekuensi yang menjawab option TS FSTS = Frekuensi yang menjawab option STS Analisis deskriptif variabel merupakan gambaran variabel yang diperoleh berdasarkan jawaban responden mengenai pertanyaan atau pernyataan yang didasarkan pada indikator yang akan diteliti. Kecenderungan jawaban responden akan dilihat untuk semua variabel penelitian. Kategori masing-masing variabel ditentukan dengan terlebih dahulu membuat interval kelas dengan rumus:

Keterangan kategori berdasarkan perhitungan interval kelas tersebut, dapat dilihat pada Tabel III.3

Tabel III.3 Kategori Interpretasi

Berdasarkan kategori pada Tabel III.3 variabel dalam penelitian ini akan ditentukan dengan cara menghitung mean untuk setiap variabel penelitian dan hasilnya akan dicocokkan masuk dalam kategori yang mana dari tabel interpretasi diatas.

3. Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mencacat atau mengkutip dari dokumen atau arsip-asrip berupa regulasi, majalah, internet yang diperlukan untuk melengkapi data.

C. Tekhnik Analisa Data

Menurut [18] analisa data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan berkerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi suatu yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

1. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data yang kasar yang dilaksanakan dalam penelitian dan mengatur sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan.

2. Penyajian Data

Sajian singkat adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data, peneliti akan mengerti apa yang akan terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan suatu analisa atau suatu tindakan lain berdasarkan tindakan tersebut.

Kategori Range

Sangat Baik 3,26 - 4,00

Baik 2,51 - 3,25

Kurang Baik 1,76 - 2,50 Tidak Baik 1,00 - 1,75


(2)

3. Penarikan kesimpulan

Dalam kegiatan ini, peneliti melakukan kegiatan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian. Akan tetapi kesimpulan itu masih bersifat sementara sampai penelitian berakhir baru dapat diambil kesimpulan yang sesungguhnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hubungan Stakeholder

1. Hubungan Kerja Sama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Dengan Rumah Sakit

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Sedangkan BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

Rumah sakit adalah salah satu bagian pelayanan kesehatan yang dikembangkan dalam membangun kesehatan. Kebutuhan akan kesehatan menjadi bagian yang sangat vital membuat rumah sakit menjadi sangat penting.

Rumah sakit menurut [19] yaitu suatu bagian

menyeluruh, (Integrasi) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial.

Tabel 4

Daftar Faskes II di Wilayah/Kabupaten Yang Bekerja Sama Dengan BPJS Provinsi DIY

No Wilayah/Kabupaten Jumlah Faskes II

1 Kabupaten Bantul 13

2 Kabupaten Gunung Kidul 3

3 Kabupaten Kulon Progo 4

4 Kabupaten Sleman 21

5 Kota Yogyakarta 16

Jumlah 57

Sumber: Data Diolah Peneliti BPJS-Kesehatan

Dari tabel diatas tampak bahwa jumlah Rumah Sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan Provinsi D. I. Yogyakarta berjumlah 57 Rumah Sakit. Jumlah ini terbagi atas Kabupaten yang ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan di Kabupaten Bantul jumlah Rumah Sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berjumlah 13 Rumah Sakit.

2. Hubungan Kerja Sama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Dengan Puskesmas

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat penting di Indonesia. Pusat pembinaan masyarakat di bidang kesehatan dan pelayanan kesehatan

tingkat pertama yang unit pelaksana teknis dinas kebupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes, 2011).

Puskesmas adalah unit pelayanan tingkat pertama dalam membangun kesehatan di Indonesia. Pelayanan tingkat pertama ini menjadi sangat penting keberadaaya untuk mewujudkan derajat kesehatan secara optimal.

Tabel 5

Daftar Faskes I di Wilayah/Kabupaten Yang Bekerja Sama Dengan BPJS Provinsi DIY

No Wilayah/Kabupaten Jumlah Faskes I

1 Kabupaten Bantul 27

2 Kabupaten Gunung Kidul 30

3 Kabupaten Kulon Progo 21

4 Kabupaten Sleman 25

5 Kota Yogyakarta 18

Jumlah 121

Sumber: Data Diolah Peneliti BPJS-Kesehatan

Dari tabel diatas tampak bahwa jumlah Puskesmas yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan Provinsi D. I. Yogyakarta bejumlah 121 puskesmas. Jumlah ini terbagi atas Kabupaten yang ada di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan di Kabupaten Bantul jumlah Puskesmas dan Rumah Sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berjumlah 27 Puskemas. Kabupaten Bantul terbanyak kedua dari Kabupaten Gunung Kidul dalam hubungan kerja sama BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Tebel 6

Daftar Fasilitas Kesehatan Yang Bekerja Sama Dengan BPJS Kesehatan di Kabupaten Bantul

No Nama Fasilitas Kesehatan Jumlah

1 Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit 13 2 Fasilitas Kesehatan RS TNI/POLRI 1 3 Fasilitas Kesehatan Puskesmas 27 4 Fasilitas Kesehatan Dokter Praktik Perorangan 13 5 Fasilitas Kesehatan Dokter Gigi 6 6 Fasilitas Kesehatan Klinik Pratama 8 7 Fasilitas Kesehatan Klinik TNI 3 8 Fasilitas Kesehatan Klinik POLRI 1

9 Fasilitas Kesehatan Apotek 13

10 Fasilitas Kesehatan Optik 2

11 Fasilitas Kesehatan Lainnya 3

Jumlah Fasilitas Kesehatan 90

Sumber: Data Diolah Peneliti BPJS-Kesehatan

Dari tabel di atas tampak bahwa jumlah yang terbanyak di fasilitas kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat sebesar 27 fasilitas kesehatan dan yang paling sedikit di fasilitas Kesehatan RS TNI/POLRI, Fasilitas Kesehatan Klinik POLRI sebesar 1 fasilitas kesehatan. Dari jumlah keselurhan sebesar 90 fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Bantul.

a. Pola hubungan antar lembaga Bandan Penyelenggara Jamaian Sosial (BPJS) Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan

Hubungan Kerja Sama antar lembaga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dengan Faslitas Kesehatan yang telah diamanatkan dalam Peraturan


(3)

Pemerintah RI Nomor 85 Tahun 2013 Pasal 6 ayat 1 dan 2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dalam melaksanakan tugasnya, dapat melakukan kerja sama dengan organisasi atau lembaga lain dalam negeri dan luar nergi. Kerja sama ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas BPJS Kesehatan atau meningkatkan kualitas pelayanannya kepada peserta.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Menurut Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden No.12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan dalam pasal 1 ayat 14 menjelaskan bahwa pengertian dari fasilitas kesehatan ialah pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.

Fasilitas kesehatan haruslah menjamin kesehatan dari pesertanya sendiri. Menurut peraturan presiden tersebut, setidaknya ada dua kategori yang masuk kepada peserta JKN Kesehatan yaitu, PBI dan bukan PBI kesehatan. Peserta PBI kesehatan adalah orang yang tergolong fakir miskin dan tidak mampu. Sedangkan peserta bukan PBI kesehatan merupakan pesrta yang bukan tergolong fakir miskin dan orang yang tidak mampu, diantaranya ialah pekerja penerima upah dan kelurganya, pekerja bukan penerima upah dan keluarganya, serta bukan pekerja dan angota keluarganya.

Adapun pekerja penerima upah yang dimaksud ialah pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI, anggota Polri, pejabat negara, pegawai pemerintah non pegawai negeri, pegawai swasta, dan pekerja yang tak termasuk jenis-jenis pekerjaan diatas namun menerima upah. Sedangkan pekerja bukan penerima upah yang dimaksud ialah pekerja diluar interaksi kerja atau pekerja mandiri ataupun pekerjaan lainnya yang bukan penerima upah.

Fasiltas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan terhadap perserta BPJS Kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan derajat kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakan ras, suku, bangsa.

3. Alur Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan

Alur pelayanan peserta BPJS Kesehatan melalui beberapa tahapan yang dijelaskan dalam gambar V.2 adalah:

Gambar 2

B. Model Pembiayaan Asurasi BPJS Kesehatan 1. Pembiayaan Peserta BPJS Kesehatan

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 19/2016 tentang perubahan kedua atas Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).

Tebel 7

Besaran Iuran Yang Harus Dibayar Peserta JKN

PESERTA BENTUK IURAN BESARAN IURAN KET

PBI Nilai Nominal (per jiwa)

Mulai 1 Januari 2016 Rp. 23.000 (dibayarkan

oleh pemerintah)

Rawat inap kelas 3 PNS/TNI/POLRI/

PENSIUN

5% (perkeluarg)

2% dari pekerja 3% dari pemeberi kerja

Rawat Inap Kelas 1 Kelas 2 Pekerja Penerima

Upah Selain PNS dll

4,5% (per keluarga)

Dan 5% (per keluarga)

s/d 30 juni 2015: 0,5% dari pekerja 4% dari pemberi kerja

Mulai 1 juli 2015: 1% dari pekerja 4% dari pemberi kerja

Rawat inap kelas 1, kelas 2

Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja

Nilai nominal (per jiwa)

Mulai 1 April 2016: 1. Rp. 30.000 2. Rp. 51.000 3. Rp. 80.000

1. Rawat inap kelas 3 2. Rawat inap kelas 2 3. Rawat inap kelas 1 Sumber: Perpres No 19 Tahun 2016

a. Model pembiayaan BPJS kesehatan

Ringkasan variabel model pembiayaan BPJS kesehatan dijelaskan dalam tabel V.9 adalah :

Tabel 8

Ringkasan Variabel Model Pembiayaan BPJS Kesehatan

No Indikator Nilai

Indeks Ket

1 Besaran iuran memberatkan

peserta BPJS Kesehatan 2.04

Kurang Baik 2

Pembayaran iuran sesuai manfaat yang diterima peserta BPJS Kesehatan

3.04 Baik

3 Kemudahan sistem

pembayaran BPJS Kesehatan 2.95 Baik

4 Kemudahan penggunaan BPJS

Kesehatan 2.91 Baik

Nilai Indeks Rata-Rata 2.74 Baik

Sumber: Data Diolah Peneliti Hasil Penelitian

Dari penjelasan diatas, dari nilai indek rata-rata indikator yang ada pada tabel V.9 sebesar 2.74 masuk kedalam kategori Baik. Niali ini dapat diartikan bahwa masyarakat di Kabupaten Bantul memiliki persepsi dengan model pembiayaan BPJS Kesehatan saat ini cukup ideal.

2. Skema Pembayaran BPJS Kesehatan Kepada Rumah Sakit

Sedangkan untuk fasilitas rujukan tingkat lanjut, BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA-CBG’s.


(4)

Tabel 9

Komfirmasi Pembayaran BPJS Kesehatan Kepada RSUD Panembahan Senopati Tanggal 21 Juli 2016

NO NAMA PPK URAIAN BANK NOMOR

REKENING

JUMLAH RP.

1

RSUD Panembahan Senopati

RITL Mei'16 mandiri 1370005341884 4.491.627.109

RJTL Mei'16 3.365.370.400

Biaya Transfer -

Jumlah Ditransfer 7.856.997.509

Sumber: RSUD Penembahan Sinopati Bantul

Berdasarkan tabel diatas klaim dari rumah sakit kepada pihak BPJS Kesehatan persatu bulan berdasarkan uraian diantaranya pelayanan kesehatan Rawat Ianap Tingkat Lanjut (RITL) sebesar 4.491.627.109 dan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) sebesar 3.365.370.400 total sebesar 7.856.997.509 yang harus dibayarkan dari pihak BPJS Kesehatan kepada rumah sakit.

3. Skema Pembayaran BPJS Kesehatan Kepada Puskesmas

pembayaran BPJS Kesehatan kepada fasiliatas kesehatan tingkat pertama dengan kapitasi.

Tabel 10

Komfirmasi Pembayaran Kapitasi BPJS Kesehatan Kepada Puskesmas Bantul 1 Tanggal 15 Juni 2016

NO NAMA FKTP PESERTA TOTAL MEI BPJ APRIL BPJ KAPITASI TOTAL PAJAK DITRASFER JUMLAH

1 Puskesmas Bantul 1 23.489 6.000 6.000 140.934.000 140.934.000

Biaya Transfer -5000

Jumlah 140.929.000

Sumber: Puskesmas Bantul 1

Berdasarkan hasil tabel diatas klaim dari puskesmas bantul 1 kepada pihak BPJS Kesehatan persatu priode pembayaran pada bulan Mei peserta yang terbagi dalam status keanggotaannya diantaranya, peserta dengan status Non PBI sebanyak 7.574 jiwa dan peserta dengan status PBI sebanyak 15.880 jiwa dan jumlah keseluruhan peserta pada bulan Mai 2016 sebesar 23.454 jiwa. Dari setiap peserta BPJS Kesehatan nilai nominal yang dibayarkan sebesar 6.000 rupiah dan jumlah keseluruhan kapitasi pada bulan mai sebesar 140.724.000. Dan terdapat peserta susulan pada bulan April 2016 sebanyak 35 orang peserta, jumlah kapitasi susulan sebesar 210.000. dari jumlah peserta keseluruhan yang berobat pada bulan mai dan peserta susulan di puskesmas bantul 1 sebanyak 23.489 jiwa. Total sebesar 140.929.000 yang harus dibayarkan dari pihak BPJS Kesehatan kepada puskesmas bantul 1 per-satu priode.

C. Outcome Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Outcome adalah ukuran kinerja berdasarkan tingkat keberhasilan berdasarkan tujuan program yang sudah dilaksanakan. Dalam mencapai tujuan jamianan kesehatan WHO memberikan pedoman sebagai berikut,

pertama adalah seberapa besar persentase penduduk

yang dijamin, kedua adalah seberapa lengkap pelayanan yang dijamin , ketiga seberapa besar proporsi biaya langsung yang masih ditanggung oleh penduduk.

1. Persentase Terjaminnya Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Sedangkan BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

Sedangkan secara persentase, cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dalam hal ini adalah BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut.

Gambar 3

Cakupan Peserta BPJS Kesehatan

Dari gambar diatas tampak bahwa kepesertaan BPJS Kesehatan di Indonesia (52,5%) Provinsi D I Yogyakarta ada di urutan ke enam teratas dari selurus provinsi di Indonesia (64,4%). Kondisi ini menunjukkan kesadaran masyarakat di provinsi D I Yogyakarta untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan relatif cukup tinggi.

Kabupaten Bantul sendiri dari hasil registrasi penduduk pada tahun 2015 berjumlah 919.440 jiwa dan yang menjadi peserta asuransi BPJS Kesehatan sebesar 676.276 jiwa (73%). Kondisi ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat di Kabupaten Bantul cukup baik untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan.

2. Terjaminnya Pelayanan Kesehatan

Menurut [20] pelayanan kesehatan adalah sub sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.

Menurut Perpres Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 2 Ayat 1 Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputim pemberian pelayanan seperti penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi rutin, keluarga berencana dan skrining kesehatan.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 pasal 22 ayat (1) huruf a dan huruf b menjelaskan pelayanan kesehatan yang dijamin adalah Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik dan Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan.


(5)

a. Kualitas pelayanan peserta BPJS Kesehatan di Faskes 1

Tabel 11

Ringkasan Variabel Berdasarkan Kualitas Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan di Faskes 1

No Indikator Nilai Indeks Ket

1 Prosedur pelayanan BPJS Kesehatan 2.30 Kurang Baik

2 Fasilitas memenuhi kebutuhan

kesehatan di puskesmas 2.93 Baik

3 Terjaminya pelayanan pengobatan

peseta BPJS di puskesmas 2.83 Baik

4 Tenaga kesehatan mencukupi

pelayanan di puskesmas 2.84 Baik

Nilai Indeks Rata-Rata 2.72 Baik

Sumber: Data Diolah Peneliti Hasil Penelitian

Dari penjelasan diatas, kualitas pelayanan BPJS Kesehatan di Faskes 1 yang ada di Kabupaten Bantul dari nilai indek rata-rata indikator yang ada pada tabel V.18 adalah sebesar 2.72 masuk kedalam kategori baik. Nilai ini dapat diartikan bahwa masyarakat memiliki persepsi bahwa kualitas pelayanan di faske 1 sudah berkategori baik dalam melakukan pelayanan.

3. Ringannya Biaya Kesehatan

Penjelasan Pasal 19 UU SJSN menyatakan bahwa yang dimaksud prinsip asuransi sosial adalah sebagai berikut:

1. Kegotong-royongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, dan yang berisiko tinggi dan rendah.

2. Kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif. 3. Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan. 4. Bersifat nirlaba.

Prinsip ekuitas yang dimaksud adalah kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang terkait dengan besaran iuran yang telah dibayarkan. Kesamaan memperoleh pelayanan adalah kesamaan jangkauan finansial ke pelayanan kesehatan.

Biaya pelayanan yang dicover oleh BPJS Kesehatan di fasilitas tingkat pertama adalah biaya kapitasi maksimal di Puskesmas berdasarkan norma kapitasi yang tersedia yang dijelaskan dalam tabel Tabel 12 sebagai berikuit:

Tabel 12

Cakupan Pembiayaan Kapitasi di Faskes Tingkat Pertama

Norma Kapitasi Puskesmas

No Norma Kapitasi Tarif Kapitasi Maksimal (Rp) PUSKESMAS

6.000 5.500 5.000 4.500 3.500 3.000

Ketersediaan: 1 Dokter Umum:

a. 1 Orang  

b. Minimal 2 Orang  

2 Dokter Gigi   

3 Bidan / Perawat       4 Laboratorium Sederhana       5 Apotek / Pelayanan Obat      

Sumber : BPJS Kesehatan

Sedangkan biaya yang dicover oleh BPJS dipelayanan tingkat lanjut/faskes II adalah biaya operasi seperti operasi Jantung, Caesar, Kista, Miom, Tumor, Odontektomi, Bedah Mulut, Usus Buntu, Batu Empedu, Mata, Bedah Vaskuler, Amandel, Katarak, Hernia, Kanker, Kelenjer Getah Bening, Pencabutan Pen, Penggantian Sendi Lutut, Timektomi dan Operasi Ginjal.

Pelayanan kesehatan yang dicover oleh BPJS Kesehatan bisa dimanfaatkan bagi masyarakat yang sudah terdaftar sebagai anggota BPJS. Dan bagi peserta yang ingin memanfaatkan pelayanan yang sudah disediakan oleh BPJS Kesehatan, peserta harus mematuhi persaratan yang sudah ditentukan.

Biaya pelayanan kesehatan yang dicover oleh BPJS Kesehatan bisa membantu masyarakat dalam meringankan biaya pelayan pengobatan kesehatan di fasilitas tingkat pertama dan tingkat lanjutan. Walaupun biaya kesehatan tidak semua masyarakat dibayarkan oleh pemerintah, bagi masyarakat yang tidak mampu maka baiaya kesehatan akan dibayar oleh pemerintah dengan memberikan asuransi kesehatan.

a. Outcome JKN

Karakteristik berdasarkan outcome JKN dijelaskan dalam tabel 13 adalah :

Tabel 13

Ringkasan Variabel Outcome JKN

No Indikator Nilai Indeks Ket

1 Terjaminnya kesehatan dengan

menjadi peserta JKN 3.04 Baik

2 Kesehatan lebih baik dengan

menjadi peserta JKN 3.00 Baik

3 Pelayanan pengobatan menjadi baik

dengan menjadi peserta JKN 3.07 Baik 4

Pembiayaan kesehatan menjadi ringan dengan menjadi peserta JKN

3.14 Baik

Nilai Indeks Rata-Rata 3.06 Baik

Sumber: Data Diolah Peneliti Hasil Penelitian

Dari penjelasan diatas, respon peserta BPJS Kesehatan di Kabupaten Bantul terhadap outcome JKN sangat positif, dari nilai indek rata-rata indikator yang ada pada tabel V.24 sebesar 3.06 masuk kedalam kategori Baik. Nilai ini dapat diartikan bahwa masyarakat memiliki persepsi dengan menjadi peserta JKN mempunyai manfaat dalam pelayanan pengonbatan dan meringankan pembiayaan kesehatan.

IV. KESIMPULAN A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang berkaitan dengan pelaksnaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada bab-bab terdahulu maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Ada hubungan antar Stakeholder lembaga BPJS dengan Fasilitas Kesehatan. Pola kerja sama BPJS dengan Fasilitas Kesehatan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor. 85 Tahun 2013. Kerja sama dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas BPJS Kesehatan atau pelayanan kepada peserta. Secara fungsional BPJS sebagai penjamin pelayanan kesehatan bagi pesertanya dan fasilitas kesehatan salah satunya Rumah Sakit dan Puskesmas adalah pelaksana pelayanan kesehatan. Di Kabupaten Bantul sebanyak 90 Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS dalam rangka meningkatkan


(6)

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Sosialisasi BPJS terhadap peserta BPJS belum optimal dilihat dari edukasi peserta BPJS yang igin langsung berobat ke fasilitas tingkat lanjut dan peserta tidak memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. 2. Model pembiayaan BPJS yang ada saat ini sudah

cukup ideal, dari pembayaran BPJS Kesehatan kepada fasiliatas kesehatan tingkat pertama dengan kapitasi, pembayaran BPJS Kesehatan pada tanggal 15 Juni 2016 kepada Puskesmas Bantul 1 sebesar Rp 140.929.000 dari jumlah peserta yang berobat sebanyak 23.489 jiwa. Sedangkan untuk fasilitas rujukan tingkat lanjut, BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA-CBG’s, pembayaran BPJS Kesehatan pada tanggal 21 Juni 2016 kepada RSUD Panembahan Senopati sebesar Rp 7.856.997.509 dari pelayanan kesehatan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL) dan pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL). Sejauh ini pembayaran pihak BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas untuk saat ini masih positif. Dari model pembiayaan BPJS Kesehatan dari nilai indek rata-rata sebesar 2.74. masuk kategori baik. Berdasarkan kualitas pelayanan peserta BPJS Kesehatan di Faskes 1 dari nilai indek rata-rata sebesar 2.78 masuk kategori baik.

3. Outcome Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tingkat keberhasilan cukup baik, dari Persentase terjaminnya kesehatan peserta BPJS sebesar 73% dari jumlah penduduk di Kabupaten Bantul. Bisa diartikan bahwa persepsi masyarakat cukup positif untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan. Pelayanan yang dijamin adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut. Berdasarkan outcome JKN dari nilai indek rata-rata sebesar 3.06 masuk kategori baik. Nilai ini bisa diartikan bahwa peserta BPJS di Kabupaten Bantul memiliki persepsi dengan menjadi peserta JKN dapat meringankan pembiayaan pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Ratminto dan Atik Septi Winarsih. (2015). Manajemen Pelayanan. Yogyakarata: Pusataka Pelajar.

[2] http://ekbis.sindonews.com/read/1097265/178/kenaikan-iuran-bpjs-kesehatan-dib- atalkan-1459427953.

[3] http://economy.okezone.com/read/2016/0/20/320/1292938/ pelayanan-bpjs-keseha- tan-paling-banyak-dikeluhkan. [4]

http://daerah.sindonews.com/read/1031038/189/klaim-bpjs-yogya-jebol-1439114015.

[5] http://daerah.sindonews.com/read/1031038/189/klaim-bpjs-yogya-jebol-1439114015.

[6] http://www.harianjogja.com/baca/2016/01/24/bpjs-kesehatan- pasien-ngotot-dirujuk-biaya-klaim-bpjs-kesehatan-bengkak-683837.

[7] Mundiharno. (2012). Peta Jalan Menuju Universal Coverage Jaminan Kesehatan (Road Map to A Universal Health Coverage). Jurnal Legislasi Indonesia ISSN: 0216-1338. Vol. 9 No. 2). [8] Djogo, Tony dkk. (2003). Kelembagaan Dan Kebijakan Dalam

Pengembangan Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Office.

[9] Syarif, Maryadi. (2013). Teori dan Model Pengembangan Kelembagaan Pendidikan Tinggi Islam. (Media Akademika, Vol. 28, No. 3).

[10] Iryanie, Emy. (2009). TESIS. Komitmen Stakeholder Perusahaan Terhadap Kinerja Sosial Dan Kinerja Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). [11] Susanto, Yohannes Kurniawan dan Josua Tarigan. (2013).

Pengaruh Pengumkapan Sustainability Report Terhadap Profitabilitas Perusahaan. (Business Accounting Review, Vol.1). [12] Akdon dkk. (2015). Manajemen Pembiayaan Pendidikan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

[13] Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan.

[14] Winarno, Budi. (2014). Kebijakan Publik. Yogyakarta: CAPS (Center Of Academic Publishing Service).

[15] Nugroho, Riant. (2009). Public Polici. Jakarta: Alex Media Koputindo.

[16] Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

[17] Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif & RND. Bandung: Alfabeta.

[18] Moleong. L. J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

[19] Lestari, Endang Dkk. (2011). Sistem Informasi Rekam Medika Pada Rumah Sakit Bersalin Graha Rap Tanjung Balai Karimun. (Jurnal Sistem Informasi (JSI), Vol. 3, No. 2).

[20] Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


Dokumen yang terkait

Hubungan Karateristik Dan Persepsi Masyarakat Tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Terhadap Keikusertaan Menjadi Peserta JKN Di Kota Medan Tahun 2014

4 51 157

hubungan karateristik dan persepsi masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap keikusertaan menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014

19 72 157

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

7 64 124

Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

20 192 114

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

1 58 114

PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI KABUPATEN BANTUL SEBAGAI IMPLEMENTASI DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2012.

1 17 17

SKRIPSI PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENYANDANG PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI KABUPATEN BANTUL SEBAGAI IMPLEMENTASI DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2012.

0 4 11

PENDAHULUAN PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI KABUPATEN BANTUL SEBAGAI IMPLEMENTASI DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2012.

0 4 22

2017 Jamsos Sesi 13 FK Pembiayaan JKN Daerah Terpencil

0 0 25

Analisis Ketersediaan Fasilitas dan Pembiayaan Kesehatan pada Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Provinsi Bengkulu

0 1 8