LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Kemajuan perekonomian suatu Negara sangat dipengaruhi oleh keberadaan bank di Negara tersebut. Di Indonesia telah banyak berdiri bank, namun kebanyakan bank tersebut masih menerapkan sistem konvensional dalam kegiatan operasionalnya. Wacana lembaga keuangan syariah merebak di tengah masyarakat Indonesia yang mulai memperbincangkan mengenai pro dan kontra atas hukum bunga bank. Perkembangan lembaga keuangan syariah mencapai masa yang menentukan dengan bergulirnya paket deregulasi perbankan 1 juni 1983 atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pakjun. Paket deregulasi ini memberikan kebebasan pada pengelola perbankan untuk menentukan besarnya tingkat bunga pinjaman dan simpanan. Hal ini artinya bahwa lembaga keuangan yang menerapkan tingkat bunga 0 memiliki dasar hukum dan argumentasinya untuk berkembang di Indonesia. Kesempatan besar tersebut belum sepenuhnya diambil oleh umat Islam yang mempunyai kemampuan modal, sebab pemerintah belum menyusun undang-undang terkait dengan pendirian bank baru. Sebagai alternatifnya didirikan lembaga keuangan syariah dalam bentuk koperasi dan beberapa lembaga keuangan mikro lainnya yang tersebar di Indonesia. Pada tahun 1988 pemerintah mengeluarkan paket kebijakan di bidang perbankan yang dikenal dengan nama paket kebijakan 22 Oktober 1988 Pakto. Kebijakan ini memberikan peluang untuk membuka bank-bank swasta baru, cabang pembantu bank asing baru termasuk joint venture bagi perwakilan bank asing yang telah ada dengan bank domestik. Kebijakan ini juga merupakan angin segar bagi umat Islam untuk merealisir keinginannya mendirikan lembaga keuangan non-bunga. Kondisi ini direspon dengan cukup baik secara individual maupun institusional untuk mewujudkan rencana tersebut, sehingga dalam skala mikro muncul berbagai lembaga keuangan mikro seperti BMT dan BPRS yang tersebar di seluruh Indonesia. Pengalaman operasional bank Muamalah memberikan inspirasi bagi pemerintah untuk mengeluarkan ketentuan perundang-undangan untuk menyempurnakan undang-undang sebelumnya yang dianggap kurang mewadahi dinamika dan kebutuhan syariah, sehingga lahirlah UU No. 10 tahun 1998. Dalam ketentuan yang baru ini memberikan kesempatan dan peluang yang lebih besar bagi bank syariah untuk berkembang dan berkedudukan sejajar dengan bank konvensional dalam sistem perbankan nasional. Ketentuan dalam UU No. 10 tahun 1998 ini secara teknis dan psikis memberikan kekuatan yang sangat signifikan baik bagi pelaku perbankan syariah maupun masyarakat, karena keberadaan bank syariah diakui secara legal dan formal pada masyarakat perbankan nasional. Dewasa ini banyak bermunculan lembaga keuangan yang berlandaskan syariat Islam, diantaranya adalah Baitul Maal wat-Tamwil BMT. Salah satu dari sekian banyak BMT di Indonesia yang ada di kabupaten Boyolali adalah BMT Tumang. BMT adalah lembaga keuangan syariah yang dalam kegiatan operasionalnya berlandaskan syariat Islam dengan menghimpun dana dari masyarakat, kemudian difungsikan kembali secara profesional, amanah dan adil untuk membantu kepentingan anggota maupun masyarakat, yaitu dalam upaya mengembangkan usaha produktif guna meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan. Keberadaan BMT Tumang di kabupaten Boyolali mulai banyak diminati oleh masyarakat, hal ini tidak lain dikarenakan bentuk pelayanan pada BMT yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada nasabah karena dapat menghindarkan nasabah dari keraguan atas hukum bunga bank. BMT tidak menerapkan sistem bunga bank melainkan bagi hasil dan mark up Jasa yang diberikan oleh nasabah atas pembiayaan dari BMT sesuai dengan perjanjian awal atas dana yang dipinjamnya. Beberapa bentuk pelayanan untuk menarik dana dari masyarakat diantaranya adalah berupa simpanan dan deposito. Disamping itu BMT Tumang juga mengeluarkan produk pembiayaan yang disalurkan secara langsung bagi masyarakat maupun pengusaha kecil dan menengah. Salah satu produk pembiayaan yang banyak diminati adalah pembiayaan Murabahah Pembiayan berdasarkan prinsip jual beli. Sistem pembiayaan murabahah didasarkan atas perjanjian jual beli, sehingga besarnya bagi hasil yang diberikan oleh nasabah kepada pihak BMT Tumang sesuai dengan harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati dalam akad pembiayaan yang dilakukan sebelum dana terealisasi. Pembiayaan murabahah ini mempunyai nilai yang cukup tinggi dalam laporan neraca dan jumlahnya dari tahun ke tahun terus meningkat, sehingga diperlukan suatu sistem pengendalian intern yang baik agar tidak terjadi kesalahan maupun penyelewengan oleh pihak tertentu. Proses perkembangan suatu usaha khususnya BMT sangat bergantung pada sistem yang digunakan. Sistem merupakan sarana yang sangat penting dan bermanfaat bagi perusahaan, karena sistem dapat memberikan informasi kepada manajemen perusahaan agar dapat mengalokasikan berbagai sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien. Sistem yang baik memberikan manfaat dalam memahami lingkungan intern perusahaan. Salah satu sistem yang ada di perusahaan adalah sistem pengendalian intern. Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Mulyadi, 2008 : 163. Tujuan umum sistem pengendalian intern menurut definisi tersebut adalah: 1. Untuk menjaga kekayaan organisasi. 2. Untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. 3. Untuk mendorong efisiensi. 4. Untuk mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen . Sistem pengendalian intern ternyata mempunyai peran yang sangat penting dalam aktivitas perusahaan. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Pembiayaan murabahah cukup berpotensi untuk memajukan BMT Tumang karena jumlahnya dari tahun ke tahun meningkat, sehingga untuk menghindari adanya penyelewengan dan kesalahan-kesalahan serta untuk melindungi kekayaan organisasi, diperlukan suatu sistem pengendalian intern yang baik. Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul “EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSU BMT TUMANG KABUPATEN BOYOLALI”.

C. RUMUSAN MASALAH