Analisis Semiotik Lagu Terbenam Surya

Bait delapan Bahasa China: Jek cing yung mei kui cing Se cong man sing lin Mo siang ke man au chi pi ke sen kien ting Fan fuk fan fuk fan fuk Maria … Fan fuk fan fuk fan fuk Maria … Bait Sembilan Bahasa Jawa: Sang Dewi nimbali sartangan dika Ayo sembayang ates beh mi mulya Ave Ave Ave Maria Ave Ave Ave Maria Mengapa lagu Ave Maria tersebut disajikan dalam sembilan bahasa oleh PastorPastor James Bharataputra, SJ, SJ, SJ, tidak lain adalah untuk kepentingan penyebaran Katolik bagi domba-domba tersesat di seluru dunia ini. Selain itu agama Katolik memiliki sistem dan teori inkulturasi dalam rangka memakmurkan Gereja Tuhan. Inkulturasi berasar kepada konsep bahwa dalam rangka mengembangkan Gereja di seluruh dunia, maka Katolik mengajarkan untuk mengambil budaya-budaya dunia itu masuk ke dalam Gereja.

5.1.3 Analisis Semiotik Lagu Terbenam Surya

Lagu Terbenam Surya terdiri dari tiga bait. Setiap bait menggu nakan melodi yang sama. Lagu ini juga menggunakan bahasa Indonesia. Satu bait terdiri Universitas Sumatera Utara dari tiga larik teks yang mengikuti progresi melodinya. Lirik lagu ini secara keseluruhan adalah sebagai berikut. Bait 1: 1 Terbenam surya menjelang malam 2 Letih lesu menimpa orang 3 Saat bersunyi terdengar bunyi 4 Lagu pujian Ave Maria 5 Lagu pujian Ave Maria Bait 2: 6 Suara burung tak dengar lagi 7 Pulang ke sarangnya masing-masing 8 Terdengar bunyi lonceng gereja 9 Gaung pujian Ave Maria 10 Gaung pujian Ave Maria Bait 3: 11 Yang bersemayam di Tanjung Slamat 12 Annai Velangkani Bunda tercinta 13 Jagalah kami senantiasa 14 Kami kumandang Ave Maria 15 Kami kumandang Ave Maria Makna-makna semiotik yang dikandung oleh lagu ini adalah seperti yang diuraikan berikut ini. Pada bait pertama teks lagu Terbenam surya menjelang malam menggambarkan malam hari di dunia. Kemudian saaat malam hari tia ini, maka letih lesu menimpa orang. Artinya seteah seharian bekerja maka letihlah Universitas Sumatera Utara setiap orang di malam hari. Mereka perlu beristirahat. Namun di tengah istirahat ini saat bersunyi terdengar bunyi yaitu berupa lagu pujian Ave Maria. Ini memberikan situasi bahwa dengan memuji Ave Maria maka seorang Katolik akan mendapatkan kedamaian di tengah malam yang kudus dan sepi. Ini memberikan pencerahan kepada jiwa-jiwa yang rindu akan suasana religius.. Di bait kedua dengan larik-larik puitis, yang juga menggambarkan bahwa pada malam hari itu suara burung tak dengar lagi. Burung-burung itu kini telah pulang ke sarangnya masing-masing. Tentu saja malam hari yang tanpa suara burung ini pastilah hening dan sunyi. Di saat yang sunyi itu, maka terdengar bunyi lonceng gereja. Lonceng gereja ini adalah bunyi indeks dari ibadah berupa gaung pujian keada Ave Maria. Sekali lagi dalam bait kedua,dikatakan di malam hari itu terdengar lonceng gereja yang gaungnya atau gentanya adalah bahagian dari ibadah umat Katolik dalam memuji Bunda Maria. Bait ketiga menyatakan secara eksplisit bahwa Bunda Maria itu kini yang bersemayam di Tanjung Slamat. Ia juga disebut dengan Annai Velangkani Bunda tercinta. Begitu juga doa pengharapan umat Katolik agar jagalah kami senantiasa. Oleh karenanya sebagai bakti dan puja kami umat Katolik maka kami kumandang Ave Maria. Sekali lagi bait ketiga ini merupakan pujian dan doa kepada Bunda Maria oleh umat Katolik khususnya yang menjadi warga Graha Maria Annai Velangkanni, Tanjung Selamat Medan. Demikian secara semiotik penulis terhadap lirik ketiga lagu yang diciptakan oleh PastorPastor James Bharataputra, SJ, SJ, SJ. Ketiga lagu tersebut menurut penulis menekankan kepada puji-pujian kepada Bunda Maria Ave Maria, Maria Annai Velangkanni dan doa kepada Tuhan Tritunggal melalui Universitas Sumatera Utara Bunda Maria oleh umat Katolik. Inilah inti makna ketiga lagu tersebut. Selanjutnya ketiga lagu ini didukung pula oleh unsur melodi. Untuk itu perlu dianalisis stuktur melodi ketiga lagu tersebut melalui teori weighted scale seperti yang ditawarkan oleh William P. Mlam 1977.

5.2 Analisis Melodi melalui Teori Weighted Scale