11
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung Zea mays L. merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Penduduk di Indonesia, Amerika Tengah dan
Selatan jagung di gunakan sebagai makanan pokok selain itu jagung juga di gunakan sebagai pakan ternak, di ambil minyaknya dan akhir akhir ini di gunakan
sebagai bahan Bio Etanol Ketaren, 1986. Jagung merupakan bahan dasar bahan olahan untuk minyak goreng,
tepung maizena, ethanol, asam organic, makanan kecil dan industri pakan ternak. Pakan ternak untuk unggas membutuhkan jagung sebagai komponen utama
sebanyak 51,4 Adisurwanto, 2000. Jagung sebagai bahan makanan, mengandung nilai gizi yang cukup tinggi
jika dibanding dengan pangan lainnya, terutama jagung kuning yang banyak mengandung vitamin A Ketaren, 1986.
Hasil analisis menunjukkan kandungan protein pada jagung biji sebesar 8,6-9,4 persen. Kandungan protein ini lebih tinggi lagi 11-15 persen pada
jagung hibrida yang di pupuk dengan nitrogen Adisurwanto, 2000. Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh gliserol dan
asam asam lemak. Persentase trigliserida sekitar 98,6 persen, sedangkan sisanya merupakan bahan non minyak, seperti abu, zat warna atau lilin. Asam lemak yang
12 menyusun minyak jagung terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tidak
jenuh Somaatmadja, 1993. Sebagian asam lemak tidak bergabung dengan molekul gliserol pada
minyak atau lemak yang dikenal dengan Asam Lemak Bebas. Lemak dan minyak yang telah dimurnikan yang siap untuk dikonsumsi memiliki asam lemak bebas
0,05. Asam lemak bebas merupakan kandungan dari lemak yang menjadi salah satu indikator kualitas lemak. Asam lemak bebas mampu menggambarkan
proses deodorasi. Jika minyak yang dihasilkan tidak memiliki mutu baik, hal ini dapat disebabkan oleh kebocoran pada pipa udara ketika proses deodorasi
Lawson, 1985. Pada umumnya konsumen menginginkan minyak jagung yang
mengandung asam lemak bebas yang rendah. Maka penulis tertarik untuk mengambil judul tugas akhir “Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Berdasarkan
Standar Nasional Indonesia 01-3394-1998”. Adapun pengujian ini dilakukan penulis melakukan praktek kerja lapangan di Balai Pengujian Dan Sertifikasi
Mutu Barang.
13
1.2 Tujuan