Terjaminnya Pelayanan Kesehatan Outcome Program Jaminan Kesehatan Nasional JKN

122 5. Alat kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat 4 termasuk alat bantu kesehatan. V.4.2.2. Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin Menurut Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2016 Pasal 25 adalah sebagai berikut: 1. Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin terdiri atas: a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku. b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat. c. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau hubungan kerja. d. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggungoleh program jaminan kecelakaan lalu lintas. e. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri. f. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik. g. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas. h. Pelayanan meratakan gigi ortodonsi. 123 i. Gangguan kesehatanpenyakit akibat ketergantungan obat danatau alkohol. j. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri. k. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan health technology assessment. l. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan eksperimen. m. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu. n. Perbekalan kesehatan rumah tangga. o. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasawabah. p. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah preventableadverse events, dan q. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan yang diberikan. 2. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf j, pengobatan dan tindakan medis yang 124 dikategorikan sebagai percobaan eksperimen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf 1, dan kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah preventable adverse events sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf p ditetapkan oleh Mentri. V.4.2.3. Aktor yang menjalankan pelayanan kesehatan Aktor yang menjalankan pelayanan kesehatan dijelaskan dalam gambar V.4 adalah : Gambar V.4 Aktor Yang Menjalankan Pelayanan Kesehatan Sumber : Data Diolah Peneliti Pelayanan kesehatan pasien, pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukannya, baik secara langgsung maupun tidak langsung di rumah sakit. Pasien yang mengalami masalah kesehatan akan mendatangi tenaga kesehatan seperti dokter, perawat atau rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Harapan pasien dengan mendatangi pelayanan kesehatan yang diberikan maka masalah kesehatan BPJS Dokter Perawat Bidan Farmasi Tenaga Pasien 125 yang di alami oleh pasien terselesaikan atua pasien akan mendapatkan kesembuhansehat dari penyakitnya. Menurut UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang dimaksud tenaga kesehatan adalah setiap orang ang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan kesehatan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 dalam pasal 2 ayat 2 sampai dengan ayat 8 tentang tenaga kesehatan terdiri dari : 1. Tenaga medis terdiri dari dokter dan dokter gigi. 2. Tenaga keperawatan terdiri dari perawat dan bidan. 3. Tenaga kefarmasian terdiri dari apoteker, analis farmasi dan asiten apoteker. 4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. 5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien. 6. Tenaga keterampilan fisik meliputi fisiotrafis, okupasiterapis dan 7. Terapis wacara. 126 8. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterafis, neknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik, prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis. Tenaga kesehatan menjadi peranan penting dalam menjalanankan pelayanan kesehatan, dengan adanya ikuta andilnya tenaga kesehatan dapat membantu seseorang dalam menjaga kesehatan secara maksimal. Salah satu faktor penting dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang adalah tenaga kesehatan. Kesehatan seorang pasien menjadi poin penting dalam memberikan pelayanan kesehatan. V.4.2.4. Karakteristik jawaban responden terhadap prosedur pelayanan BPJS Kesehatan Karakteristik jawaban responden terhadap prosedur pelayanan BPJS Kesehatan dijelaskan dalam tabel V.14 adalah : Tabel V.14 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Prosedur Pelayanan BPJS No Sulitnya Prosedur Pelayanan BPJS n Persentasi 1 Sangat Tidak Setuju 8 8.0 2 Tidak Setuju 56 56.0 3 Setuju 34 34.0 4 Sangat Setuju 2 2.0 Total 100 100.0 Sumber: Data Diolah Peneliti Hasil Penelitian 127 Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan tentang jawaban responden terhadap sulitnya prosedur pelayanan BPJS Kesehatan Sangat Tidak Setuju sebanyak 8 orang 8.0 Tidak Setuju sebanyak 56 orang 56.0 Setuju sebanyak 34 orang 34.0 dan yang Sangat Setuju sebanyak 2 orang 2.0. Berdasarkan tabel diatas mengenai aspek ini juga dapat diperkuat dengan analisis indeks terkait jawaban responden terhadap sulitnya prosedur pelayanan BPJS Kesehatan. Indeks = 8x1+56x2+34x3+2x4 100 = 8+112+102+8 100 = 230 100 = 2.30 Berdasarkan hasil indeks diatas terkait dengan sulitnya prosedur pelayanan BPJS Kesehatan sebesar 2.30 masuk dalam kategori kurang baik. Nilai ini dapat diartikan bahwa masyarakat memiliki persepsi bahwa prosedur pelayanan BPJS Kesehatan saat ini tidak terasa sulit. V.4.2.5. Karakteristik jawaban responden terhadap fasilitas mampu memenuhi kebutuhan kesehatan di puskesmas Karakteristik jawaban responden terhadap fasilitas mampu memenuhi kebutuhan kesehatan di puskesmas dijelaskan dalam tabel V.15 adalah : 128 Tabel V.15 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Fasilitas Memenuhi Kebutuhan Kesehatan di Puskesmas No Fasilitas Mampu Memenuhi Kebutuhan Kesehatan di Puskesmas n Persentasi 1 Sangat Tidak Setuju - - 2 Tidak Setuju 12 12.0 3 Setuju 83 83.0 4 Sangat Setuju 5 5.0 Total 100 100.0 Sumber: Data Diolah Peneliti Hasil Penelitian Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jawaban responden tentang fasilitas yang mampu memenuhi kebutuhan kesehatan di puskesmas Tidak Setuju sebanyak 12 orang 12.0 Setuju sebanyak 83 orang 83.0 dan yang Sangat Setuju sebanyak 5 orang 5.0. Berdasarkan tabel diatas mengenai aspek ini juga dapat diperkuat dengan analisis indeks terkait dengan fasilitas yang mampu memenuhi kebutuhan kesehatan di puskesmas. Indeks = 0x1+12x2+83x3+5x4 100 = 0+24+249+20 100 = 293 100 = 2.93 Berdasarkan hasil indeks diatas terkait dengan fasilitas yang mampu memenuhi kebutuhan kesehatan di puskesmas sebesar 2.93 masuk dalam kategori baik. Nilai ini dapat diartikan bahwa masyarakat memiliki 129 persepsi bahwa fasilitas kesehatan di puskesmas sesuai dengan kebutuhan ketika sakit. V.4.2.6. Karakteristik jawaban responden terhadap terjaminya pelayanan pengobatan peserta BPJS di puskesmas Karakteristik jawaban responden terhadap terjaminya pelayanan pengobatan peserta BPJS di puskesmas dijelaskan dalam tabel V.16 adalah: Tabel V.16 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Terjaminya Pelayanan Pengobatan Peserta BPJS di Puskesmas No Terjaminya Pelayanan Pengobatan Peserta BPJS di Puskesmas n Persentasi 1 Sangat Tidak Setuju 1 1.0 2 Tidak Setuju 21 21.0 3 Setuju 72 72.0 4 Sangat Setuju 6 6.0 Total 100 100.0 Sumber: Data Diolah Peneliti Hasil Penelitian Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jawaban responden tentang terjaminya pelayanan pengobatan peserta BPJS di puskesmas Sangat Tidak Setuju sebanyak 1 1.0 Tidak Setuju sebanyak 21 orang 21.0 Setuju sebanyak 72 orang 72.0 dan yang Sangat Setuju sebanyak 6 orang 6.0. 130 Berdasarkan tabel diatas mengenai aspek ini juga dapat diperkuat dengan analisis indeks terkait dengan terjaminya pelayanan pengobatan peserta BPJS di puskesmas. Indeks = 1x1+21x2+72x3+6x4 100 = 1+42+216+24 100 = 283 100 = 2.83 Berdasarkan hasil indeks diatas terkait dengan terjaminya pelayanan pengobatan peserta BPJS di puskesmas sebesar 2.83 masuk dalam kategori baik. Nilai ini dapat diartikan bahwa masyarakat memiliki persepsi bahwa pelayanan kesehatan terjamin bagi peserta BPJS yang berobat di puskesmas. V.4.2.7. Karakteristik jawaban responden terhadap tenaga kesehatan mencukupi pelayanan di puskesmas Karakteristik jawaban responden terhadap tenaga kesehatan mencukupi pelayanan di puskesmas dijelaskan dalam tabel V.17 adalah : 131 Tabel V.17 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Tenaga Kesehatan Mencukupi Pelayanan di Puskesmas No Tenaga Kesehatan Sudah Mencukupi Dalam Pelayanan di Puskesmas n Persentasi 1 Sangat Tidak Setuju 3 3.0 2 Tidak Setuju 14 14.0 3 Setuju 79 79.0 4 Sangat Setuju 4 4.0 Total 100 100.0 Sumber: Data Diolah Peneliti Hasil Penelitian Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jawaban responden tentang tenaga kesehatan sudah mencukupi dalam pelayanan di puskesmas Sangat Tidak Setuju sebanyak 3 3.0 Tidak Setuju sebanyak 14 orang 14.0 Setuju sebanyak 79 orang 79.0 dan yang Sangat Setuju sebanyak 4 orang 4.0. Berdasarkan tabel diatas mengenai aspek ini juga dapat diperkuat dengan analisis indeks terkait dengan tenaga kesehatan sudah mencukupi dalam pelayanan di puskesmas. Indeks = 3x1+14x2+79x3+4x4 100 = 3+28+237+16 100 = 284 100 = 2.84 Berdasarkan hasil indeks diatas terkait dengan tenaga kesehatan sudah mencukupi dalam pelayanan di puskesmas sebesar 2.84 masuk 132 dalam kategori baik. Nilai ini dapat diartikan bahwa masyarakat memiliki persepsi tenaga kesehatan sudah mencukupi dalam pelayanan di puskesmas. V.4.2.8. Kualitas pelayanan peserta BPJS Kesehatan di Faskes 1 Ringkasan variabel kualitas pelayanan peserta BPJS Kesehatan di Faskes 1 dijelaskan dalam tabel V.18 adalah : Tabel V.18 Ringkasan Variabel Berdasarkan Kualitas Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan di Faskes 1 No Indikator Nilai Indeks Ket 1 Prosedur pelayanan BPJS Kesehatan 2.30 Kurang Baik 2 Fasilitas memenuhi kebutuhan kesehatan di puskesmas 2.93 Baik 3 Terjaminya pelayanan pengobatan peseta BPJS di puskesmas 2.83 Baik 4 Tenaga kesehatan mencukupi pelayanan di puskesmas 2.84 Baik Nilai Indeks Rata-Rata 2.72 Baik Sumber: Data Diolah Peneliti Hasil Penelitian Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : Berdasarkan hasil indeks diatas terkait dengan sulitnya prosedur pelayanan BPJS Kesehatan sebesar 2.30 masuk dalam kategori kurang baik. Nilai ini dapat diartikan bahwa masyarakat memiliki persepsi bahwa prosedur pelayanan BPJS Kesehatan saat ini tidak terasa sulit. 133 Berdasarkan hasil indeks diatas terkait dengan fasilitas yang mampu memenuhi kebutuhan kesehatan di puskesmas sebesar 2.93 masuk dalam kategori baik. Nilai ini dapat diartikan bahwa masyarakat memiliki persepsi bahwa fasilitas kesehatan di puskesmas sesuai dengan kebutuhan ketika sakit. Berdasarkan hasil indeks diatas terkait dengan terjaminya pelayanan pengobatan peserta BPJS di puskesmas sebesar 2.83 masuk dalam kategori baik. Nilai ini dapat diartikan bahwa masyarakat memiliki persepsi bahwa pelayanan kesehatan terjamin bagi peserta BPJS yang berobat di puskesmas. Berdasarkan hasil indeks diatas terkait dengan tenaga kesehatan sudah mencukupi dalam pelayanan di puskesmas sebesar 2.84 masuk dalam kategori baik. Nilai ini dapat diartikan bahwa masyarakat memiliki persepsi tenaga kesehatan sudah mencukupi dalam pelayanan di puskesmas. Dari penjelasan diatas, kualitas pelayanan BPJS Kesehatan di Faskes 1 yang ada di Kabupaten Bantul dari nilai indek rata-rata indikator yang ada pada tabel V.18 adalah sebesar 2.72 masuk kedalam kategori baik. Nilai ini dapat diartikan bahwa masyarakat memiliki persepsi bahwa kualitas pelayanan di faske 1 sudah berkategori baik dalam melakukan pelayanan. 134

V.4.3. Ringannya Biaya Kesehatan

Di Negara Kesatuan Republik Indonesia falsafah dan dasar negara adalah Pancasila terutama sila ke-5 juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 231992 yang kemudian diganti dengan UU 362009 tentang Kesehatan. Dalam UU 362009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program Jaminan Kesehatan Sosial. Untuk mewujudkan komitmen konstitusi di atas, pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional JKN bagi kesehatan perorangan. Jaminan Kesehatan Nasional JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN. Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib mandatory berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi 135 dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak. Tabel V.19 Kelebihan Asuransi Sosial di Banding Asuransi Komersial Asuransi Sosial Asuransi Komersial 1. Kepesertaan Bersifat Wajib untuk semua penduduk 1. Kepesertaan Bersifat Sukarela 2. Non Profit 2. Profit 3. Manfaat Komprehensif 3. Manfaat Sesuai Dengan Premi Yang Dibayarkan. Sumber: Jaminan Kesehatan Nasional Berpotensi mencakup 100 penduduk universal coverage dan relative dapat menekan biaya pelayanan kesehatan. Penjelasan Pasal 19 UU SJSN menyatakan bahwa yang dimaksud prinsip asuransi sosial adalah sebagai berikut: 1. Kegotong-royongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda, dan yang berisiko tinggi dan rendah. 2. Kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif. 3. Iuran berdasarkan persentase upahpenghasilan. 4. Bersifat nirlaba. Prinsip ekuitas yang dimaksud adalah kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang terkait dengan besaran iuran yang telah dibayarkan. Kesamaan memperoleh pelayanan adalah kesamaan jangkauan finansial ke pelayanan kesehatan. 136 Dalam Pasal 19 ayat 2 UU SJSN menjelaskan “jaminan kesehatan diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan”. Kebutuhan dasar kesehatan adalah kebutuhan layanan kesehatan yang memungkinkan seseorang yang sakit dapat sembuh kembali sehingga dapat berfungsi normal seusianya. Biaya pelayanan yang dicover oleh BPJS Kesehatan di fasilitas tingkat pertama adalah biaya kapitasi maksimal di Puskesmas berdasarkan norma kapitasi yang tersedia sebagai berikuit: 1. Dokter Umum a. 1 Orang tarif kapitasi : Rp 5.000 dan 4.500. b. Minimal 2 Orang tarif kapitasi : Rp 6.000 dan 5.500. 2. Dokter Gigi tarif kapitasi : Rp 6.000, 5.000 dan 3.500. 3. BidanPerawat tarif kapitasi : Rp 6.000, 5.500, 5.000, 4.500, 3.500 dan 3.000. 4. Laboratorium Sederhana tarif kapitasi : Rp 6.000, 5.500, 5.000, 4.500, 3.500 dan 3.000. 5. ApotekPelayanan Obat tarif kapitasi : Rp 6.000, 5.500, 5.000, 4.500, 3.500 dan 3.000. Sedangkan biaya yang dicover oleh BPJS dipelayanan tingkat lanjutfaskes II adalah biaya operasi seperti operasi Jantung, Caesar, Kista, 137 Miom, Tumor, Odontektomi, Bedah Mulut, Usus Buntu, Batu Empedu, Mata, Bedah Vaskuler, Amandel, Katarak, Hernia, Kanker, Kelenjer Getah Bening, Pencabutan Pen, Penggantian Sendi Lutut, Timektomi dan Operasi Ginjal. Pelayanan kesehatan yang dicover oleh BPJS Kesehatan bisa dimanfaatkan bagi masyarakat yang sudah terdaftar sebagai anggota BPJS. Dan bagi peserta yang ingin memanfaatkan pelayanan yang sudah disediakan oleh BPJS Kesehatan, peserta harus mematuhi persaratan yang sudah ditentukan. Biaya pelayanan kesehatan yang dicover oleh BPJS Kesehatan bisa membantu masyarakat dalam meringankan biaya pelayan pengobatan kesehatan di fasilitas tingkat pertama dan tingkat lanjutan. Walaupun biaya kesehatan tidak semua masyarakat dibayarkan oleh pemerintah, bagi masyarakat yang tidak mampu maka baiaya kesehatan akan dibayar oleh pemerintah dengan memberikan asuransi kesehatan. Sesuai dengan Perpres Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan kedua atas Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang besaran iuran perbulan yang harus dibayar sesuai dengan jenis kepesertaan masing- masing dalam JKN sebagai berikut : 1. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Penerima Bantuan Iuran PBI Jaminan Kesehatan serta penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah

Dokumen yang terkait

Hubungan Karateristik Dan Persepsi Masyarakat Tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Terhadap Keikusertaan Menjadi Peserta JKN Di Kota Medan Tahun 2014

4 51 157

hubungan karateristik dan persepsi masyarakat tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap keikusertaan menjadi peserta JKN di Kota Medan tahun 2014

19 72 157

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan Perilaku Merokok di Wilayah Kerja Puskesmas Belawan Tahun 2015

7 64 124

Analisis Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat

20 192 114

Hubungan Karakteristik Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Penerima Bantuan Iuran (PBI) Dengan Perilaku Merokok Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotanopan Tahun 2014.

1 58 114

PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI KABUPATEN BANTUL SEBAGAI IMPLEMENTASI DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2012.

1 17 17

SKRIPSI PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENYANDANG PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI KABUPATEN BANTUL SEBAGAI IMPLEMENTASI DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2012.

0 4 11

PENDAHULUAN PEMBERIAN JAMINAN KESEHATAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS DI KABUPATEN BANTUL SEBAGAI IMPLEMENTASI DARI PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2012.

0 4 22

2017 Jamsos Sesi 13 FK Pembiayaan JKN Daerah Terpencil

0 0 25

Analisis Ketersediaan Fasilitas dan Pembiayaan Kesehatan pada Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Provinsi Bengkulu

0 1 8