BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Didit Darmawan dalam jurnal Ekonomi dan Bisnis 2005 dengan judul “ Pengaruh
kinerja merek dan Kepuasan Merek terhadap Perpindahan Merek” menghasilkan 2 hipotesis, yaitu hipotesis yang pertama
menyatakan bahwa kinerja merek berpengaruh secara signifikan terhadap perpindahan merek. Yang kedua kepuasan merek
berpengaruh terhadap perpindahan merek. Berdasarkan 2 hipotesis dapat disimpulkan bahwa
semakin baik kinerja suatu merek maka semakin rendah tingkat perpindahan merek, dan semakin tinggi tingkat kepuasan merek,
mengakibatkan semakin rendah pula tingkat perpindahan ke merek-merek lain. Dan antara kinerja suatu merek dan kepuasan
pengguna merek, terdapat hubungan ang signifikan dan cukup kuat, jadi semakin baik kinerja merek, semakin tinggi pula tingkat
kepuasan terhadap merek yang dirasakan oleh konsumen.
2.2 Landasan teori
2.2.1 Pemasaran
Dahulu pasar diartikan sebagai tempat pertukaran barang- barang antara pembeli dan penjual. Tetapi sekarang istilah pasar
dipakai oleh ekonom sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi dalam tipe produk tertentu. Akan tetapi,
pemasar memandang penjual sebagai industri, dan pembeli sebagai pasar. Penjual dan pembeli dihubungkan oleh empat aliran, yaitu :
penjual mengirimkan produk jasa dan komunikasi ke pasar ; sebagai gantinya, mereka menerima uang dan informasi. Hubungan
tersebut dapat dikatakan sebagai sistem pemasaran sederhana, seperti yang terlihat dalam gambar berikut :
Gambar 2.1 : Sebuah Sistem Pemasaran Sederhana
Sumber : Kotler 2001 Jadi dapat disimpulkan definisi pemasaran adalah sebuah
proses, yang dengannya seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, dengan menciptakan dan
saling menukarkan produk dan nilai dengan orang lain. Perusahaan
Pasar
Informasi Komunikasi
Barang-barang dan jasa Uang penjualan
2.4.3 Management Pemasaran Marketing Management
selama ini banyak orang yang beranggapan bahwa manajemen pemasaran adalah mencari pelanggan yang cukup
banyak untuk output perusahaan saat ini. Namun pandangan iru terlalu sempit- Namun dewasa ini, kita mendefinisikan bahwa
manajemen pemasaran adalah sebagai analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program - program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk
mencapai tujuan pemasaran.
2.2.3 Konsep yang Melandasi Aktivitas pemasaran
Ada lima konsep yang melandasi aklivitas pemasaran suatu organisasi, yaitu:
Konsep Produksi Konsep produksi beranggapan bahwa konsumen akan menyukai
produk yang gampang diperoleh dan sangat terjangkau, karenanya manajemen harus berfokus pada perbaikan efisiensi
produksi dan distribusi Konsep Produk
Konsep produk beranggapan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu terbaik, kinerja terbaik, dan
bersifat paling inovatif. Karenanya suafu oganisasi harus
mencurahkan tenaga untuk melakukan perbaikan produk secara terus menerus.
Konsep Penjualan Konsep ini beranggapan bahwa konsumen tidak akan memberi
cukup banyak produk perusahaan, kecuali jika perusahaan tersebut melakukan usaha penjualan dan promosi dalam skala
besar. Konsep ini biasanya dilakukan pada barang - barang yang tidak dicari barang yang biasanya oleh pembeli tidak terpikir
untuk dibeli Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran mengatakan bahwa, unfuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan
pasar sasaran target market dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing.
Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial Konsep ini menyatakan bahwa organisasi harus menentuan
kebutuhan, keinginan, dan minat pada pasar sasaran. selanjutny4 organisasi harus memberikan nilai kepada pelanggan dengan
suafu cara yang dapat menjaga dan meningkatkan kesejahteraan konsumen.
2.2.4 Siklus Kehidupan Produk Daur Hidup produk
Seperti halnya makhluk hidup, produk juga mempunyai siklus kehidupan yang dinamakan Product Life Cycle pLC .
Menurut teori PLC, sejak satu jenis produk tertentu diterjunkan ke pasar hingga hilang kembali dari pasar dikenal dengan lima tahap
siklus kehidupan. Dalam tiap siklus kehidupan produk tersebut menyumbangkan hasil penjualan dan keuntungan yang berbeda -
beda kepada produsennya. Empat tahapan dalam PLC tersebug yaitu :
Tahap Pengembangan produk Dimulai ketika perusahaan menemukan dan mengembangkan
suatu gagasan produk baru selama pengembangan produk, penjualan sbesar nol dan biaya investasi perusahaan menumpuk.
Tahap Pengenalan Introduction Adalah periode pertumbuhan penjualan ketika produk baru
diperkenalkan di pasar. Mulai berjalan pada saat sebuah produk baru diterjunkan ke pasar oreh sebuah perusahaaan. oleh karena
itu produk masih belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Agar produk cepat dikenal oreh konsumen. perusahaan akan
melakukan promosi secara insentif. Pada tahap siklus kehidupan ini, perusahaan belum menghadapi saingan karena belum ada
perusahaan lain yang memproduksi produk baru tersebut.
Tahap Pertumbuhan { Growth Merupakan periode pengembangan pasar dan peningkatan
raba yang pesat. Bila konsumen menrukai produk baru tersebut, maka produk akan memasuki tahap perfumbuhan.
Selama masa ini, jumlah konsumen yang mengetahui keberadaan produk di pasaran dan menyukainya akan
bertambah banyak. Tahap Kematangan Maturit-v
Dengan mulai terkenalnya produk baru sebagai sumber keuntungan, maka akan bayak bermunculan perusahaan lain
yang ikut memproduksi dan memasarkan produk serupa. persaingan produk menjadi sengit, dan tingkat laba akan tetap
atau menjadi menurun karena pengeluaran pemasaran bertambah untuk mempertahankan produk menghadapi
pesaing. Dipihak lain karena membanjimya produk yang serupa akan membuat konsumen lebih bebas memilih produk
yang mereka sukai. Tahap Penurunan Decline
Adalah periode ketika penjualan menurun dan laba merosot. Suasana persaingan dipasar akan menjadi rebih sengit ketika
pada tahap kematangan muncul teknologi baru yang dapat memproduksi produk serupa yang lebih baik atau produk
substitusi dengan harga bersaing. Akibatnya permintaan
produk lama akan berkurang dan tahap penurunan pun mulai berjalan.
2.2.5 Perilaku Konsumen
Menurut Mowen dan Minor 2002 , perilaku konsumen dedifinisikan sebagai studi tentang unit pembelian dan proses
pertukaran yang metibatkan perolehan konsumsi dan pembuangan barang, jasa pengalaman, serta ide-ide. Sukses atau gagalnya
aktivitas pemasaran sangat bergantung pada reaksi pembeli - pembeli indidual dan pora pemberian mereka buying patterns .
Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oreh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor Kebudayaan Budaya
Merupakan penyebab paring mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
Sub - budaya Setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang rebih
kecil, atau kelompok orang - orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi
kehidupan yang sama dan memberikan identitas dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya.
Kelas Sosial Merupakan bagian-bagian masyarakat yang reratif permanen
dan tersusun rapi yang para anggotanya mempunyai nilai- nilai, kepentingan, dan perilaku yang sama.
2. Faktor Sosial Kelompok Referensi
Terdiri dari seluruh kerompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
seseorang. Keluarga
Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembelian, yaitu keluarga orientasi yang merupakan orang tua
seseorang dan keluarga prokreasi yaitu pasangan hidup anak – anak seorang keluarga
Peran dan Status Seseorang pada umunya berpartisipasi dalam kelompok selam
hidupnya; keluarga klub, dan organisasi 3. Faktor Pribadi
Umur dan tahap siklus hidup Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup
keluarga.
Pekerjaan Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok - kelompok
kerja yang mempunyai minat diatas rata -rata terhadap suatu produk atau jasa tertentu
Keadaan Ekonomi Terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan
dan hartanya dan kemampuan untuk meminjam serta sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung
Gaya Hidup Adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oreh kegiatan,
minat dan pendapat seseorang . Kepribadian dan Konsep diri Adalah karakteristik psikorogi yang berbeda di setiap orang
yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten
4. Faktor Psikologis Motivasi
Adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku konsumen
persepsi Didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan, mengartikan masukkan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti di dunia ini
Proses Belajar Menjelaskan perubahan dalam perilaku sesorang yang timbul
dari pengalaman Kepercayaan dan Sikap
Adalah suatu gagasan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu
Gambar 2.2 : Model sederhana perilaku konsumen
Sumber : Sutisna
2.2.6 Keputusan Pembelian
Ada empat tipe perilaku dalam keputusan membeli, yaitu : 1. Perilaku membeli yang kompleks
Konsumen menjalankan perilaku membeli yang kompleks ketika mereka benar - benar terlibat dalam pembelian dan
Tanggapan Pembuatan
Keputusan Individual
Penerapan dari perilaku konsumen
pada Pengaruh
Umpan Balik kepada konsumen
Umpan Balik bagi Pemasar
Evaluasi Pasca Pembelian
mempunyai pandangan yang berbeda antara merk yang satu dengan yang lain.
2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidak cocokan Perilaku ini terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan
pembelian yang mahal, jarang atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan di antara merk - merk yang ada.
3. Perilaku membeli karena kebiasaan Perilaku ini terjadi dalam kondisi keterlibatan konsumen yang
rendah dan kecilnya perbedaan antar merek. 4. Perilaku membeli karena kebiasaan
Konsumen menjalankan perilaku ini ketika mereka berada dalam situasi yang mencirikan rendahnya keterribatan
konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup berarti.
2.2.7 Merek
Merek adalah nama istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua itu yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing Kotler, 2000 .
Nama merek membantu konsumen untuk mengidentifikasi produk yang mungkin menguntungkan mereka. Merek juga
menyampaikan beberapa hal mengenai kualitas produk kepada pembeli..Nama merek penjual serta merek dagang memberikan
perlindungan
hukum untuk f
itur fitur produk yang unik, yang bisa saja ditiru oleh pesaing.
2.2.8 Brand Switching Keputusan perpindahan Merek
Brand switching adalah perpindahan merek yang dilakukan oleh pengguna setiap wakiu penggunaan, tingkat brand
switching juga menunjukkan sejauh mana sebuah merek memiliki pelanggan yang loyal Sumarketer, Senior Bussiness Analyst,
Markplus co Menurut Dharmmesta 1999, h.g3 brand switching
behovior adarah perilaku perpindahan merek yang dilakukan konsumen karena beberapa alasan tertentu, atau diartikan juga
sebagai kerentanan konsurnen untuk berpindah ke merek lain. Konsumen yang seringkali melakukan perpindahan merek
dalam pembeliannya termasuk tipe perilaku yang mencari keragaman Variety seeking buying behavior .
Gambar 2.3
Sumber : Henry Assael Peralihan merek juga ditandai dengan keterlibatan yang
rendah low involvement. Indikator yang membentuk Brand switching perpindahan
merek : a. Niat berhenti
b. Mengkonsumsi merek lain c. Ketertarikan pada merek lain
2.2.9 Kinerja Merek
Kinerja merek berhubungan dengan cara dari suatu produk atau jasa yang memenuhi kebufuhan konsumen secara fungsional.
Kinerja produk mengarah kepada apa yang melekat pada suatu Perilaku membeli
yang kompleks Perilaku membeli
yang mencari variasi
Perilaku membeli karena kebiasaan
Perilaku membeli yang mengurangi
ketidakcocokan Keterlibatan tinggi
Keterlibatan rendah Perbedaan mendasar
diantara merek yang ada
Sedikit perbedaan mendasar diantara
merek yang ada
produk dan dimiliki oleh suatu merek yang mencirikan berbeda dengan produk lain. Kinerja merek menunjukkan seberapa baik
peringkat merek menurut penilaian konsumen secara obyektif terhadap kualitas merek..
Indikator yang membentuk kinerja merek : a.
Variasi Produk b.
Efektivitas c.
Harga
2.2.10 Kepuasan Merek
Kepuasan merek diartikan sebagai hasil pengalaman langsung konsumen terhadap kinerja merek. Kepuasan merek
mengindikasikan untuk niat menggunakan suatu merek dan menunjukkan pengetahuan konsumen tentang merek semakin baik
dan kemudian berpengaruh terhadap evaluasi pasca konsumsi dan keputusan lanjutan.
Kepuasan muncul apabila harapan konsumen sesuai dengan keputusan pemebelian yang dilakukan Assael,1998. Kepuasan
merupakan perilaku positif terhadap sebuah merek, yang akan bermuara pada keputusan konsumen untuk melakukan pembelian
kembali merek tersebut. Kepuasan terhadap merek dapat didefinisikan sebagai hasil dari evaluasi subyektif pada saat merek alternatif terpilih
sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen Bloemer dan Kasper dalam Lau dan Lee, 2000.
Indikator yang membentuk kepuasan merek : a.
Kualitas Produk b.
Keunggulan Produk c.
Manfaat
2.2.11 Pengaruh Brand Performance terhadap Brand Switching
Menurut Keller dalam Darmawan 2005 penilaian konsumen terhadap kinerja merek terkait dengan pengalaman
langsung terhadap produk, sedangkan penilaian secara emosional menunjukkan tingkat kepuasan terhadap merek tersebut.
Ketika konsumen setia terhadap merek-merek tertentu, konsumen secara aklif akan memilih merek, terribat dengan merek
dan mengembangkan sikap positif terhadap merek Suryani, 2008 Konsumen tidak akan berpindah pada merek lain bila
kinerja merek yang meliputi variasi produk serta style dan desain kemasan dapat menarik konsumen untuk tetap membeli merek
tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merek mempunyai
hubungan yang negatif terhadap perpindahan merek, karena semakin baik kinerja merek, maka semakin rendah tingkat
perpindahan merek. Menurut teori yang ada jika variasi produk Nuvo beragam,
efektifitas sabun, dan harga dari sabun Nuvo terjangkau maka
konsumen cenderung tidak akan berpindah merek. Konsumen akan terus membeli sabun Nuvo meskipun produk merek lain
mengeluarkan beragam variasi, dan harga yang lebih terjangkau.
2.2.12 Pengaruh Brand Satisfaction terhadap Brand Switching
Menurut Engel 1993 Hasil yang dirasakan konsumen berupa kepuasan atau ketidakpuasan akan mempengaruhi evaluasi
alternative berdasarkan pengalaman konsumsi untuk proses keputusan pemilihan merek selanjutnya.
Dharmmesta 1999 juga menyatakan bahwa ketidakpuasan emosional konsumen dengan produk dapat
menyebabkan konsumen merasa tertarik untuk mencari merek lain diluar merek yang biasanya. Keputusan perpindahan merek yang
dilakukan konsumen terjadi karena adanya ketidakpuasan yang diterima konsumen setelah melakukan pembelian
Dharmmesta,2002 Sedangkan menurut hasil penelitian Darmawan 2005 ,
jika tingkat kepuasan merek tinggi, maka konsumen tidak akan berpindah pada merek yang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan merek memiliki hubungan yang negatif terhadap tingkat perpindahan merek, karena jika tingkat kepuasan merek tinggi,
maka tingkat perpindahan merek menjadi rendah.
Menurut teori yang ada, jika kualitas produk, keunggulan, dan manfaat produk sesuai dengan yang ditawarkan. Maka
konsumen tidak akan berpindah merek. Kepuasan merupakan perilaku terhadap sebuah merek, yang akan bermuara pada
keputusan konsumen untuk melakukan pembelian kembali merek tersebut.
2.2.13 Kerangka konseptual
Brand Satisfaction
X2 Brand
Performance X1
Brand Switching Y
2.2.14 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Diduga bahwa Brand Performance berpengaruh negatif terhadap Brand Switching
2. Diduga bahwa Brand Satisfaction berpengaruh negatif terhadap Brand Switching
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Definisi Operasional Variabel
Operasional adalah pernyataan tentang definisi batasan dan pengertian variable-variabel dalam penelitian secara operasional baik
berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris. Penelitian ini menggunakan tiga variable yang mempunyai hubungan
sebab akibat atau kausal. Kinerja merek Brand Permornce dan Kepuasan Merek Brand Satisfaction sebagai peubah bebas atau independen
sedangkan variable Perpindahan Merek Brand Switching sebagai peubah tidak bebas atau dependent. Dalam penelitian ini batas operasional,
definisi operasional dan pengukuran variable terdiri dari : A.
Perpindahan Merek Y Menurut Dharmmesta 1999 Brand Switching Behavior adalah
perilaku perpindahan merek yang dilakukan konsumen karena beberapa alasan tertentu, atau diartikan juga sebagai kerentaan
konsumen untuk berpindah ke merek lain. Indikatornya adalah : Y
1 =
Niat berhenti adalah dimana konsumen tidak menggunakan merek itu lagi.
Y
2=
Merekomendasikan merek lain Mengajak orang lain untuk menggunakan merek lain.
Y
3=
Ketertarikan pada merek lain Konsumen cenderung mempertimbangkan merek lain dengan
hadirnya banyak para pesaing membuat konsumen mempunyai banyak pilihan merek.
B . Kinerja Merek X1
Kinerja merek berhubungan dengan cara dari suatu produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan konsumen secara fungsional.
Kinerja merek mengarah dengan apa yang melekat pada suatu merek yang mencirikan berbeda dengan merek lain. Kinerja merek
menunjukkan seberapa baik peringkat merek menurut penilaian konsumen secara obyektif terhadap kualitas merek. Indikatornya
meliputi : X
1-1=
Variasi Produk Keanekaragaman produk dalam suatu merk
X
1-2 =
Efektivitas suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target telah
tercapai.
X
1-3 =
Harga Suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang
dinyatakan dalam satuan moneter.
C . Kepuasan Merek X2
Menurut Kotler 2001 Kepuasan merupakan suatu tingkatan dimana perkiraan kinerja merek sesuai dengan harapan konsumen.
Umumnya, kepuasan merek menyatakan tentang seberapa terpuaskan konsumen terhadap manfaat yang diberikan merek
secara daya guna, estetika, dan ekonomis. Kepuasan merek mengindikasikan niat untuk berlanjut menggunakan suatu merek
dan menunjukkan suatu pengetahuan konsumen tentang suatu merek. Indikator dari kepuasan merek antara lain meliputi :
X
2-1=
Kualitas Produk Kemampuan produk dalam penggunaannya.
X
2-2=
Keunggulan Produk Merupakan gambaran dari kemampuan suatu produk yang
dapat diandalkan sehingga sesuai dengan apa yang dijanjikan. X
2-3=
Manfaat Kegunaan atau fungsi produk.
3.2 Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Interval. Skala Likert adalah skala yang digunakan secara luas yang meminta responden
menandai derajat persetujuan atau ketidak-setujuan terhadap masing- masing dari serangkaian pernyataan mengenai obyek stimulus. Umumnya
masing-masing item scale mempunyai lima kategori berkisar antara
”sangat tidak setuju” sampai dengan ”sangat setuju” Malhotra, 2005:298. Masing-masing jawaban diberi skor sebagai berikut:
STS TS N
S SS
3.3 Teknik Penentuan Sampel
3.3.1. Populasi
Merupakan individu atau kelompok yang mempunyai ocus atau karakteristik yang sama dan menjadi obyek atau sasaran dalam penelitian.
Sedangkan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah orang yang pernah menggunakan sabun mandi Nuvo di Sidoarjo.
3.3.2. Sampel
Teknik yang digunakan yaitu nonprobability sampling, dimana teknik ini tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedang metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling accidental, yaitu
teknik pengambilan sampel berdasarkan siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel.
Pedoman pengukuran sample menurut Ferdinand 2002 : 48 1. 100-200 sampel untuk maksimum likelihood estimation.
2 1
3 4
5
2. tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang
diestimasi. 3. tergantung pada jumlah indicator yang digunakan dikali 5-
10. Bila terdapat 20 indikator, maka besarnya sample adalah 100-200
4. sedangkan jenis pengambilan sample didasari oleh analisis Structural Equition Modeling SEM bahwa besarnya
sample 5-10 kali parameter yang diestimasi. Pada penelitian ini terdapat 9 indikator yang diestimasi
sehingga besarnya sample yang harus diperoleh adalah 9 x 10 = 90 dibulatkan menjadi 110. Berdasarkan hasil tersebut peneliti
mengambil sample sebanyak 110 responden. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 120 kuesioner dan
kembali pada peneliti 112. Meskipun kembali 112 responden yang dipakai penelitian ini tetap memenuhi jumlah sampel yang
disyaratkan yaitu 90-180.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Jenis Data
Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti
yang berkaitan dengan ocus le minat untuk tujuan spesifik studi. Data
primer dapat diperoleh dari responden individu, kelompok ocus dan panel yang secara khusus ditentukan peneliti.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data diperoleh dari jawaban responden
3.4.3 Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
a. Wawancara Metode yang dilakukan dalam upaya mencari tanggapan responden
atas berbagai permasalahan yang diangkat. b. Kuesioner
Pengumpulan data dengan kuesioner membantu untuk membangun hubungan dengan responden ketika memperkenalkan survei, memberikan
klarifikasi yang diminta oleh responden langsung di tempat dan mengumpulkan kuesioner segera setelah diisi. Adanya kontak langsung
antara peneliti dan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data atau
jawaban yang obyektif dan cepat.
3.5 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah teknik Structural Equation Modeling SEM. SEM merupakan
sekumpulan teknik-teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan.
Ferdinand, 2002 : 6. Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari Measurement Model dan Structural Model.
Measurement Model atau model pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator
empirisnya. Structural model adalah model mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. Menurut
Ferdinand 2002:24 untuk membuat permodelan yang lengkap terdapat beberapa langkah yaitu :
1. Pengembangan Model Berbasis Teori Dalam pengembangan model teoritis, seorang peneliti harus
melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka yang intens guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang
dikembangkan. 2. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan
kausalitas. Model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama akan
digambarkan dalam sebuah path diagram diagram alur. Path diagram diagram alur akan mempermudah peneliti melihat
hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji. 3. Konversi diagram alur kedalam serangkaian persamaan struktural
dan spesifikasi model pengukuran. Peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model tersebut ke dalam rangkaian persamaan. Persamaan
yang akan dibangun terdiri dari :
a. Persamaan struktural
structural equations. Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar
berbagai konstruk. b. Persamaan spesifikasi model pengukuran measurement
model. Peneliti menentukan variabel mana mengukur konstruk mana serta menentukan serangkaian matriks yang menunjukkan
korelasi yang dihipotesakan antar konstruk atau variabel. 4.
Memilih matriks input dan estimasi model SEM hanya menggunakan matrik varianskonvarians atau matrik
korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang digunakan.
5. Menilai problem identifikasi
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan
yang unik. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala berikut : a.
Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah sangat besar.
b. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang
seharusnya disajikan. c.
Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.
d. Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien
estimasi yang didapat.
6. Evaluasi Model Pada langkah ini kesuksesan model dievaluasi melalui
telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit. 7. Interpretasi dan Modifikasi Model
Menginterpretasikan model dan memodifikasikan model bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian
yang dilakukan.
3.5.1 Confimatory Factor Analysis
Model pengukuran variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini menggunakan Confimatory Factor Analysis. Pada Confimatory Factor
Analysis atau CFA peneliti menggunakan variabel-variabel yang diteliti untuk mendefinisikan sebuah faktor yang tidak dapat diukur secara
langsung. Analisis atas indikator-indikator yang digunakan itu memberi makna atas label yang diberikan pada variabel laten atau faktor laten yang
dikonfirmasi itu. Contoh gambar indikator dari variabel :
Brand Satisfaction
Kualitas Produk Keunggulan
Produk Manfaat
3.6 Asumsi Model
a. Uji Normalitas dan Linearitas Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas
dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan SEM ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data dapat
diuji dengan metode-metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data tunggal maupun normalitas
multivariant dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari
data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas. Ferdinand, 2002 : 52.
b. Outliers Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrem
baik secara invariant maupun multivariant yaitu yang muncul karena kombinasi kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh
berbeda dari observasi-observasi lainnya. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam 4 kategori :
1. Outliers muncul karena kesalahan prosedur. 2 Outliers muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang
memungkinkan profil aktanya lain daripada yang lain. 3. Outliers muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak
dapat mengetahui apa penyebabnya.
4. Outliers dapat muncul dalam mengenali yang ada, tetapi bila dikombinasi dengan variabel lainnya. Kombinasinya menjadi
tidak lazim atau sangat ekstrim atau yang biasa disebut multivariate outlier.
Perlakuan terhadap outliers dilakukan bergantung pada bagaimana outlier itu muncul. Dalam analisis ini outliers dapat dievaluasi dengan dua
cara yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers.
1. Univariate Outlier
Deteksi terhadap adanya outlier univariate dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang akan dikategorikan sebagai
outliers dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standart score atau yang biasa disebut Z-score yang mempunyai rata-
rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Oleh karena itu kasus atau observasi yang mempunyai Z-score 30 akan dikategorikan sebagai
outliers. 2.
Multivariate Outlier Evaluasi terhadap multivariate outliers perlu dilakukan sebab
walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila
sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis the Mahalanobis distance untuk tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan
jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah
ruang multidimensional. Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat P
0,001. jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan X
2
pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian
itu. Ferdinand, 2002 : 102. c.
Multicolinearity dan Singularity Multikolinearitas dapat dideteksi dan determinan matriks
kovarians. Nilai determinan matriks kovarians yang sangat kecil extremely small memberi indikasi adanya problem multikolinearitas atau
singularitas. d.
Uji Validitas dan Reliabilitas Validitas berhubungan dengan apakah suatu variabel mengukur apa
yang seharusnya diukur. Seperti yang dikutip dari Wijanto 2008:65 yaitu bagaimana mendefinisikan cara untuk menguji validitas adalah dengan
melihat standard factor loadings muatan factor standar variabel-variabel teramati indikator terhadap variabel laten faktor merupakan estimasi
validitas variabel-variabel teramati tersebut . Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal
dari indikator-indikator suatu konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah
konstrukfaktor laten yang umum Ferdinand, 2002 : 62. Reliabilitas diuji dengan construct reliability dan variance extracted. construct reliability
dan variance extracted dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Construct reliability = j
loading std
loading std
2 2
Variance extracted = j
loading std
loading std
2 2
Hair et.al 1998 menyatakan bahwa sebuah konstruk mempunyai reliabilitas yang baik adalah jika :
Nilai Construct Reliability CR nya 0,70
Nilai Variance Extracted VE nya 0,50
3.7 Pengujian Model dengan One Step Approach