2. Hasil Penelitian a. Uji Asumsi Penelitian
Sebelum analisa data dilakukan, ada beberapa syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu uji asumsi normalitas sebaran dan uji homogenitas untuk
melihat apakah data tersebar secara normal dan populasi homogen atau tidak homogen. Pengujian asumsi dan analisa data dilakukan dengan menggunakan
program komputer SPSS 15.0 for windows.
1. Uji normalitas sebaran
Uji normalitas sebaran digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian variabel terdistribusi dengan normal. Uji normalitas pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan one-sample Kolmogorov- Smirnov. Kaidah yang digunakan yaitu jika p .05 maka sebaran data tersebut
normal. Hal ini dapat dilihat dari tabel 16.
Tabel 16. Normalitas Sebaran Variabel N
Political efficacy Peran Gender
142 142 Normal
Parameters
a
Mean 68.8 101.63
Std. Deviation 7.748
11.925 Kolmogorov-Smirnov Z
.872 .949
Asymp. Sig. 2-tailed .433
.328 a. Test distribution is Normal.
Hasil analisa pada tabel 16 menunjukkan bahwa nilai Z untuk variabel political efficacy sebesar 0,872 dengan p = 0,433 sehingga p .05 yang berarti
distribusi tersebut adalah normal. Pada tabel juga didapatkan nilai Z untuk variabel peran gender adalah sebesar 0,949 dengan p = 0,328 sehingga p
0,05, yang berarti bahwa data variabel peran gender terdistribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
2. Uji homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi sampel penelitian adalah homogen. Pengukuran homogenitas dilakukan dengan Anova
melalui Levene Statistic. Berikut ini adalah hasil uji Levene Statistic untuk mengetahui homogenitas dalam kelompok sampel penelitian. Kaidah yang
digunakan adalah jika nilai signifikansi p 0,05 maka kelompok sampel homogen, sedangkan jika p 0,05 maka sampel tidak homogen. Hasil
perhitungannya dapat terlihat pada tabel 17.
Tabel 17. Uji Homogenitas
Levene Statistic df1
df2 Sig.
.560 3 138
.642 Data penelitian dikatakan homogen apabila signifikansi menunjukkan
nilai yang lebih besar dari 0,05 p 0,05. Berdasarkan tabel 17 diatas diperoleh signifikansi political efficacy yaitu sebesar 0,642 sehingga dapat
dikatakan bahwa sampel bersifat homogen terhadap populasi.
b. Penggolongan Subjek Penelitian Berdasarkan Peran Gender
Langkah berikut adalah melakukan pengelompokan subjek ke dalam peran gender. Untuk dapat memutuskan subjek ke dalam kelompok peran gender
tertentu akan dilakukan berdasarkan penggunaan nilai konversi z. Sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
akan dilihat deskripsi data skor yang diperoleh subjek dalam skor maskulin dan
feminin.
Tabel 18. Deskripsi Data Kelompok Skor Maskulin Dan Skor Feminin Variabel N Min
Max Mean
SD
Skor maskulin 142
18 45
35,55 5,299
Skor feminin 142
19 35
28,75 3,660
Nilai mean pada kelompok skor maskulin pada penelitian ini adalah sebesar 35,55 dengan nilai deviasi standar sebesar 5,299 sementara pada
kelompok skor feminin pada penelitian ini adalah sebesar 28,75 dengan nilai deviasi standar sebesar 3,660.
Dari hasil distribusi perolehan skor subjek dapat diperoleh mean dan deviasi standarnya masing-masing, yaitu M
mas,
M
fem,
S
mas
dan S
fem
. Kemudian skor mentah akan diubah menjadi skor z, yaitu:
z
mas
= X
mas
– M
mas
S
mas
z
fem
= X
fem
– M
fem
S
fem
Setelah skor pada masing-masing komponen diubah menjadi skor z, dapat dibuat kriteria untuk kategorisasi peran gender ke dalam empat kelompok
kategori, dimana : z
M
≥ 0,75 dan z
F
Maskulin z
F
≥ 0,75 dan z
M
Feminin z
M
≥ 0,75 dan z
F
≥ 0,75 Androgini
Lainnya Undifferentiated Penggunaan nilai konversi z ini bertujuan untuk menempatkan individu ke
dalam kelompok-kelompok diagnosis yang tidak memiliki makna ”lebih” dan
Universitas Sumatera Utara
”kurang” atau ”tinggi” dan ”rendah” Azwar, 1999. Dari perhitungan di atas, dapat dibuat kategorisasi peran gender seperti pada tabel 19 berikut :
Tabel 19. Kategorisasi Peran Gender
Rentang nilai Kategori Peran
gender N Persentase
z
M
≥ 0,75 dan z
F
Maskulin 16
11.27 z
F
≥ 0,75 dan z
M
Feminin 12
8.45 z
M
≥ 0,75 dan z
F
≥ 0,75
Androgini 21
14.79 Lainnya
Undifferentiated 93 65.49
Jumlah 142 100
Dari tabel 19 dapat dilihat bahwa subjek maskulin sebanyak 16 orang 11.27, subjek feminin sebanyak 12 orang 8.45, subjek androgini sebanyak
21 orang 14.79 , dan subjek undifferentiated sebanyak 93 orang 65.49.
c. Hasil Utama Penelitian
Hipotesis penelitian ini diuji kembali dengan menggunakan One Way Anova. Hipotesa nol Ho: tidak ada perbedaan political efficacy pada peran
gender maskulin, feminin andogini dan undifferentiated. Hipotesa penelitian Ha: ada perbedaan political efficacy pada peran gender maskulin, feminin andogini
dan undifferentiated. Kriteria pengujian: Ho diterima bila p .05, Ho ditolak bila p
.05. Hasil pengujian dapat dilihat dari tabel 20.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 20. Hasil Perhitungan One-Way Anova Political efficacy
N Mean
Std. Deviation
Maskulin 16
73.75 7.010
Feminin 12
70.75 5.463
Androgini 21
71.81 9.169
Undifferentiated 93
67.14 7.250
Total 142
Pada tabel 20 tergambar bahwa skor mean pada maskulin 73,75, androgini 71,81, feminin 70,75 dan Undifferentiated 67,14.
Untuk proses pengambilan keputusan dapat dilihat dari hasil analisa One- Way Anova, diperoleh F hitung sebesar 5,539 dengan signifikasi sebesar 0,002.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi p .05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima, dan Ho ditolak yang berarti bahwa ada perbedaan
yang nyata derajat political efficacy ditinjau dari peran gender maskulin, feminin, androgini dan undifferentiated. Rangkuman penjelasan dapat terlihat pada Tabel
21.
Tabel 21. Hasil Analisa Varians Political efficacy Berdasarkan Peran Gender
Sum of Squares Df
Mean Square F Sig.
Between Groups 883.294
3 294.431
5.539 0.002 Within Groups
7581.671 138
54.940
Total 8464.965 141
Selanjutnya akan dilihat lebih jauh lagi di antara kelompok peran gender yang benar-benar berbeda nilai rata-rata skor political efficacy. Tabel berikut ini
menunjukkan perbandingan nilai rata-rata skor political efficacy diantara kelompok peran gender.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 22. Pos Hoc Tests
Multiple Comparisons Political efficacy
Tukey HSD
I Peran Gender J
Peran Gender
Mean Difference I-J
Std. Error
Sig.
Maskulin Feminin 3.000
2.831 .714
Androgini 1.940
2.460 .859
Undifferentiated 6.610 2.006
.007 Feminin Maskulin
-3.000 2.831 .714
Androgini -1.060
2.682 .979
Undifferentiated 3.610 2.274
.389 Androgini Maskulin
-1.940 2.460
.859 Feminin
1.060 2.682
.979 Undifferentiated
4.670 1.791 .049
Undifferentiated Maskulin -6.610
2.006 .007
Feminin -3.610
2.274 .389
Androgini -4.670
1.791 .049
. The mean difference is significant at the 0.05 level. Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa kelompok peran gender yang
secara signifikan berbeda adalah antara kelompok maskulin dengan kelompok undifferentiated 0,007 0,05 dan antara kelompok androgini dan
undifferentiated 0,049 0,05. Berdasarkan mean difference maka political efficacy pada kelompok maskulin adalah yang paling tinggi dibandingkan
androgini, feminin dan undifferentiated.
3. Kategorisasi Skor Penelitian a. Kategorisasi Skor
Political efficacy
Kategorisasi skor political efficacy subjek penelitian dapat diperoleh melalui uji signifikansi perbedaan antara mean empirik dan mean teoritik
Azwar, 2000. Skala political efficacy terdiri dari 25 aitem dengan 4 pilihan jawaban yang nilainya bergerak dari 1 sampai 4. Dari Skala Political
efficacy diperoleh mean hipotetik sebesar dengan standar deviasi sebesar
Universitas Sumatera Utara
12,5. Sementara mean empirik yang diperoleh adalah 68,88 dengan standar deviasi sebesar 7,748. Perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dapat
dilihat dari tabel 22. Tabel 23. Perbandingan Mean Empirik Dan Mean Teoritik
Political Efficacy Variabel Empirik
Hipotetik
Political efficacy
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
42 90 68.88 7.748
25 100 63 12.5
Berdasarkan hasil penelitian, didapat hasil perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dari variabel political efficacy yang
menunjukkan
E H
yaitu 68,88 62,5. Sehingga dapat disimpulkan bahwa political efficacy pada subjek penelitian lebih tinggi daripada
political efficacy pada populasi umumnya. Selanjutnya, subjek akan digolongkan dalam 3 kategori political
efficacy yaitu political efficacy rendah, sedang, dan tinggi. Pengkategorian political efficacy dengan menggunakan standard error of measurement.
Rumusan standard error of measurement adalah :
S
e
= S
x
√ 1- r
xx’
Dimana: S
e
= Eror standar dalam pengukuran S
x
= Deviasi standar skor r
xx’
= Koefisien reliabilitas Maka untuk kategorisasi political efficacy diperoleh perhitungan sebagai
berikut 7,748
= 2,4 dibulatkan menjadi 2
Universitas Sumatera Utara
Nilai eror standard yang diperoleh dari perhitungan adalah 2, sehingga untuk menghindari fluktuasi skor political efficacy maka dilakukan
pemisahan kategori baik dan buruk dengan menggunakan batas kisaran skor mean sebesar ± 2, maka dapat dibuat kategorisasi skor political efficacy
seperti terlihat pada tabel 24.
Tabel 24. Kategorisasi Political efficacy Berdasarkan Standard Error of
Measurement Rentang nilai
Kategori Jumlah
Persentase
X 61 Rendah
18 12.7
61 X 65 Sedang 21 14.8
X 65 Tinggi 103
72.5
Total
142 100 Berdasarkan tabel 24, sebagian besar subjek termasuk kategori political
efficacy tinggi sebanyak 103 orang 72,5 , kategori sedang sebanyak 21 orang 14,8 dan sebanyak 18 orang 12,7 termasuk kategori rendah.
Tabel 25. Gambaran mean Political efficacy Berdasarkan Peran Gender
Peran Gender
Mean Political efficacy
Kategori Political
efficacy
Maskulin 73.75 Tinggi
Feminin 70.75 Tinggi
Androgini 71.81 Tinggi
Undifferentiated 67.14 Tinggi
Dari tabel 25, dapat dilihat bahwa mean political efficacy pada subjek maskulin 73,75, androgini 71,81, feminin 70,75 dan
undifferentiated 67,14 dapat digolongkan dalam kategori tinggi.
Universitas Sumatera Utara
d. Hasil Tambahan 1. Perbedaan
Political efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 26. Deskriptif
Political efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
N Mean
Std. Deviation Std. Error
Laki-laki 70 69.99
7.869 .941
Perempuan 72 67.81
7.528 .887
Total 142 68.88
7.748 .650
Dari tabel 26 dapat ditunjukkan bahwa mean kelompok subjek laki-laki 69,99 lebih tinggi daripada mean kelompok subjek perempuan 67,81, hal ini
menunjukkan bahwa laki-laki lebih memiliki political efficacy dibandingkan perempuan.
Tabel 27. Hasil Analisa Varians Political efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin
Sum of Squares Df Mean Square F
Sig.
Between Groups 168.701 1
168.701 2.847 .094
Within Groups 8296.263
140 54.259
Total 8464.965 141
Untuk melihat seberapa berbeda political efficacy antara laki-laki dan
perempuan dilakukan pengujian Anova. Dari hasil Anova tersebut, dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal political efficacy
ditinjau dari jenis kelamin sampel penelitian. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,094 lebih besar dari 0,05.
Selanjutnya akan dilihat lebih jauh lagi political efficacy di antara masing- masing jenis kelamin yang berbeda menurut peran gendernya. Tabel berikut ini
menunjukkan perbandingan nilai rata-rata skor political efficacy diantara kelompok jenis kelamin laki-laki dan peran gendernya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 28. Deskriptif Political efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-Laki
dan Peran Gendernya
Jenis Kelamin Peran Gender N
Mean Std.
Deviation
Std. Error
Laki-laki Maskulin
11 74.18 6.969 2.101
Feminin 2 70.00 1.414
1.414 Androgini
16 72.25 10.247 10.247
Undiferentiated 41 67.98 6.650 6.650
Total 70 69.99 7.869
7.869 Tabel 29. Hasil Analisa Varians
Political efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin Laki-Laki Dan Peran
Gendernya Sum of Squares Df
Mean Square F Sig.
Between Groups 441.374 3
147.125 2.534 .064
Within Groups 3831.612
66 58.055
Total 4272.986 69
Dari hasil Anova tersebut, dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal political efficacy diantara laki-laki dengan peran gender
maskulin, feminin, androgini, dan undifferentiated. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,064 lebih besar dari 0,05.
Tabel berikut ini menunjukkan perbandingan nilai rata-rata skor political efficacy diantara kelompok jenis kelamin perempuan dan peran gendernya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 30. Deskriptif Political efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan
dan Peran Gendernya
Jenis Kelamin Peran Gender N
Mean Std.
Deviation
Std. Error
Perempuan Maskulin
5 72.80 7.823 3.499
Feminin 10 70.90 6.008
1.900 Androgini
5 70.40 4.827 2.159
Undiferentiated 52 66.48 7.689 1.066
Total 72 67.81 7.528
.887 Tabel 31. Hasil Analisa Varians
Political efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin Perempuan Dan Peran
Gendernya Sum of Squares Df
Mean Square F Sig.
Between Groups 345.397 3
115.132 2.129 .105
Within Groups 3677.881
68 54.086
Total 4023.278
Dari hasil Anova tersebut, dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam hal political efficacy diantara perempuan dengan peran
gender maskulin, feminin, androgini, dan undifferentiated. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,105 lebih besar dari .05.
2. Perbedaan Political efficacy Berdasarkan Usia
Tabel 32. Deskriptif Political efficacy Berdasarkan Usia
Usia N
Mean Std. Deviation Std. Error
19-27 tahun 83
68.25 7.627
.837 28-36 tahun
38 69.71
8.773 1.423
37-45 tahun 17
70.18 6.617
1.605 46-54 tahun
4 68.50
4.435 2.217
Total 142 68.88
7.748 .650
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 32 menunjukkan bahwa mean kelompok subjek usia 37- 45 tahun 70,18 paling tinggi diantara mean kelompok usia lainnya.
Kemudian disusul oleh kelompok subjek usia 28-36 tahun 69,71, kelompok subjek 46-54 tahun 68,50 dan yang terakhir kelompok subjek
berusia 19-27 tahun 68,25. Tabel 33. Hasil Analisa Varians
Political efficacy Berdasarkan Usia Sum of Squares Df
Mean Square F Sig.
Between Groups 87.992 3
29.331 .483 .695
Within Groups 8376.973
138 60.703
Total 8464.965 141
Setelah dilakukan uji Anova, untuk melihat seberapa berbeda antara ke-empat kelompok usia tersebut maka diperoleh hasil bahwa ke-
empat kelompok tersebut tidak berbeda secara signifikant. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi 0,695 lebih besar dari 0,05.
3. Perbedaan Political efficacy Berdasarkan Tingkat Pendidikan