dapat lebih cepat mengadakan aktivitas biologi terhadap sel-sel pulpa dan mampu untuk mengadakan peristiwa dentinogenetik.
17
Perkembangan kitosan banyak digunakan sebagai bahan antibakteri, ini juga didukung dengan munculnya peneliti-peneliti yang ingin mempelajari mekanisme
antibakteri kitosan. Sejauh ini mekanisme antibakteri kitosan masih kontroversial diberbagai bidang ilmu, tetapi diyakini karena adanya kandungan asam amino pada
gugus glukosamin yang akan berinteraksi dengan dinding sel bakteri yang bermuatan negatif.
17
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tarsi dan Muzzarelli et al pada tahun 1997 didapatkan hasil bahwa kitosan memiliki sifat bakterisidal. Sifat kitosan yang
mendukung kemampuan untuk menghambat perlekatan bakteri adalah dengan cara mencegah kerusakan permukaan gigi dengan asam organik dan menghasilkan efek
bakterisidal terhadap bakteri pathogen termasuk bakteri Streptococcus mutans.
18
Sebuah penelitian oleh Trimurni et al pada tahun 2006 yang menggunakan kitosan blangkas sebagai bahan pulp capping dengan hasil yang baik.
17
2.4.1 Kitosan Blangkas
Limulus polyhemus
Kitosan secara umum diperoleh dari hasil deasetilisasi kitin dalam larutan NaOH pekat. Kitin banyak dijumpai pada hewan antropoda, jamur dan ragi. Pada
jamur kitin berasosiasi dengan polisakarida, sedangkan pada hewan kitin berasosiasi dengan protein. Penyediaan kitin dan kitosan dilakukan berdasarkan metode
Alimuniar dan Zainuddin pada tahun 1992. Kitin yang diproses dari kulit blangkas
Universitas Sumatera Utara
didapat dengan hasil 30,60. Kitosan dihasilkan melalui proses deasetilasi kitin dengan menggunakan larutan alkali.
17
Gambar 5: Blangkas Limulus Polyphemus
40
Pada penelitian sebelumnya oleh Tarigan G, Trimurni pada tahun 2008 didapatkan bahwa kitosan Blangkas bermolekul tinggi ternyata efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri Sreptococcus mutans, semakin rendah konsentrasi kitosan blangkas bermolekul tinggi maka semakin efektif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Streptoccus mutans.
41
Dalam penelitian selanjutnya oleh Banurea FE, Trimurni pada tahun 2008
juga terbukti bahwa kitosan blangkas bermolekul tinggi mampu menghambat bakteri Fusobacterium nucleatum.
42
Adanya penelitian menggunakan kitosan blangkas bermolekul tinggi sebagai bahan pulp
capping dengan hasil yang baik.
17
2.4.2 Aplikasi klinis kitosan terhadap SIK
Pada penelitian sebelumnya untuk melihat efek kitosan, maka dilakukan pengujian Flexural strength dan uji pelepasan fluoride pada restorasi SIK yang
ditambahkan kitosan bermolekul rendah oleh Petri et al tahun 2006. Penelitian ini menggunakan 3 kelompok yang terdiri dari 10 spesimen pada masing-masing
Universitas Sumatera Utara
kelompok. Satu kelompok sebagai kontrol yaitu menggunakan SIK, dua kelompok lainnya menggunakan SIK yang masing-masing ditambahkan 0,0044 berat kitosan
dan 0,022 berat kitosan. Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan 0,0044 berat kitosan dapat meningkatkan kinerja mekanik seperti flexural strength, namun pada
penambahan lebih dari 0,022 kitosan menyebabkan kinerja mekanik yang lebih rendah. Penambahan kitosan dengan SIK dapat meningkatkan pelepasan ion fluoride
dalam jumlah yang lebih besar.
13
2.4.3 Kitosan nanopartikel