Kebanyakan kematian mendadak setelah IMA berasal dari ruptur fibrous cap dari lesi kompleks, menyebabkan perdarahan pada plak, trombosis, dan blokade arteri.
Trombus kecil akan membantu pertumbuhan plak, dan trombus besar akan menyebabkan kejadian klinis akut Krummel, 2004.
2.5.2. Faktor Risiko
Menurut American College of Cardiology 1996 dalam Krummel 2004, terdapat 4 kategori faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit
kardiovaskular. Faktor risiko kategori 1 adalah faktor risiko di mana intervensi telah terbukti menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Adapun yang termasuk
dalam faktor risiko kategori 1, yaitu merokok cigarette smoking, kolesterol LDL, diet tinggi lemak atau kolesterol, hipertensi, hipertrofi ventrikel kiri.
Faktor risiko kategori 2 adalah faktor risiko di mana intervensi sepertinya menurunkan insiden penyakit kardiovaskular. Adapun yang termasuk dalam
faktor risiko kategori 2, yaitu diabetes mellitus, inaktivitas fisik, kolesterol HDL, trigliserida, obesitas, dan status menopause wanita Krummel, 2004.
Faktor risiko kategori 3 adalah faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, di mana jika dimodifikasi, mungkin
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Adapun yang termasuk dalam faktor risiko kategori 3, yaitu faktor psikososial, lipoprotein a, homosistein, stres
oksidatif, dan konsumsi alkohol Krummel, 2004. Faktor risiko kategori 4 adalah faktor risiko yang berhubungan dengan
risiko penyakit kardiovaskular yang tidak dapat dimodifikasi, atau jika dimodifikasi, sepertinya tidak menurunkan risiko. Adapun yang termasuk dalam
faktor risiko kategori 4, yaitu umur, jenis kelamin pria, status sosioekonomi yang rendah, riwayat penyakit kardiovaskular dini pada keluarga Krummel, 2004.
2.5.3. Pencegahan Sekunder PJK
Menurut Smith et al 2001, pasien yang telah terbukti menderita PJK mempunyai risiko 5-7 kali lebih besar mendapatkan infark miokardium lanjutan.
Pencegahan sekunder mencakup: 1 berhenti merokok secara total, 2
Universitas Sumatera Utara
menurunkan tekanan darah hingga kurang dari 14090 mmHg atau 13085 mmHg bila juga terdapat gagal jantung, insufisiensi ginjal, atau diabetes, 3 menurunkan
kolesterol LDL hingga kurang dari 100 mgdL dan kadar non-HDL kurang dari 130 mgdL, 4 aktivitas fisik sedang selama 30 menit sehari, 3-4 hari setiap
minggu, 5 manajemen berat badan, dengan Indeks Massa Tubuh IMT kurang dari 25, 6 HbA1C kurang dari 7, 7 menggunakan 75-325 mg aspirin sehari
jika tidak ada kontraindikasi, 8 menggunakan 2 obat antihipertensi, angiotensin- converting enzym inhibitor dan
β-blockers, setelah infark miokardium, keculai terdapat kontraindikasi.
Terapi nutrisi medis adalah hal yang sangat penting untuk pencegahan sekunder karena kadar saturated fatty acid SFA berhubungan dengan
progresivitas penyakit pada laki-laki. Biasanya untuk mencapai kadar LDL yang lebih rendah, terapi diet yang agresif dibutuhkan. Terapi diet yang agresif
biasanya dilakukan pada pasien yang menghindari terapi obat. Diet tersebut mengandung produk hewani yang minimal sehingga masukan asam lemak
jenuhSFA 3, kolesterol 5 mg, dan lemak total 10 sangat rendah. Hal penting dari diet ini adalah biji-bijian rendah lemak low-fat grains,
bunciskacang polong legumes, buah, sayur, dan produk olahan susu tanpa lemak. Karena putih telur boleh dikonsumsi, maka regimen diet ini adalah
regimen lakto-ovovegetarian Krummel, 2004.
2.5.4. Therapeutic Lifestyle Change TLC Diet