responden dengan sikap baik mengenai diet PJK berada pada kelompok usia lebih dari 55 tahun Tabel 5.9. Pertambahan usia seseorang akan berhubungan dengan
perkembangan kognitif, penalaran moral, dan perkembangan sosial. Semakin tua usia seseorang menunjukkan bahwa semakin sering seseorang tersebut terpapar
dengan stimulus. Hal ini sesuai dengan pandangan Notoatmodjo 2007a tentang penentuan sikap yaitu, semakin sering seseorang terpapar akan suatu stimulus atau
objek maka akan semakin mempengaruhi seseorang menilai ataupun bersikap terhadap stimulus atau objek tersebut. Penelitian Mosca, Jones, King, Ouyang,
Redberg, dan Hill 2000 juga menunjukkan bahwa orang yang berusia lebih tua usia 45 tahun atau lebih lebih banyak mendapatkan informasi mengenai PJK
daripada orang yang berusia lebih muda usia kurang dari 45 tahun. Selain faktor usia, pengetahuan responden mengenai diet PJK juga
mungkin berpengaruh terhadap sikap. Pengetahuan yang baik terhadap diet PJK umumnya diikuti dengan sikap yang baik pula Tabel 5.10.
Farooqi, Nagra, Edgar, dan Khunti 2000 yang melakukan penelitian pada orang Asia Selatan di Leicester menyebutkan adanya variasi sikap orang Asia
Selatan terhadap diet untuk kesehatan jantung. Salah satu faktor yang menyebabkan variasi sikap tersebut adalah pengetahuan. Mereka juga
menyarankan pentingnya promosi kesehatan berbasis individu untuk meningkatkan pengetahuan mengenai diet tersebut sehingga sikap yang baik
diharapkan dapat terbentuk. Hal ini sesuai karena
pengetahuan akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam penentuan sikap Notoatmodjo, 2007a. Selain itu menurut Rahayuningsih 2008,
pemahaman ataupun pengetahuan baik dan buruk, salah atau benarnya suatu hal akan menentukan sistem kepercayaan seseorang sehingga akan berpengaruh
dalam penentuan sikap seseorang.
5.3.4. Tindakan Responden
Penelitian ini menunjukkan bahwa 47,7 responden memiliki tindakan cukup, sedangkan sebanyak 45,5 responden memiliki tindakan baik. Sebanyak
6,8 responden memiliki tindakan kurang. Melalui data tersebut, dapat dilihat
Universitas Sumatera Utara
bahwa mayoritas responden memiliki tindakan cukup mengenai diet PJK Tabel 5.8.
Kemungkinan tindakan responden mengenai diet PJK juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikapnya. Responden dengan tindakan baik mengenai diet
PJK mayoritas memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan responden dengan tindakan cukup mayoritas memiliki pengetahuan cukup Tabel 5.11. Semua
responden dengan tindakan baik mengenai diet PJK memiliki sikap baik Tabel 5.12. Pengetahuan akan mempengaruhi sikap dan kemudian terwujud dalam
bentuk tindakan. Melalui pengetahuan yang baik diharapkan dapat terbentuk sikap yang baik dan diwujudkan dalam bentuk tindakan yang baik. Menurut
Notoatmodjo 2007a, pengetahuan akan suatu objek atau stimulus memegang peranan penting dalam penentuan sikap. Sikap merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku, dan melalui sikap maka tindakan akan terwujud. Penelitian Yunsheng et al 2008 pada penderita PJK di laboratorium
kateterisasi jantung di University of Massachusetts Memorial Health Care menunjukkan adanya kualitas diet yang buruk setelah satu tahun didiagnosis PJK.
Salah satu faktor yang berhubungan dengan kualitas diet yang buruk tersebut adalah kurangnya edukasi. Hal ini menunjukkan pentingnya pengetahuan dalam
pembentukan tindakan. Kemungkinan kaitan antara faktor sikap dengan tindakan juga terlihat pada
penelitian Robinson, Fox, dan Grandy 2009. Penelitian mereka pada penderita PJK di Amerika Serikat menunjukkan bahwa penderita PJK dengan sikap
kesehatan yang positif lebih melakukan tindakan yang positif daripada mereka yang memiliki sikap negatif buruk.
Masih terdapatnya responden dengan tindakan yang cukup dan kurang mengenai diet PJK meskipun pengetahuan dan sikap sudah baik Tabel 5.11 dan
Tabel 5.12 menunjukkan adanya faktor lain yang mungkin mempengaruhi pembentukan tindakan. Notoatmodjo 2007a mengatakan faktor fasilitas dan
dukungan dari pihak lain juga dibutuhkan dalam pembentukan tindakan. Dukungan keluarga, seperti sajian makanan keluarga sehari-hari yang baik untuk
kesehatan jantung akan mempengaruhi tindakan penderita PJK tersebut. Penderita
Universitas Sumatera Utara
PJK akan merasa termotivasi apabila seluruh anggota keluarga ikut mendukung diet yang baik untuk kesehatan jantung. Budaya, nilai-nilai, keyakinan, aturan dan
norma mungkin juga memegang peranan dalam mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang. Responden dengan tindakan cukup dan kurang mayoritas merupakan
suku Batak Tabel 5.13. Budaya makan tinggi lemak yang terdapat dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, misalnya pada suku Batak, dapat menjadi
penghalang dalam pembentukan tindakan yang baik mengenai diet PJK. Penelitian ini hanya menunjukkan gambaran pengetahuan, sikap, dan
tindakan tanpa menilai seberapa besar hubungan atau faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lain yang mungkin
dapat mengukur seberapa besar hubungan faktor lain dalam hal ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan