Pengertian Sistem Pengendalian Intern

2. Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Sistem pengendalian intern merupakan sebuah sistem yang dibuat dan digunakan untuk memaksimalkan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien serta meminimalkan hal-hal yang memungkinkan akan berakibat pada kerugian suatu perusahaan. Memaksimalkan sumber daya yang ada dapat diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan ketelitian, ketepatan, dan keandalan data akuntansi dalam hal pencatatan maupun penyajiannya dalam laporan keuangan. Meminimalkan hal-hal yang memungkinkan akan merugikan perusahaan bertujuan untuk menjaga seluruh asset perusahaan dari penyalahgunaan pihak tertentu. Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Mulyadi, 2008 : 163. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut : a. Menjaga kekayaan organisasi. b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. c. Mendorong efisiensi. d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Jika tujuan-tujuan dari sistem pengendalian intern tersebut dapat tercapai, maka suatu sistem pengendalian intern dapat dikatakan sudah baik. Efektivitas suatu sistem pengendalian intern dapat juga dapat dinilai dengan cara menganalisis kebaikan dan kelemahan dari sistem pengendalian intern tersebut. Untuk mengetahui kebaikan maupun kelemahan suatu sistem pengendalian intern dapat dilakukan dengan cara mengecek unsur-unsur sistem pengendalian intern yang terdiri dari : a. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. Struktur organisasi merupakan rerangka framework pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Dalam struktur organisasi digambarkan secara tegas mengenai pembagian tanggung jawab fungsional dalam pelaksanaan transaksi yang dilaksanakan oleh beberapa unit organisasi yang dibentuk, sehingga semua tahap transaksi tidak diselesaikan oleh satu unit organisasi saja. b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya. Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam transaksi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Sistem otorisasi akan menjamin dihasilkannya dokumen pembukuan yang dapat dipercaya, sehingga akan menjadi masukan yang dapat dipercaya bagi proses akuntansi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi. c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaanya. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah: 1 Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. 2 Pemeriksaan mendadak surprised audit, hal ini dimaksudkan untuk mendorong karyawan agar melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. 3 Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. 4 Perputaran jabatan, hal ini dimaksudkan untuk menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya sehingga persekongkolan di antara unit organisasi dapat dihindari. 5 Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. 6 Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya, dengan maksud untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan catatan akuntansinya. 7 Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain. Adanya satuan pengawas intern dalam perusahaan akan menjamin efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern, sehingga kekayaan perusahaan akan terjamin keamanannya dan data akuntansi akan terjamin ketelitian dan keandalannya. d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawab. Karyawan yang berkompeten dan dapat dipercaya tidak cukup menjadi satu-satunya unsur sistem pengendalian intern untuk menjamin tercapainya tujuan sistem pengendalian intern. Bagaimana pun baiknya struktur organisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktik yang sehat, semuanya tergantung kepada manusia yang melaksanakan. Untuk mencapai tujuan sistem pengendalian intern dalam kegiatan operasionalnya diperlukan karyawan yang jujur dan kompeten dalam bidang yang menjadi tanggung jawabnya serta dapat melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan efisien. Untuk mendapatkan karyawan seperti yang dijelaskan diats dapat dilakukan dengan cara : 1 Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya. Program yang baik dalam seleksi calon karyawan akan menjamin diperolehnya karyawan yang memiliki kompeten sesuai jabatan yang akan didudukinya. 2 Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai tuntutan perkembangan pekerjaannya.

3. Pengertian Pembiayaan Murabahah