PENGARUH BRAND PERFORMANCE DAN BRAND SATISFACTION TERHADAP BRAND SWITCHING SABUN NUVO DI SIDOARJO.

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Yanuar satria

0512010377/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

Untuk menyusun Skripsi S-1 Jurusan Manajemen

Oleh :

Yanuar satria

0512010377/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL………... vii

DAFTAR GAMBAR ………... viii

ABSTRAKSI ………..

ix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah ………... 1

1.2

Perumusan Masalah ………. 6

1.3

Tujuan Penelitian ………. 6

1.4

Manfaat Penelitian ……… 6

BAB II

TINJAUAN

PUSTAKA

2.1 Penelitian

Terdahulu ……… 7

2.2

Landasan Teori ………. 8

2.2.1. Pengertian Pemasaran ………... 8

2.2.2.

Pengertian

Manajemen Pemasaran ………... 9

2.2.3. Konsep yang Melandasi Aktivitas pemasaran... ... 9

2.2.4

Siklus Kehidupan Produk ( Daur Hidup produk )... 11

2.2.5 Perilaku Konsumen... 13

2.2.6. Keputusan

Pembelian...16

2.2.7. Merek... ………...………... 17

2.2.8. Brand Switching ( Keputusan perpindahan Merek ).………... 18


(4)

2.2.14. Hipotesis...………..………….. 25

BAB III METODOLOGI

PENELITIAN

3.1.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ………... 26

3.1.1. Definisi Operasional ………...……….... 26

3.2.

Pengukuran Variabel ………...……... 29

3.3.

Teknik Penentuan Sampel ………... 29

3.3.1.

Populasi

………...………...

29

3.3.2.

Sampel

…………...……….

29

3.4.

Teknik Pengumpulan Data ………... 30

3.4.1.

Jenis

Data

………...……….

30

3.4.2. Sumber Data ……… 31

3.4.3. Pengumpulan Data ……….. 30

3.5.

Teknik Analisis Data ………. 31

3.5.1. Confirmatory Factor Analysis ………... 34

3.6..

Asumsi Model ………... 34

3.7.

Pengujian

Model

dengan

One Step Approach……….………….. 38

3.7.1.

Pengujian Model dengan Two – Step Approach………….…… 38

3.8. Evaluasi

Model………...………....

39

BAB IV

PEMBAHASAN ……….... 43

4.1.

Deskripsi

Obyek

Penelitian ………. 43

4.1.1. Sejarah Perusahaan ……...………. 43

4.1.2.

Produk

Nuvo...………

45

4.2.

Deskripsi

Hasil Penelitian ……….... 46

4.2.1. Penyebaran Kuesioner ……...……….. 46


(5)

4.2.2.4.Pendidikan... ……… 48

4.2.3.

Deskripsi

Variabel

Brand Performance (X1)……… 49

4.2.4.

Deskripsi

Variabel

Brand Satisfaction (X2)………….………….. 50

4.2.5.

Deskripsi

Variabel

Brand Switching (Y)…………...……… 51

4.3.

Analisis Data ………. 52

4.3.1.

Evaluasi

Outlier………….………...

52

4.3.2. Evaluasi

Reliabilitas………..

53

4.3.3.

Evaluasi

Validitas……….…….

54

4.3.4.

Evaluasi

Construct

Reliability Dan Variance Extracted……… 55

4.3.5.

Evaluasi

Normalitas……….……….

56

4.3.6.

Analisis

Model

One-Step Approach To SEM…………..……….... 57

4.3.7.

Uji

Kausalitas……….

59

4.3.8. Analisis Unidimensi First Order……… 60

4.4.

Pembahasan...

………60

4.4.1

Pengaruh Brand Performance terhadap Brand switching……….… 60

4.4.2

Pengaruh Brand Satisfaction terhadap Brand switching………..…. 61

BAB V

KESIMPULAN

DAN

SARAN

……… 63

5.1.

Kesimpulan

………

63

5.2.

Saran

………

63


(6)

Tabel 1.1

Total Brand Index Sabun Kesehatan……… 3

Tabel 3.1

Tabel Goodness Of Indices………. 42

Tabel 4.1

Responden Berdasarkan Umur……….…………. 47

Tabel 4.2

Responden Berdasarkan Pekerjaan………..……… 47

Tabel 4.3

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...……….…………... 48

Tabel 4.4

Responden Bedasarkan Pendidikan...………..…. 48

Tabel 4.5

Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Brand Performanc. 49

Tabel 4.6

Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Brand Satisfaction. 50

Tabel 4.7

Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Brand Switching… 51

Tabel 4.8

Outliers Data………..….……….. …... 52

Tabel 4.9

Realibilitas Data……… 53

Tabel 4.10

Validitas Data……… 54

Table 4.11

Construct Reliability dan Variance Extracted………. 55

Table 4.12

Normalitas Data………. 56

Tabel 4.13

Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices - Base Model…... 58

Table 4.14

Hasil Uji Kausalitas...……….…. 59


(7)

2.1 : Sebuah sistem pemasaran sederhana...………....

8

2.2 : Model Sederhana Perilaku Konsumen …….………....

16

2.3 : Tipe-tipe perilaku konsumen……….

19

2.2.13 : Kerangka Konseptual………

24

4.1 : Model Pengukuran dan Struktural One-Step


(8)

Oleh :

YANUAR SATRIA

0512010377/FE/ME

Abstraksi

Semakin ketatnya persaingan dan banyaknya pilihan produk di pasaran

mendorong terjadinya perilaku perpindahan merek yang dilakukan oleh konsumen.

Persaingan diantara merek hampir terjadi pada seluruh produk, baik itu produk –

produk kecantikan, kesehatan, makanan, dan sebagainya. Salah satunya adalah sabun

Nuvo yang dikeluarkan PT. Wing’s Tbk. Nuvo merupakan produk yang sudah lama

beredar di pasaran dan mempunyai banyak pesaing. maka penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis tentang pendaruh brand performance dan brand satisfaction

terhadap brand switching sabun nuvo di sidoarjo

Variable penelitian adalah brand performance, brand satisfaction, dan brand

switching. Skala pengukuran variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala interval, sadangkan teknik pengukuran variabel menggunakan teknik accidental

sample yaitu sampel yang dipilih berdasarkan responden yang ditemui secara

kebetulan oleh peneliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 110

orang yang pernah menggunakan sabun Nuvo di Sidoarjo. Teknik analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM).

Berdasarkan hasil pengujian, maka hipotesis yang menyatakan bahwa brand

performance dan brand satisfaction memiliki pengaruh yang positif terhadap brand

switching terbukti tidak signifikan.


(9)

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis di Indonesia semakin pesat. Di era globalisasi, dunia usaha secara otamatis akan dihadapkan pada persaingan yang ketat. Dengan lingkungan yang padat persaingan ini, konsumen memiliki peluang yang luas untuk produk dengan sederat pilihan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Hal ini menuntut perusahaan untuk memanfaatkan kemampuan yang ada semaksimal mungkin serta selalu berusaha mempunyai keunggulan dalam bersaing agar dapat memenuhi tuntutan pasar dan memenangkan persaingan.

Produsen mengetahui bahwa setiap konsumen memiliki banyak kebutuhan yang harus terpenuhi seperti sandang, pangan dan papan. Sama halnya akan kebersihan tubuh, tubuh ini perlu di bersihkan dengan menggunakan sabun. Produsen mengetahui bahwa konsumen menggunakan sabun mandi itu setiap harinya. Dimana produk yang sudah kita kenal yaitu adalah produk yang berasal dari Wing’s. Salah satu produk yang dihasilkan oleh Wing’s adalah sabun Nuvo. Konsumen memilih sabun ini karena memiliki daya tarik .sabun ini cocok untuk semua umur. Produsen


(10)

khususnya masyarakat Indonesia kurang peduli akan kesehatan dirinya dan lingkungannya.

Produk sabun mandi dengan merek tertentu mempunyai pangsa pasar dan segmen pasar yang konsumenya fanatik, disebabkan adanya kecocokan kualitas sabun mandi dengan karakteristik kulit yang dimiliki. Konsumen sabun mandi yang fanatik tidak akan bersedia ganti merek sabun mandi yang lain. Nuvo sekarang memiliki delapan varian, ada varian untuk reguler yang diperuntukkan untuk membunuh bakteri dan mencegah mereka berkembang biak sehingga meninggalkan tubuh Anda bersih, kesehatan dan bebas bakteri. dan ada pula untuk Keluarga NUVO sabun merupakan obat untuk semua keluarga dan mampu memecahkan semua masalah perawatan kulit Anda. Kemasannya sampai saat ini berbentuk batangan, ukuran 80gram, cukup digunakan untuk 10-12 hari. Inovasi varian ini menjadi bagian dari upaya mempertahankan pasar. Karena, peta persaingan saat ini sudah cukup ketat. Banyak pemain sabun padat yang juga merambah semua variannya.

Dalam kondisi persaingan pasar produk sabun mandi , pasar sabun Nuvo masih kalah dengan lifebuoy. Tetapi Nuvo berada diatas sabun Actve dan Medicare dan dibawahnya lagi Antizeptic, Dettol dan Asepso yang kesemuanya merupakan sabun kesehatan sehingga Nuvo mempunyai peluang yang tinggi diantara


(11)

produk-produk sejenis, belum lagi Nuvo mempunyai persepsi sebagai sabun kesehatan yang peduli terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).

Karena bermain di pasar sabun kesehatan, sehingga hanya sedikit dari total konsumsi sabun di pasar yang memilih Nuvo. Belum lagi dengan banyaknya jenis sabun yang beredar di pasar yang selalu merupakan ancaman bagi Nuvo. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran sabun-sabun berbentuk cair dan sabun kecantikan merupakan suatu hal yang dapat mengurangi target penjualan produk Nuvo.

Konsumen potensial yang dipilih adalah konsumen yang berada diSidoarjo, didasarkan pada pertimbangan peneliti bahwa konsumen di kota Sidoarjo masih banyak yang menggunakan sabun mandi kesehatan dikarenakan masih banyaknya masyarakat kota sidoarjo bermata pencaharian petani dan pekerja buruh. Tidak hanya itu saja di kota Sidoarjo sendiri juga masih banyak took-toko kecil yang menjual sabun mandi kesehatan termasuk sabun mandi Nuvo.

Table 1.1 Top Brand Index sabun kesehatan

Merek Tahun 2008 2009 2010

Lifebuoy 43.3% 38% 38.8%

Nuvo 8.2% 6.7% 3.3% Dettol 2.6% 3% 4.7% Sumber : Majalah Marketing edisi februari 2008/2009/2010


(12)

Dari data diatas Total Brand Index sabun mandi Nuvo selalu mengalami penurunan. Di tahun 2009 digeser oleh GIV yang bukan sabun mandi kesehatan sedangkan pada tahun 2010 digeser oleh sabun kesehatan Detol.

Para produsen tidak cukup memanjakan konsumennya dengan berbagai macam kegunaannya yang sesuai dengan keinginannya, tetapi juga menawarkan bebagai kemudahan dalam pembelian, penjualan dan pelayanan purna jual.dikota-kota besar atu kecil banyak sekali outlet menawarkan produk sabun mandi . Berbagai kemudahan berkaitan dengan produk sabun mandi ini menyebabkan munculnya kecenderungan dari penggunanya untuk tergoda bergonta-ganti merek sabun mandi.

Teori yang menghubungkan tingkat kepuasan merek terhadap peralihan merek adalah konsumen yang merasa puas dengan suatu merek, tidak akan berpindah ke merek yang lain dan sebaliknya ( Athanassopoulos et al, 2001).

Sedangkan menurut Keller, kinerja merek menunjukkan seberapa baik peringkat merek menurut penilaian konsumen penilaian konsumen secara obyektif terhadap kualitas merek. Jadi semakin baik kinerja merek, maka semakin rendah tingkat perpindahan merek, dan begitu juga sebaliknya.


(13)

Dan dalam, Darmawan (2005) menyatakan, semakin baik kinerja merek maka semakin tinggi kepuasan yang dirasakan oleh konsumen.

Brand Switching adalah perpindahan merek yang dilakukan oleh pelanggan setiap waktu penggunaan ( Sumarketer, Senior Business Analyst, MarPlus & Co ).

Kinerja merek berhubungan dengan cara dari suatu produk atau jasa memenuhi kebutuhan konsumen secara fungsional. Kinerja merek mengarah kepada apa yang melekat pada suatu produk dan dimiliki oleh suatu merek yang mencirikan berbeda dengan produk lain Kinerja merek menunjukan seberapa baik peringkat merek menurut penilaian penilaian konsumen.

Kepuasan merek diartikan sebagai hasil pengalaman langsung konsumen terhadap kinerja merek. Kepuasan merek mengindikasikan untuk niat menggunakan suatu merek dan menunjukan pengetahuan konsumen tentang merek semakin baik dan kemudian berpengaruh terhadap evaluasi pasca konsumsi dan keputusan lanjutan.

Berdasarkan uraian di atas, maka akan dianalisis dan diteliti dalam penelitian dengan judul : “ Pengaruh Brand Performance dan Brand Satisfaction terhadap Brand Switching Sabun Mandi


(14)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Brand Performance berpengaruh terhadap Brand Switching ?

2. Apakah Brand Satisfaction berpengaruh terhadap Brand Switching ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh Brand Performance terhadap Brand Switching

2. Untuk mengetahui pengaruh Brand Satisfaction terhadap Brand Switching

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

Bagi perusahaan dapat digunakan sebagai masukan atau informasi untuk membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guna mengambil langkah-langkah selanjutnya dalam menyusun strategi pemasaran dimasa yang akan datang.


(15)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Didit Darmawan dalam jurnal Ekonomi dan Bisnis (2005) dengan judul “ Pengaruh kinerja merek dan Kepuasan Merek terhadap Perpindahan Merek” menghasilkan 2 hipotesis, yaitu hipotesis yang pertama menyatakan bahwa kinerja merek berpengaruh secara signifikan terhadap perpindahan merek. Yang kedua kepuasan merek berpengaruh terhadap perpindahan merek.

Berdasarkan 2 hipotesis dapat disimpulkan bahwa semakin baik kinerja suatu merek maka semakin rendah tingkat perpindahan merek, dan semakin tinggi tingkat kepuasan merek, mengakibatkan semakin rendah pula tingkat perpindahan ke merek-merek lain. Dan antara kinerja suatu merek dan kepuasan pengguna merek, terdapat hubungan ang signifikan dan cukup kuat, jadi semakin baik kinerja merek, semakin tinggi pula tingkat kepuasan terhadap merek yang dirasakan oleh konsumen.


(16)

2.2 Landasan teori

2.2.1 Pemasaran

Dahulu pasar diartikan sebagai tempat pertukaran barang-barang antara pembeli dan penjual. Tetapi sekarang istilah pasar dipakai oleh ekonom sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi dalam tipe produk tertentu. Akan tetapi, pemasar memandang penjual sebagai industri, dan pembeli sebagai pasar. Penjual dan pembeli dihubungkan oleh empat aliran, yaitu : penjual mengirimkan produk / jasa dan komunikasi ke pasar ; sebagai gantinya, mereka menerima uang dan informasi. Hubungan tersebut dapat dikatakan sebagai sistem pemasaran sederhana, seperti yang terlihat dalam gambar berikut :

Gambar 2.1 : Sebuah Sistem Pemasaran Sederhana

Sumber : Kotler ( 2001 )

Jadi dapat disimpulkan definisi pemasaran adalah sebuah proses, yang dengannya seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, dengan menciptakan dan saling menukarkan produk dan nilai dengan orang lain.

Perusahaan Pasar

Informasi

Komunikasi

Barang-barang dan jasa Uang ( penjualan )


(17)

2.4.3 Management Pemasaran (Marketing Management)

selama ini banyak orang yang beranggapan bahwa manajemen pemasaran adalah mencari pelanggan yang cukup banyak untuk output perusahaan saat ini. Namun pandangan iru terlalu sempit- Namun dewasa ini, kita mendefinisikan bahwa manajemen pemasaran adalah sebagai analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program - program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan pemasaran.

2.2.3 Konsep yang Melandasi Aktivitas pemasaran

Ada lima konsep yang melandasi aklivitas pemasaran suatu organisasi, yaitu:

 Konsep Produksi

Konsep produksi beranggapan bahwa konsumen akan menyukai produk yang gampang diperoleh dan sangat terjangkau, karenanya manajemen harus berfokus pada perbaikan efisiensi produksi dan distribusi

 Konsep Produk

Konsep produk beranggapan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu terbaik, kinerja terbaik, dan


(18)

mencurahkan tenaga untuk melakukan perbaikan produk secara terus menerus.

 Konsep Penjualan

Konsep ini beranggapan bahwa konsumen tidak akan memberi cukup banyak produk perusahaan, kecuali jika perusahaan tersebut melakukan usaha penjualan dan promosi dalam skala besar. Konsep ini biasanya dilakukan pada barang - barang yang tidak dicari ( barang yang biasanya oleh pembeli tidak terpikir untuk dibeli )

 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran mengatakan bahwa, unfuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran ( target market ) dan memuaskan pelanggan secara lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing.

 Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial

Konsep ini menyatakan bahwa organisasi harus menentuan kebutuhan, keinginan, dan minat pada pasar sasaran. selanjutny4 organisasi harus memberikan nilai kepada pelanggan dengan suafu cara yang dapat menjaga dan meningkatkan kesejahteraan konsumen.


(19)

2.2.4 Siklus Kehidupan Produk ( Daur Hidup produk )

Seperti halnya makhluk hidup, produk juga mempunyai siklus kehidupan yang dinamakan Product Life Cycle ( pLC ). Menurut teori PLC, sejak satu jenis produk tertentu diterjunkan ke pasar hingga hilang kembali dari pasar dikenal dengan lima tahap siklus kehidupan. Dalam tiap siklus kehidupan produk tersebut menyumbangkan hasil penjualan dan keuntungan yang berbeda - beda kepada produsennya.

Empat tahapan dalam PLC tersebug yaitu :

 Tahap Pengembangan produk

Dimulai ketika perusahaan menemukan dan mengembangkan suatu gagasan produk baru selama pengembangan produk, penjualan sbesar nol dan biaya investasi perusahaan menumpuk.

 Tahap Pengenalan ( Introduction )

Adalah periode pertumbuhan penjualan ketika produk baru diperkenalkan di pasar. Mulai berjalan pada saat sebuah produk baru diterjunkan ke pasar oreh sebuah perusahaaan. oleh karena itu produk masih belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. Agar produk cepat dikenal oreh konsumen. perusahaan akan melakukan promosi secara insentif. Pada tahap siklus kehidupan ini, perusahaan belum menghadapi saingan karena belum ada perusahaan lain yang memproduksi produk baru tersebut.


(20)

 Tahap Pertumbuhan { Growth )

Merupakan periode pengembangan pasar dan peningkatan raba yang pesat. Bila konsumen men)rukai produk baru tersebut, maka produk akan memasuki tahap perfumbuhan. Selama masa ini, jumlah konsumen yang mengetahui keberadaan produk di pasaran dan menyukainya akan bertambah banyak.

 Tahap Kematangan ( Maturit-v )

Dengan mulai terkenalnya produk baru sebagai sumber keuntungan, maka akan bayak bermunculan perusahaan lain yang ikut memproduksi dan memasarkan produk serupa. persaingan produk menjadi sengit, dan tingkat laba akan tetap atau menjadi menurun karena pengeluaran pemasaran bertambah untuk mempertahankan produk menghadapi pesaing. Dipihak lain karena membanjimya produk yang serupa akan membuat konsumen lebih bebas memilih produk yang mereka sukai.

 Tahap Penurunan ( Decline )

Adalah periode ketika penjualan menurun dan laba merosot. Suasana persaingan dipasar akan menjadi rebih sengit ketika pada tahap kematangan muncul teknologi baru yang dapat memproduksi produk serupa yang lebih baik atau produk substitusi dengan harga bersaing. Akibatnya permintaan


(21)

produk lama akan berkurang dan tahap penurunan pun mulai berjalan.

2.2.5 Perilaku Konsumen

Menurut Mowen dan Minor ( 2002 ), perilaku konsumen dedifinisikan sebagai studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang metibatkan perolehan' konsumsi dan pembuangan barang, jasa pengalaman, serta ide-ide. Sukses atau gagalnya aktivitas pemasaran sangat bergantung pada reaksi pembeli - pembeli indidual dan pora pemberian mereka ( buying patterns ).

Perilaku konsumen dapat dipengaruhi oreh beberapa faktor, yaitu :

1. Faktor Kebudayaan

 Budaya

Merupakan penyebab paring mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.

 Sub - budaya

Setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang rebih kecil, atau kelompok orang - orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi kehidupan yang sama dan memberikan identitas dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya.


(22)

 Kelas Sosial

Merupakan bagian-bagian masyarakat yang reratif permanen dan tersusun rapi yang para anggotanya mempunyai nilai-nilai, kepentingan, dan perilaku yang sama.

2. Faktor Sosial

 Kelompok Referensi

Terdiri dari seluruh kerompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang.

 Keluarga

Kita dapat membedakan antara dua keluarga dalam kehidupan pembelian, yaitu keluarga orientasi yang merupakan orang tua seseorang dan keluarga prokreasi yaitu pasangan hidup anak – anak seorang keluarga

 Peran dan Status

Seseorang pada umunya berpartisipasi dalam kelompok selam hidupnya; keluarga klub, dan organisasi

3. Faktor Pribadi

 Umur dan tahap siklus hidup

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.


(23)

 Pekerjaan

Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok - kelompok kerja yang mempunyai minat diatas rata -rata terhadap suatu produk atau jasa tertentu

 Keadaan Ekonomi

Terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan hartanya dan kemampuan untuk meminjam serta sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung

 Gaya Hidup

Adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oreh kegiatan, minat dan pendapat seseorang . Kepribadian dan Konsep diri Adalah karakteristik psikorogi yang berbeda di setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten

4. Faktor Psikologis

 Motivasi

Adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan mendukung perilaku konsumen

 persepsi

Didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukkan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti di dunia ini


(24)

 Proses Belajar

Menjelaskan perubahan dalam perilaku sesorang yang timbul dari pengalaman

 Kepercayaan dan Sikap

Adalah suatu gagasan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu

Gambar 2.2 : Model sederhana perilaku konsumen

Sumber : Sutisna

2.2.6 Keputusan Pembelian

Ada empat tipe perilaku dalam keputusan membeli, yaitu : 1. Perilaku membeli yang kompleks

Konsumen menjalankan perilaku membeli yang kompleks ketika mereka benar - benar terlibat dalam pembelian dan

Tanggapan Pembuatan

Keputusan Individual

Penerapan dari perilaku konsumen

pada Pengaruh

Umpan Balik kepada konsumen

Umpan Balik bagi Pemasar


(25)

mempunyai pandangan yang berbeda antara merk yang satu dengan yang lain.

2. Perilaku membeli yang mengurangi ketidak cocokan

Perilaku ini terjadi ketika konsumen sangat terlibat dengan pembelian yang mahal, jarang atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan di antara merk - merk yang ada. 3. Perilaku membeli karena kebiasaan

Perilaku ini terjadi dalam kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan kecilnya perbedaan antar merek.

4. Perilaku membeli karena kebiasaan

Konsumen menjalankan perilaku ini ketika mereka berada dalam situasi yang mencirikan rendahnya keterribatan konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup berarti.

2.2.7 Merek

Merek adalah nama istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua itu yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing ( Kotler, 2000 ).

Nama merek membantu konsumen untuk mengidentifikasi produk yang mungkin menguntungkan mereka. Merek juga menyampaikan beberapa hal mengenai kualitas produk kepada


(26)

perlindungan hukum untuk fitur fitur produk yang unik, yang bisa saja ditiru oleh pesaing.

2.2.8 Brand Switching ( Keputusan perpindahan Merek )

Brand switching adalah perpindahan merek yang dilakukan oleh pengguna setiap wakiu penggunaan, tingkat brand switching juga menunjukkan sejauh mana sebuah merek memiliki pelanggan yang loyal ( Sumarketer, Senior Bussiness Analyst, Markplus & co )

Menurut Dharmmesta (1999, h.g3) brand switching behovior adarah perilaku perpindahan merek yang dilakukan konsumen karena beberapa alasan tertentu, atau diartikan juga sebagai kerentanan konsurnen untuk berpindah ke merek lain.

Konsumen yang seringkali melakukan perpindahan merek dalam pembeliannya termasuk tipe perilaku yang mencari keragaman ( Variety seeking buying behavior ).


(27)

Gambar 2.3

Sumber : Henry Assael

Peralihan merek juga ditandai dengan keterlibatan yang rendah ( low involvement).

Indikator yang membentuk Brand switching ( perpindahan merek) :

a. Niat berhenti

b. Mengkonsumsi merek lain c. Ketertarikan pada merek lain

2.2.9 Kinerja Merek

Kinerja merek berhubungan dengan cara dari suatu produk atau jasa yang memenuhi kebufuhan konsumen secara fungsional.

Perilaku membeli yang kompleks

Perilaku membeli yang mencari variasi

Perilaku membeli karena kebiasaan Perilaku membeli

yang mengurangi ketidakcocokan

Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah

Perbedaan mendasar diantara merek yang ada

Sedikit perbedaan mendasar diantara merek yang ada


(28)

produk dan dimiliki oleh suatu merek yang mencirikan berbeda dengan produk lain. Kinerja merek menunjukkan seberapa baik peringkat merek menurut penilaian konsumen secara obyektif terhadap kualitas merek..

Indikator yang membentuk kinerja merek :

a. Variasi Produk

b. Efektivitas

c. Harga

2.2.10 Kepuasan Merek

Kepuasan merek diartikan sebagai hasil pengalaman langsung konsumen terhadap kinerja merek. Kepuasan merek mengindikasikan untuk niat menggunakan suatu merek dan menunjukkan pengetahuan konsumen tentang merek semakin baik dan kemudian berpengaruh terhadap evaluasi pasca konsumsi dan keputusan lanjutan.

Kepuasan muncul apabila harapan konsumen sesuai dengan keputusan pemebelian yang dilakukan (Assael,1998). Kepuasan merupakan perilaku positif terhadap sebuah merek, yang akan bermuara pada keputusan konsumen untuk melakukan pembelian kembali merek tersebut. Kepuasan terhadap merek dapat didefinisikan sebagai hasil dari evaluasi subyektif pada saat merek alternatif terpilih sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen (Bloemer dan Kasper dalam Lau dan Lee, 2000.


(29)

Indikator yang membentuk kepuasan merek :

a. Kualitas Produk

b. Keunggulan Produk

c. Manfaat

2.2.11 Pengaruh Brand Performance terhadap Brand Switching

Menurut Keller dalam Darmawan ( 2005 ) penilaian konsumen terhadap kinerja merek terkait dengan pengalaman langsung terhadap produk, sedangkan penilaian secara emosional menunjukkan tingkat kepuasan terhadap merek tersebut.

Ketika konsumen setia terhadap merek-merek tertentu, konsumen secara aklif akan memilih merek, terribat dengan merek dan mengembangkan sikap positif terhadap merek ( Suryani, 2008)

Konsumen tidak akan berpindah pada merek lain bila kinerja merek yang meliputi variasi produk serta style dan desain kemasan dapat menarik konsumen untuk tetap membeli merek tertentu.

Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merek mempunyai hubungan yang negatif terhadap perpindahan merek, karena semakin baik kinerja merek, maka semakin rendah tingkat perpindahan merek.


(30)

konsumen cenderung tidak akan berpindah merek. Konsumen akan terus membeli sabun Nuvo meskipun produk merek lain mengeluarkan beragam variasi, dan harga yang lebih terjangkau.

2.2.12 Pengaruh Brand Satisfaction terhadap Brand Switching

Menurut Engel ( 1993 ) Hasil yang dirasakan konsumen berupa kepuasan atau ketidakpuasan akan mempengaruhi evaluasi alternative berdasarkan pengalaman konsumsi untuk proses keputusan pemilihan merek selanjutnya.

Dharmmesta ( 1999 ) juga menyatakan bahwa ketidakpuasan emosional konsumen dengan produk dapat menyebabkan konsumen merasa tertarik untuk mencari merek lain diluar merek yang biasanya. Keputusan perpindahan merek yang dilakukan konsumen terjadi karena adanya ketidakpuasan yang diterima konsumen setelah melakukan pembelian (Dharmmesta,2002)

Sedangkan menurut hasil penelitian Darmawan ( 2005 ), jika tingkat kepuasan merek tinggi, maka konsumen tidak akan berpindah pada merek yang lain. Maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan merek memiliki hubungan yang negatif terhadap tingkat perpindahan merek, karena jika tingkat kepuasan merek tinggi, maka tingkat perpindahan merek menjadi rendah.


(31)

Menurut teori yang ada, jika kualitas produk, keunggulan, dan manfaat produk sesuai dengan yang ditawarkan. Maka konsumen tidak akan berpindah merek. Kepuasan merupakan perilaku terhadap sebuah merek, yang akan bermuara pada keputusan konsumen untuk melakukan pembelian kembali merek tersebut.


(32)

2.2.13 Kerangka konseptual

Brand Satisfaction

(X2) Brand Performance

(X1)

Brand Switching (Y)


(33)

2.2.14 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Diduga bahwa Brand Performance berpengaruh negatif

terhadap Brand Switching

2. Diduga bahwa Brand Satisfaction berpengaruh negatif


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

3.1.1 Definisi Operasional Variabel

Operasional adalah pernyataan tentang definisi batasan dan pengertian variable-variabel dalam penelitian secara operasional baik berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris. Penelitian ini menggunakan tiga variable yang mempunyai hubungan sebab akibat atau kausal. Kinerja merek (Brand Permornce) dan Kepuasan Merek (Brand Satisfaction) sebagai peubah bebas atau independen sedangkan variable Perpindahan Merek (Brand Switching) sebagai peubah tidak bebas atau dependent. Dalam penelitian ini batas operasional, definisi operasional dan pengukuran variable terdiri dari :

A. Perpindahan Merek (Y)

Menurut Dharmmesta (1999) Brand Switching Behavior adalah perilaku perpindahan merek yang dilakukan konsumen karena beberapa alasan tertentu, atau diartikan juga sebagai kerentaan konsumen untuk berpindah ke merek lain. Indikatornya adalah : Y1 = Niat berhenti


(35)

Y2= Merekomendasikan merek lain

Mengajak orang lain untuk menggunakan merek lain. Y3= Ketertarikan pada merek lain

Konsumen cenderung mempertimbangkan merek lain dengan hadirnya banyak para pesaing membuat konsumen mempunyai banyak pilihan merek.

B . Kinerja Merek (X1)

Kinerja merek berhubungan dengan cara dari suatu produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan konsumen secara fungsional. Kinerja merek mengarah dengan apa yang melekat pada suatu merek yang mencirikan berbeda dengan merek lain. Kinerja merek menunjukkan seberapa baik peringkat merek menurut penilaian konsumen secara obyektif terhadap kualitas merek. Indikatornya meliputi :

X1-1= Variasi Produk

Keanekaragaman produk dalam suatu merk X1-2 = Efektivitas

suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target telah tercapai.

X1-3 = Harga

Suatu nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter.


(36)

C . Kepuasan Merek (X2)

Menurut Kotler (2001) Kepuasan merupakan suatu tingkatan dimana perkiraan kinerja merek sesuai dengan harapan konsumen. Umumnya, kepuasan merek menyatakan tentang seberapa terpuaskan konsumen terhadap manfaat yang diberikan merek secara daya guna, estetika, dan ekonomis. Kepuasan merek mengindikasikan niat untuk berlanjut menggunakan suatu merek dan menunjukkan suatu pengetahuan konsumen tentang suatu merek. Indikator dari kepuasan merek antara lain meliputi :

X2-1= Kualitas Produk

Kemampuan produk dalam penggunaannya. X2-2= Keunggulan Produk

Merupakan gambaran dari kemampuan suatu produk yang dapat diandalkan sehingga sesuai dengan apa yang dijanjikan. X2-3= Manfaat

Kegunaan atau fungsi produk.

3.2 Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Interval. Skala Likert adalah skala yang digunakan secara luas yang meminta responden menandai derajat persetujuan atau ketidak-setujuan terhadap masing-masing dari serangkaian pernyataan mengenai obyek stimulus. Umumnya masing-masing item scale mempunyai lima kategori berkisar antara


(37)

”sangat tidak setuju” sampai dengan ”sangat setuju” (Malhotra, 2005:298). Masing-masing jawaban diberi skor sebagai berikut:

STS TS N S SS

3.3 Teknik Penentuan Sampel

3.3.1. Populasi

Merupakan individu atau kelompok yang mempunyai ocus atau karakteristik yang sama dan menjadi obyek atau sasaran dalam penelitian. Sedangkan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah orang yang pernah menggunakan sabun mandi Nuvo di Sidoarjo.

3.3.2. Sampel

Teknik yang digunakan yaitu nonprobability sampling, dimana teknik ini tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedang metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling accidental, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel.

Pedoman pengukuran sample menurut Ferdinand (2002 : 48) 1. 100-200 sampel untuk maksimum likelihood estimation.

2


(38)

2. tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

3. tergantung pada jumlah indicator yang digunakan dikali 5-10. Bila terdapat 20 indikator, maka besarnya sample adalah 100-200

4. sedangkan jenis pengambilan sample didasari oleh analisis Structural Equition Modeling (SEM) bahwa besarnya sample 5-10 kali parameter yang diestimasi.

Pada penelitian ini terdapat 9 indikator yang diestimasi sehingga besarnya sample yang harus diperoleh adalah 9 x 10 = 90 dibulatkan menjadi 110. Berdasarkan hasil tersebut peneliti mengambil sample sebanyak 110 responden.

Kuesioner yang disebarkan sebanyak 120 kuesioner dan kembali pada peneliti 112. Meskipun kembali 112 responden yang dipakai penelitian ini tetap memenuhi jumlah sampel yang disyaratkan yaitu 90-180.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan ocus le minat untuk tujuan spesifik studi. Data


(39)

primer dapat diperoleh dari responden individu, kelompok ocus dan panel yang secara khusus ditentukan peneliti.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data diperoleh dari jawaban responden

3.4.3 Teknik Pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, yaitu sebagai berikut :

a. Wawancara

Metode yang dilakukan dalam upaya mencari tanggapan responden atas berbagai permasalahan yang diangkat.

b. Kuesioner

Pengumpulan data dengan kuesioner membantu untuk membangun hubungan dengan responden ketika memperkenalkan survei, memberikan klarifikasi yang diminta oleh responden langsung di tempat dan mengumpulkan kuesioner segera setelah diisi. Adanya kontak langsung antara peneliti dan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data atau jawaban yang obyektif dan cepat.

3.5 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang dipergunakan didalam penelitian ini adalah

teknik Structural Equation Modeling (SEM). SEM merupakan


(40)

(Ferdinand, 2002 : 6). Sebuah pemodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari Measurement Model dan Structural Model. Measurement Model atau model pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasi sebuah dimensi atau faktor berdasarkan indikator empirisnya. Structural model adalah model mengenai struktur hubungan yang membentuk atau menjelaskan kausalitas antara faktor. Menurut Ferdinand (2002:24) untuk membuat permodelan yang lengkap terdapat beberapa langkah yaitu :

1. Pengembangan Model Berbasis Teori

Dalam pengembangan model teoritis, seorang peneliti harus melakukan serangkaian eksplorasi ilmiah melalui telaah pustaka yang intens guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang dikembangkan.

2. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan

kausalitas.

Model teoritis yang telah dibangun pada langkah pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram (diagram alur). Path diagram (diagram alur) akan mempermudah peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas yang ingin diuji.

3. Konversi diagram alur kedalam serangkaian persamaan struktural dan spesifikasi model pengukuran. Peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model tersebut ke dalam rangkaian persamaan. Persamaan yang akan dibangun terdiri dari :


(41)

a. Persamaan struktural (structural equations). Persamaan ini dirumuskan untuk menyatakan hubungan kausalitas antar berbagai konstruk.

b. Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model). Peneliti menentukan variabel mana mengukur konstruk mana serta menentukan serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang dihipotesakan antar konstruk atau variabel.

4. Memilih matriks input dan estimasi model

SEM hanya menggunakan matrik varians/konvarians atau matrik korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang digunakan.

5. Menilai problem identifikasi

Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan yang unik. Problem identifikasi dapat muncul melalui gejala berikut : a. Standard error untuk satu atau beberapa koefisien adalah

sangat besar.

b. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya disajikan.

c. Muncul angka-angka yang aneh seperti adanya varians

error yang negatif.


(42)

6. Evaluasi Model

Pada langkah ini kesuksesan model dievaluasi melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit.

7. Interpretasi dan Modifikasi Model

Menginterpretasikan model dan memodifikasikan model bagi model-model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang dilakukan.

3.5.1 Confimatory Factor Analysis

Model pengukuran variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini menggunakan Confimatory Factor Analysis. Pada Confimatory Factor Analysis atau (CFA) peneliti menggunakan variabel-variabel yang diteliti untuk mendefinisikan sebuah faktor yang tidak dapat diukur secara langsung. Analisis atas indikator-indikator yang digunakan itu memberi makna atas label yang diberikan pada variabel laten atau faktor laten yang dikonfirmasi itu.

Contoh gambar indikator dari variabel :

Brand Satisfaction

Kualitas Produk Keunggulan Produk Manfaat


(43)

3.6 Asumsi Model

a. Uji Normalitas dan Linearitas

Sebaran data harus dianalisis untuk melihat apakah asumsi normalitas dipenuhi sehingga data dapat diolah lebih lanjut untuk permodelan SEM ini. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data dapat diuji dengan metode-metode statistik. Uji normalitas ini perlu dilakukan baik untuk normalitas terhadap data tunggal maupun normalitas multivariant dimana beberapa variabel digunakan sekaligus dalam analisis akhir uji linearitas dapat dilakukan dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada tidaknya linearitas. (Ferdinand, 2002 : 52).

b. Outliers

Outliers adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrem baik secara invariant maupun multivariant yaitu yang muncul karena kombinasi kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi lainnya. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam 4 kategori :

1. Outliers muncul karena kesalahan prosedur.

2 Outliers muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang memungkinkan profil aktanya lain daripada yang lain.


(44)

4. Outliers dapat muncul dalam mengenali yang ada, tetapi bila dikombinasi dengan variabel lainnya. Kombinasinya menjadi tidak lazim atau sangat ekstrim atau yang biasa disebut multivariate outlier.

Perlakuan terhadap outliers dilakukan bergantung pada bagaimana outlier itu muncul. Dalam analisis ini outliers dapat dievaluasi dengan dua cara yaitu analisis terhadap univariate outliers dan analisis terhadap multivariate outliers.

1. Univariate Outlier

Deteksi terhadap adanya outlier univariate dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outliers dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standart score atau yang biasa disebut Z-score yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu. Oleh karena itu kasus atau observasi yang mempunyai Z-score > 30 akan dikategorikan sebagai outliers.

2. Multivariate Outlier

Evaluasi terhadap multivariate outliers perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah


(45)

ruang multidimensional. Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat P < 0,001. jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan X2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian itu. (Ferdinand, 2002 : 102).

c. Multicolinearity dan Singularity

Multikolinearitas dapat dideteksi dan determinan matriks kovarians. Nilai determinan matriks kovarians yang sangat kecil (extremely small) memberi indikasi adanya problem multikolinearitas atau singularitas.

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas berhubungan dengan apakah suatu variabel mengukur apa yang seharusnya diukur. Seperti yang dikutip dari Wijanto (2008:65) yaitu bagaimana mendefinisikan cara untuk menguji validitas adalah dengan melihat standard factor loadings (muatan factor standar) variabel-variabel teramati (indikator) terhadap variabel laten (faktor) merupakan estimasi validitas variabel-variabel teramati tersebut .

Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator suatu konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk/faktor laten yang umum (Ferdinand, 2002 : 62). Reliabilitas diuji dengan construct reliability dan variance extracted. construct reliability


(46)

Construct reliability = j loading std loading std   

  2

2

) (

) (

Variance extracted =

j loading std loading std   

  2

2

) (

) (

Hair et.al (1998) menyatakan bahwa sebuah konstruk mempunyai reliabilitas yang baik adalah jika :

 Nilai Construct Reliability (CR) nya > 0,70

 Nilai Variance Extracted (VE) nya > 0,50

3.7 Pengujian Model dengan One Step Approach

Salah satu keunggulan dan SEM dibandingkan metode regresi akan metode multivariate yang lain adalah penerapan prosedur SEM secara sekaligus terhadap sebuah model hybrid / full SEM (kombinasi antara model pengukuran dan model struktural). Penerapan prosedur SEM ini dikenal sebagai One Step Approach (Wijanto, 2008 : 68).

3.7.1. Pengujian Model dengan Two – Step Approach

Permodelan SEM juga dapat dilakukan dengan pendekatan dua

langkah (two step approach) yaitu pertama mengembangkan model

pengukuran dan kedua adalah model struktural. Hal ini karena measurement model dilakukan untuk menghasilkan penilaian mengenai validitas konvergen (convergent validity) dan validitas diskriminan (discriminate validity) sedangkan model struktural menyajikan penilaian


(47)

3.8 Evaluasi Model

Hair, et.al., (1998) menjelaskan pola “ Confirmatory

menunjukkan prosedur yang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. AMOS dapat menguji apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan Structural Equation Modelling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria Goodness of fit, yakni Chi-Square, probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI, CMIN/DF. Apabila modela awal tidak good fit dengan data maka model dikembangkan dengan pendekatan Two-Step Approach to SEM.

Dalam analisis SEM tidak ada alat uji ststistik tunggal untuk mengukur atau menguji hipotesis mengenai model. Beberapa indeks kesesuaian dan cut off value untuk digunakan dalam menguji apakah sebuah model dapat diterima atau ditolak adalah :

1. X2 – Chi Square Statistic

Chi square bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan. Model yang diuji dipandang baik atau memuaskan bila


(48)

memperoleh nilai X2 yang rendah yang menghasilkan significance level lebih besar atau sama dengan 0,05 (P > 0,05). Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu (karena dalam uji beda chi square X2 = 0 berarti benar-benar tidak ada perbedaan Ho diterima) dan diterima berdasarkan probabilitas dengan cut off value sebesar p > 0,05 atau p > 0,10.

2. RMSEA (The Roof Mean Square Error of Approximation)

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi square statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degrees of freedom.

3. GFI (Goodness of Fit index)

Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh matriks kovarians populas yang terestimasikan. Nilai GFI berkisar antara O (poorfit) sampai (perfect fit) dan nilai GFI > 0,90 merupakan good fit (kecocokan yang baik), sedangkan 0,80 < GFI < 0,90 sering disebut sebagai marginal fit (Wijanto, 2008 : 53).

4. AGFI (Adjusted Goodness of Fit Indeks)

Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari


(49)

varians dalam sebuah matriks & kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan yang baik good overall model fit (baik) sedangkan besaran nilai antara 0,90 – 0,95 menunjukkan tingkatan cukup adequate.

5. CMIN/DF

The minimum sample discrepancy function (CMIN) dibagi dalam degree of freedomnya akan menghasilkan indeks CMIN/DF. Dalam hal lain adalah statistik chi square X2 dibagi DF nya sehingga disebut X2 relatif. Nilai X2 relatif kurang dari 20 atau bahkan kadang kurang dari 30 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. 6. TLI (Tucker Lewis Index)

TLI (Tucker Lewis Index) adalah sebuah alternatif incremental fit index yang membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah penerimaan > 0,95 dan nilai yang sangat mendekati / menunjukkan a very good fit.

7. CFI (Comparative Fit Index)

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin mendekati 1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi a very good fit. Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95. Keunggulan dari indeks ini adalah bahwa indeks ini besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk


(50)

Tabel 3.1. Tabel Goodness of Fit Indices

Goodness of Fit Index

Keterangan Cut – Off Value

X2 – Chi square Menguji apakah covariance populasi yang diestimasi sama dengan covariance sample (apakah model sesuai dengan data)

Diharapkan kecil 1 sampai dengan 5 atau paling baik diantara 1 dan 2

Probability Uji signifikansi terhadap

perbedaan matriks covariance data dan matriks covariance yang diestimasi

Minimum 0,1 atau 0,2 atau > 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan

chi-square pada sample besar

< 0,08

GFI Menghitung proporsi tertimbang

varians dalam matriks sample yang dijelaskan oleh matriks covarians (populasi yang diestimasi) (analog dengan R2 dalam regresi berganda)

> 0,90

AGFI GFI yang disesuaikan dengan

DF

> 0,90

CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model

< 2,00

TLI Pembandingan antara model

yang diuji terhadap baselin model

> 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak

sensitive terhadap besarnya sampel dan keunikan.

> 0,95


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Wings Corporation didirikan pada tahun 1948 di Surabaya,

Indonesia. Selama lima puluh tahun terakhir perusahaan ini telah berkembang dari sebuah industri rumah kecil menjadi pemimpin pasar mempekerjakan ribuan orang dengan pabrik berlokasi di Jakarta dan Surabaya.

Tujuan di Wings Corporation adalah memproduksi produk berkualitas internasional dengan harga ekonomis produksi pertama kami memulai dengan pembuatan sabun cuci hijau buatan tangan. Dengan produk ini kami berhasil menembus pasar kompetitif di tahun 1940-an. Tak lama setelah itu, kami memperkenalkan sebuah produk baru - deterjen. Sebagai salah satu pelopor produk baru ini, kami bangga untuk mengatakan bahwa hari ini deterjen krim masih populer jenis yang paling multi-tujuan mencuci bantuan di Indonesia.


(52)

memproduksi sabun toilet, bubuk deterjen dan bar, floorcleaners, pelembut kain, dan pembalut wanita untuk seluruh Indonesia dan sekitarnya. Fasilitas ketiga, PT Lionindo Jaya, didirikan di Jakarta bersama-sama

dengan Lion Corporation Jepang untuk menghasilkan merek seperti

Emeron, Halaman Satu, Ciptadent, dan Mama. Produk mereka termasuk shampoo, shower gel, produk perawatan kulit, pasta gigi, dan cairan pencuci piring. Setelah lima tahun, merek ini telah berhasil menangkap pangsa pasar yang signifikan di Indonesia.

Wings juga diakui sebagai kelompok usaha yang didirikan dan bijaksana di Indonesia dengan kekuatan khusus dalam pembuatan sabun dan deterjen adalah Wings '. Produk yang diakui untuk kualitas dan keterjangkauan, dan sudah tersedia. Seluruh kepulauan Indonesia, nama theWINGS menikmati rasa hormat, kepercayaan dan loyalitas dari pedagang besar, pengecer dan konsumen sekaligus.

Hal ini berusaha untuk terus membangun kompetensi inti, menempatkan penekanan besar pada hubungan yang saling menguntungkan, tanpa kompromi kualitas dan nilai riil - akan mereka dalam kepentingan pelanggan, pemasok, karyawan dan pemegang saham.

Pusat nilai-nilai inti 'Wings adalah penekanan pada pengembangan sumber daya manusia. Menyadari bahwa orang-orang dari Wings sangat penting untuk keberhasilannya.


(53)

Bekerja di harmoni dan persatuan, mengadopsi pendekatan konsultatif untuk pengambilan keputusan, menjaga tingkat profesionalisme yang tinggi, menawarkan pelanggan kualitas terbaik dan nilai - ini adalah keyakinan yang telah memberikan fondasi yang keberhasilan Wings dibangun dan dipertahankan. Misi Wings adalah memperbaiki ini-cabang dua tujuan: meningkatkan standar hidup dan

meningkatkan kualitas hidup. (www.wingscorp.com)

4.1.2 Produk Nuvo

Sabun Nuvo merupakan salah satu produk yang diproduksi oleh Wing’s. mulai dari berbentuk batangan dan juga berbentuk cair, Sabun Nuvo dibedakan menjadi 2 macam, yaitu Nuvo Reguler dan juga Nuvo keluarga. Nuvo Reguler dan Nuvo Keluarga dirancang khusus untuk melindungi kesehatan keluarga Anda dengan menghilangkan bakteri secara efektif.

a. Nuvo Reguler

Nuvo adalah sabun obat yang mengandung TCC dan Irgasan. Membunuh bakteri dan mencegah mereka dari mereproduksi sehingga untuk meninggalkan tubuh Anda bersih, kesehatan dan bakteri-bebas.


(54)

b. Nuvo Keluarga

Nuvo sabun keluarga merupakan obat untuk semua keluarga dan mampu memecahkan semua masalah perawatan kulit Anda. Nuvo Keluarga membunuh bakteri dan mencegah mereka berkembang biak sehingga membuat hidup sehat dan bersih.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Penyebaran Kuesioner

Kuesioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan menggunakan accidental sample yaitu anggota populasi yang dijumpai selama periode pengumpulan data yang dijadikan sebagai sampel penelitian, sampel diambil sebanyak 110 responden, yaitu semua orang yang pernah menggunakan sabun Nuvo di Sidoarjo.

4.2.2. Keadaan Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban responden dari pernyataan-pernyataan yang diajukan di dalam pernyataan umum kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui hal-hal berikut.

4.2.2.1. Umur

Dari 110 responden terhadap kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui jenis kelamin pada responden yakni pada tabel di bawah ini.


(55)

Tabel 4.1. Responden Berdasarkan Umur

Usia ( Tahun ) Jumlah Persentase (%)

17-20 18 16,36

21-24 25 22.72

25-28 36 32,72

29 keatas 31 29,18

Total 110 100

Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang telah disebarkan. Umur 25-28 mendapatkan jumlah yang paling banyak, responden berumur 25-28 jarang menjadi pengambil keputusan dalam suatu pembelian. Mereka hanya cenderung memakai produk saja

4.2.2.2. Pekerjaan

Dari 110 responden terhadap kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui karakteristik berdasarkan pekerjaan pada responden yakni pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2. Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Pelajar/Mahasiswa 13 11,81

Pegawai Negeri 8 7,27

Pegawai Swasta 18 16,36

Wiraswasta 23 20,90

Lain-lain 48 43,63


(56)

Berdasarkan penyebaran kuesioner, jumlah yang paling banyak terdapat pada pekerjaan lain-lain. Pekerjaan lain-lain diantaranya ; petani, ibu rumah tangga, pembantu rumah tangga, pengangguran dan lain-lain yang tidak terdapat pada kuesioner.

4.2.2.3. Jenis Kelamin

Dari 110 responden terhadap kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin pada responden yakni pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.3. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 88 80

Perempuan 22 20

Total 110 100

Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner. Jumlah responden terbanyak terdapat pada responden laki-laki. Laki-laki tidak memperhatikan fungsinya, pada intinya konsumen menggunakan sabun hanya untuk membersihkan, tanpa melihat apakah sabun itu digunakan untuk kesehatan ataupun bukan untuk kesehatan.

4.2.2.4. Jenis Pendidikan

Dari 110 responden terhadap kuesioner yang telah diberikan dapat diketahui karakteristik berdasarkan Pendidikan pada responden yakni pada tabel di bawah ini.


(57)

Tabel 4.4. Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SMP 4 3,63

SMU 38 34,54

S-1 18 16,36

Lainnya 50 45,45

Total 110 100

Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner.

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner.pendidikan lainnya mendapatkan jumlah reponden palimg banyak. Reponden yang mempunyai pendidikan lainnya dapat disebutkan sebagai berikut ; Tidak berpendidikan, SD, S2. Dan lain-lain yang tidak terdapat didalam kuesioner.

4.2.3 Deskripsi Variabel Brand Performance (X1)

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand

Performance

No Pertanyaan Skor Jawaban Total

1 2 3 4 5

1 Variasi produk sabun Nuvo banyak. 0 2 57 48 3 110

2 Sabun Nuvo efektif menghilangkan kuman.

0 10 61 39 0 110

3 Harga sabun Nuvo murah. 0 0 54 48 8 110

Jumlah 0 12 172 135 11

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan netral dengan pertanyaan yang diajukan, hal


(58)

tersebut ditunjukkan dengan besarnya total skor yang berada pada skor 3 dengan jumlah sebesar172 jawaban.

Hal tersebut menunjukan bahwa variasi sabun Nuvo masih dikatakan banyak sehingga memungkinkan konsumen untuk dapat memilih, efektifitas sabun Nuvo bisa dikatakan efektif menghilangkan kuman, serta harga sabun Nuvo bisa dikatakan masih dapat terjangkau oleh masyarakat..

4.2.4 Deskripsi Variabel Brand Satisfaction (X2)

Tabel 4.6. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand

Satisfaction

No Pertanyaan Skor Jawaban Total

1 2 3 4 5

1 Kualitas sabun Nuvo selalu terjaga dengan baik.

0 5 50 44 11 110

2 Sabun Nuvo memiliki wangi yang tidak terlalu menyengat.

0 14 54 36 6 110 3 Sabun Nuvo menjaga kesehatan

kulit tubuh.

0 8 56 40 6 110

Jumlah 0 27 160 120 23

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan netral dengan pertanyaan yang diajukan, hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya total skor yang berada pada skor 3 dengan jumlah sebesar160 jawaban.


(59)

Hal tersebut menunjukan bahwa kualitas sabun Nuvo terjaga baik dikarenakan Nuvo sudah memperhitungkan agar produk yang diciptakan tidak mudah rusak. Aroma dari Nuvo sendiri tidak begitu menyengat, karena jika aroma sabun terlelu menyengat akan membuat konsumen merasa nyaman. Serta Nuvo juga menjaga kesehatan kulit tubuh.

4.2.5 Deskripsi Variabel Brand Switching (Y)

Tabel 4.7. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Brand

Switching

No Pertanyaan Skor Jawaban Total 1 2 3 4 5

1 Saya ingin berhenti menggunakan sabun Nuvo.

0 17 44 27 22 110

2 Saya menganjurkan orang lain untuk memakai merek lain bukan Nuvo

0 17 38 43 12 110

3 Saya tertarik dengan sabun merek lain bukan Nuvo

0 26 38 40 6 110

Jumlah 0 60 120 110 40

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan netral dengan pertanyaan yang diajukan, hal tersebut ditunjukkan dengan besarnya total skor yang berada pada skor 3 dengan jumlah sebesar160 jawaban.

Kondisi diatas menunjukan konsumen ingin berhenti menggunakan, menganjurkan orang lain untuk memakai merek lain serta


(60)

4.3. Analisis Data

4.3.1. Evaluasi Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick & Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut :


(61)

Tabel 4.8. : Outlier Data

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation N Predicted Value 34.625 80.422 55.500 8.682 110 Std. Predicted Value -2.404 2.870 0.000 1.000 110 Standard Error of

Predicted Value 6.068 15.650 9.454 2.002 110 Adjusted Predicted

Value 32.649 89.955 55.528 9.335 110 Residual -59.646 55.382 0.000 30.694 110 Std. Residual -1.861 1.728 0.000 0.958 110 Stud. Residual -1.993 1.777 0.000 0.997 110 Deleted

Residual -68.356 58.879 -0.028 33.303 110 Stud. Deleted

Residual -2.023 1.797 -0.001 1.001 110 Mahalanobis Distance

[MD] 2.918 25.005 8.918 4.316 110 Cook's Distance 0.000 0.058 0.008 0.009 110 Centered Leverage

Value 0.027 0.229 0.082 0.040 110 (a) Dependent Variable : NO.

RESP

Sumber : Lampiran

Tidak terdapat outlier multivariat [antar variabel], karena MD Maksimum 25,005 < 27,877

4.3.2. Evaluasi Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002). Hasil selengkapnya dapat dilihat pada


(62)

Tabel 4.9. Reliabilitas Data :

Konstrak Indikator Item to Total

Correlation

Koefisien Cronbach's Alpha

Brand Satisfaction

X11 0.628

-0.078

X12 0.478

X13 0.587

Brand Performance

X21 0.629

0.082 X22

0.576

X23 0.557

Brand Switching Y1 0.712 0.357

Sumber : Lampiran

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Tidak terjadi eliminasi karena nilai item to total correlation indikator seluruhnya ≥ 0,5. Indikator yang tereliminasi tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's dilakukan setelah proses eliminasi.

Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal untuk setiap construct di atas menunjukkan hasil kurang baik dimana koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh belum seluruhnya memenuhi rules of thumb yang disyaratkan yaitu ≥ 0,7 [Hair et.al.,1998].

4.3.3. Evaluasi Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent variable / construct akan diuji dengan melihat loading faktor


(63)

dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.10. Validitas Data

Konstrak Indikator Faktor Loading

1 2 3 4 Brand

Satisfaction

X11 0.443

X12 -0.244

X13 0.257

Brand Performance

X21 0.014

X22 0.161

X23 0.091

Brand Switching

Y1 0.551

Y2 0.346

Y3 0.305

Sumber : Lampiran

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct belum seluruhnya ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut dapat dikatakan validitasnya kurang baik.

4.3.4 Evaluasi Construct Reliability Dan Variance Extracted

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua pengujian tersebut masih termasuk uji konsistensi internal yang akan memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator individual mengukur suatu pengukuran yang sama.Hasil perhitungan construct reliability dan variance extracted dapat


(64)

Tabel 4.11. Construct Reliability dan Variance Extracted Konstrak Indikator Standardize Factor Loading SFL

Kuadrat Error [εj]

Construct Reliability Variance Extrated Brand Satisfaction

X11 0.443 0.196 0.804

0.072 0.107

X12 -0.244 0.060 0.940

X13 0.257 0.066 0.934

Brand Performance

X21 0.014 0.000 1.000

0.023 0.011

X22 0.161 0.026 0.974

X23 0.091 0.008 0.992

Brand Switching

Y1 0.551 0.304 0.696

0.368 0.172

Y2 0.346 0.120 0.880

Y3 0.305 0.093 0.907

Batas Dapat Diterima ≥ 0,7 ≥ 0,5

Sumber : Lampiran

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan variance extracted menunjukkan instrumen kurang reliabel, yang ditunjukkan dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikian angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Dan variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50.

4.3.5. Evaluasi Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak


(65)

normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 [1%] yaitu sebesar ± 2,58. Hasil analisis tampak pada tabel berikut :

Tabel 4.12. Normalitas Data

Variable min max kurtosis c.r.

X11 2 5 -0.441 -0.944

X12 2 4 -0.604 -1.292

X13 3 5 -0.593 -1.269

X21 2 5 -0.371 -0.795

X22 2 5 -0.302 -0.647

X23 2 5 -0.150 -0.321

Y1 2 5 -0.999 -2.138

Y2 2 5 -0.731 -1.565

Y3 2 5 -0.927 -1.984

Multivariate 2.583 0.963

Batas Normal ± 2,58

Sumber : Lampiran

Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di antara ± 2,58 itu berarti asumsi normalitas terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler & Chou [1987] bahwa jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.

4.3.6. Analisis Model One-Step Approach To SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama [One Step


(66)

diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta validitas & reliabilitas data sangat baik [Hair et.al.,1998]

Hasil estimasi dan fit model one step approach to SEM dengan menggunakan program aplikasi Amos 4.01 terlihat pada Gambar dan Tabel Goodness of Fit di bawah ini.

Gambar 4.1

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Brand Satisfaction, Brand Performance, & Brand Switching

Model Specification : One Step Approach - Base Model

Brand Switching 1 Brand Performance 1 Brand Satisfaction X11 er_1 1 Y1 er_7 1 1 X21 er_4 1 X22 er_5 1 X23 er_6 1 d_bs 1

Y2 1 er_8 X12

er_2 1 X13 er_3 1

Y3 1 er_9

Sumber : Lampiran

Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness Of Fit Indices Model One-Step

Approach-Base Model

Kriteria Hasil Nilai Kritis Evaluasi

Model

Cmin/DF 0.742 ≤ 2,00 baik

Probability 0.813 ≥ 0,05 baik

RMSEA 0.000 ≤ 0,08 baik

GFI 0.967 ≥ 0,90 baik

AGFI 0.937 ≥ 0,90 baik

TLI 5.186 ≥ 0,95 baik

CFI 1.000 ≥ 0,94 baik

Sumber : Lampiran

Dari hasil evaluasi terhadap model one step base model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya


(67)

menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model sebagaimana terdapat di bawah ini.

4.3.7. Uji Kausalitas

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix : 3.041.620.071 > 0 mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah ini.

Tabel 4.14. Hasil Uji Kausalitas

Ustd Std

Prob.

Faktor  Faktor Estimate Estimate

Brand_Switching  Brand_Satisfaction 0.139 0.257 0.978

Brand_Switching  Brand_Performance 0.904 1.675 0.873

Batas Signifikansi  ≤ 0,10

Sumber : Lampiran

Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang menyatakan bahwa :

a. Faktor Brand Satisfaction berpengaruh positif terhadap Faktor Brand Swirching, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,978 > 0,10 [tidak signifikan [positif].


(68)

b. Faktor Brand Performance berpengaruh positif terhadap Faktor Brand Swirching, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,873 > 0,10 [tidak signifikan [positif].

4.3.8. Analisis Unidimensi First Order

Tabel 4.15. Unidimensi First order

Regression Weights Ustd Std

Estimate Estimate Prob.

X11 <-- Brand_Satisfaction 0.258 0.443 0.032

X12 <-- Brand_Satisfaction -0.149 -0.244 0.129

X13 <-- Brand_Satisfaction 0.160 0.257 0.112

X21 <-- Brand_Performance 0.011 0.014 0.895

X22 <-- Brand_Performance 0.122 0.161 0.755

X23 <-- Brand_Performance 0.064 0.091 0.763

Y1 <-- Brand_Switching 1.000 0.551 0.000

Y2 <-- Brand_Switching 0.565 0.346 0.075

Y3 <-- Brand_Switching 0.494 0.305 0.093

Sumber : Lampiran

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh Brand Performance dan Brand Satisfaction terhadap Brand Switching ditemukan hasil yang tidak signifikan positif.

4.4.1 Pengaruh Brand Performance terhadap Brand switching

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa kinerja merek berpengaruh positif terhadap Brand Switching. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa kinerja merek berpengaruh negative terhadap Brand Switching. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Darmawan ( 2005 ) Kinerja merek menunjukan seberapa baik peringkat merek menurut penilaian konsumen secara


(69)

objektif terhadap kualitas merek. Semakin baik kinerja merek, maka semakin rendah tingkat Perpindahan merek.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sabun adalah barang yang mudah didapat, sering dibeli, harganya tidak mahal dan keputusan membeli tidak memerlukan banyak pertimbangan atau dibeli tanpa adanya perencanaan jadi hal tersebut memungkinkan konsumen dapat berpindah merek kapan. Alasan lain dapat disebabkan karena konsumen bosan dan ingin mencoba merek lain selain Nuvo.

4.4.3 Pengaruh Brand Satisfaction terhadap Brand switching

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tingkat kepuasan merek berpengaruh positif terhadap brand switchng. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat kepuasan merek berpengaruh negative terhadap Brand Switching. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Darmawan ( 2005 ) menunjukan Kepuasan merek berpengaruh positif terhadap Brand Switching. Hasil ini yang dirasakan konsumen (outcome) berupa kepuasan atau ketidakpuasan akan mempengaruhi evaluasi alternative berdasarkan pengalaman konsumsi untuk proses keputusan pemilihan merek selanjutnya.

Ini disebabkan karena kualitas sabun sulit diukur. Sabun juga tidak dibedakan fungsinya oleh konsumen, pada intinya konsumen menggunakan sabun hanya untuk membersihkan, tanpa melihat apakah


(70)

konsumen tidak akan terpacu hanya pada satu merek saja. Hal lain yang bisa terjadi karena keputusan konsumsi keluarga dalam membeli produk melibatkan setidaknya beberapa peranan. Peranan-peranan ini bisa dipegang oleh suami, istri, anak atau orang lain dan ini bisa berperan sebagai pemberi pengaruh, pengambil keputusan, pembeli dan pemakai.

BAB V


(71)

5.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan berkaitan dengan hasil penelitian ini diantaranya : 1. Hipotesis yang menyatakan bahwa Brand Performance berpengaruh

positif terhadap Brand Switching tidak dapat diterima

2. Hipotesis yang menyatakan bahwa Brand Satisfaction berpengaruh positif terhadap Brand Switching tidak dapat diterima

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini diantaranya adalah :

 Dari pihak perusahaan hendaknya harus lebih membuat variasi produk yang menarik, keefektifitasan produk yang selalu tepat serta harga yang selalu stabil agar konsumen selalu menggunakan produk tersebut. Perusahaan hendaknya memberikan informasi yang lebih, untuk dapat meyakinkan kualitas, keunggulan dan manfaat dari suatu produk tersebut agar konsumen tidak mencoba memakai merek lain.

 Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti lebih mengembangkan penelitian saat ini dengan menambah variable yang diamati yang berkaitan dengan Brand Switching, seperti promosi karena factor tersebut secara teoritis memiliki ketekaitan dengan brand switching.


(72)

Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta

Assael, Hendry, 1984, Consumer Behavior and Marketing Action, DWS-Kent

Publhising Company : Boston

Basu Swastha, Irawan, 1998, Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua, Cetakan keempat,

Andi : Yogyakarta

Darmawan, Didit, 2005, Jurnal Pengaruh Kinerja Merek dan Kepuasan Merek, Jurnal

Ekonomi dan Bisnis, Vol 1, Hal 17-22

Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang

Hair,J.F. et. Al ( 1998 ), Multvariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice – Hall

International, Inc, New Jersey

Hanan dan Kartp, 1991 : 25

Kotler dan Amstrong, 2001, Prinsip – Prinsip Pemasaran, Erlangga : Jakarta

, 2003, Manajemen Pemasaran, Jilid 11, Edisi Kesebelas, PT Indeks :

jakarta

Malhotra, K.Naresh, 2005, Riset Pemasaran, PT Indeks : Jakarta

Ribhan, 2006, Jurnal Faktor – Faktor yang mempengaruhi Brand Switching pada

pengguna SIM card di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung


(73)

Utama : Jakarta

Tjiptono, Fandy, 2000, Strategi Pemasaran, Edidsi Kedua, Cetakan Keempat, Andi :

Yogyakarta

Purwanto Waluyo dan Agus Pamungkas, Analisis Perilaku Brand Switching

Konsumen Dalam Pembelian Produk Handphone di semarang, Jurnal

Bisnis dan Ekonomi, Maret 2003

Majalah Marketing

www.digilibpetra.ac.id

www.wings.com


(1)

b. Faktor Brand Performance berpengaruh positif terhadap Faktor Brand Swirching, tidak dapat diterima [Prob. kausalnya 0,873 > 0,10 [tidak signifikan [positif].

4.3.8. Analisis Unidimensi First Order Tabel 4.15. Unidimensi First order

Regression Weights Ustd Std

Estimate Estimate Prob. X11 <-- Brand_Satisfaction 0.258 0.443 0.032 X12 <-- Brand_Satisfaction -0.149 -0.244 0.129 X13 <-- Brand_Satisfaction 0.160 0.257 0.112 X21 <-- Brand_Performance 0.011 0.014 0.895 X22 <-- Brand_Performance 0.122 0.161 0.755 X23 <-- Brand_Performance 0.064 0.091 0.763

Y1 <-- Brand_Switching 1.000 0.551 0.000 Y2 <-- Brand_Switching 0.565 0.346 0.075 Y3 <-- Brand_Switching 0.494 0.305 0.093

Sumber : Lampiran

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh Brand Performance dan Brand Satisfaction terhadap Brand Switching ditemukan hasil yang tidak signifikan positif. 4.4.1 Pengaruh Brand Performance terhadap Brand switching

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa kinerja merek berpengaruh positif terhadap Brand Switching. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa kinerja merek berpengaruh negative terhadap Brand Switching. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Darmawan ( 2005 ) Kinerja merek menunjukan seberapa baik peringkat merek menurut penilaian konsumen secara


(2)

61

objektif terhadap kualitas merek. Semakin baik kinerja merek, maka semakin rendah tingkat Perpindahan merek.

Kondisi ini menunjukkan bahwa sabun adalah barang yang mudah didapat, sering dibeli, harganya tidak mahal dan keputusan membeli tidak memerlukan banyak pertimbangan atau dibeli tanpa adanya perencanaan jadi hal tersebut memungkinkan konsumen dapat berpindah merek kapan. Alasan lain dapat disebabkan karena konsumen bosan dan ingin mencoba merek lain selain Nuvo.

4.4.3 Pengaruh Brand Satisfaction terhadap Brand switching

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tingkat kepuasan merek berpengaruh positif terhadap brand switchng. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat kepuasan merek berpengaruh negative terhadap Brand Switching. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Darmawan ( 2005 ) menunjukan Kepuasan merek berpengaruh positif terhadap Brand Switching. Hasil ini yang dirasakan konsumen (outcome) berupa kepuasan atau ketidakpuasan akan mempengaruhi evaluasi alternative berdasarkan pengalaman konsumsi untuk proses keputusan pemilihan merek selanjutnya.

Ini disebabkan karena kualitas sabun sulit diukur. Sabun juga tidak dibedakan fungsinya oleh konsumen, pada intinya konsumen menggunakan sabun hanya untuk membersihkan, tanpa melihat apakah sabun itu digunakan untuk kesehatan ataupun untuk kecantikan. Jadi


(3)

konsumen tidak akan terpacu hanya pada satu merek saja. Hal lain yang bisa terjadi karena keputusan konsumsi keluarga dalam membeli produk melibatkan setidaknya beberapa peranan. Peranan-peranan ini bisa dipegang oleh suami, istri, anak atau orang lain dan ini bisa berperan sebagai pemberi pengaruh, pengambil keputusan, pembeli dan pemakai.

BAB V


(4)

63

5.1 Kesimpulan

Beberapa kesimpulan berkaitan dengan hasil penelitian ini diantaranya : 1. Hipotesis yang menyatakan bahwa Brand Performance berpengaruh

positif terhadap Brand Switching tidak dapat diterima

2. Hipotesis yang menyatakan bahwa Brand Satisfaction berpengaruh positif terhadap Brand Switching tidak dapat diterima

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini diantaranya adalah :

 Dari pihak perusahaan hendaknya harus lebih membuat variasi produk yang menarik, keefektifitasan produk yang selalu tepat serta harga yang selalu stabil agar konsumen selalu menggunakan produk tersebut. Perusahaan hendaknya memberikan informasi yang lebih, untuk dapat meyakinkan kualitas, keunggulan dan manfaat dari suatu produk tersebut agar konsumen tidak mencoba memakai merek lain.

 Pada penelitian selanjutnya diharapkan peneliti lebih mengembangkan penelitian saat ini dengan menambah variable yang diamati yang berkaitan dengan Brand Switching, seperti promosi karena factor tersebut secara teoritis memiliki ketekaitan dengan brand switching.


(5)

Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta

Assael, Hendry, 1984, Consumer Behavior and Marketing Action, DWS-Kent

Publhising Company : Boston

Basu Swastha, Irawan, 1998, Manajemen Pemasaran, Edisi Kedua, Cetakan keempat,

Andi : Yogyakarta

Darmawan, Didit, 2005, Jurnal Pengaruh Kinerja Merek dan Kepuasan Merek, Jurnal

Ekonomi dan Bisnis, Vol 1, Hal 17-22

Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro, Semarang

Hair,J.F. et. Al ( 1998 ), Multvariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice – Hall

International, Inc, New Jersey

Hanan dan Kartp, 1991 : 25

Kotler dan Amstrong, 2001, Prinsip – Prinsip Pemasaran, Erlangga : Jakarta

, 2003, Manajemen Pemasaran, Jilid 11, Edisi Kesebelas, PT Indeks :

jakarta

Malhotra, K.Naresh, 2005, Riset Pemasaran, PT Indeks : Jakarta

Ribhan, 2006, Jurnal Faktor – Faktor yang mempengaruhi Brand Switching pada

pengguna SIM card di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung


(6)

Simamora, Bilson, 2004, Panduan Riset Perilaku Konsumen, PT Gramedia Pustaka

Utama : Jakarta

Stanton, Bilson, 2004, Panduan Riset Perilaku Konsumen, PT Gramedia Pustaka

Utama : Jakarta

Tjiptono, Fandy, 2000, Strategi Pemasaran, Edidsi Kedua, Cetakan Keempat, Andi :

Yogyakarta

Purwanto Waluyo dan Agus Pamungkas, Analisis Perilaku Brand Switching

Konsumen Dalam Pembelian Produk Handphone di semarang, Jurnal

Bisnis dan Ekonomi, Maret 2003

Majalah Marketing

www.digilibpetra.ac.id

www.wings.com


Dokumen yang terkait

Pengaruh Trust In a Brand Terhadap Brand Loyalty Pada Konsumen Susu UHT Merek Ultramilk Di Wilayah Kelurahan Titi Rantai Medan

3 24 101

Pengaruh Trust in a Brand Terhadap Brand Loyalty Pada Konsumen Air Minum Aqua di Daerah Medan Baru.

1 28 83

Pengaruh Trust In a Brand Terhadap Brand Loyalty Produk Air Minum Aqua Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi UMSU Medan

0 46 79

Analisis Pengaruh Experiential Marketing Dan Brand Trust Terhadap Kepuasan Konsumen Dan Dampaknya Terhadap Loyalitas Merek (Studi Kasus Pada Mahasiswa Pengguna Laptop Merek Asus)

6 68 260

PENGARUH BRAND SATISFACTION TERHADAP BRAND TRUST DAN BRAND PENGARUH BRAND SATISFACTION TERHADAP BRAND TRUST DAN BRAND AFFECT SERTA DAMPAKNYA PADA BRAND LOYALTY DAN BRAND RISK DALAM PEMBELIAN PRODUK DENGAN MEREK TERKENAL.

0 2 15

ANALISIS PENGARUH BRAND EVALUATION, BRAND TRUST DAN Analisis Pengaruh Brand Evaluation, Brand Trust Dan Customer Satisfaction Terhadap Brand Loyalty Jne Dengan Brand Relationship Sebagai Variabel Moderasi.

1 8 16

ANALISIS PENGARUH BRAND EVALUATION, BRAND TRUST DAN CUSTOMER Analisis Pengaruh Brand Evaluation, Brand Trust Dan Customer Satisfaction Terhadap Brand Loyalty Jne Dengan Brand Relationship Sebagai Variabel Moderasi.

0 2 16

Pengaruh Brand Experience , Brand Trust, dan Brand Satisfaction terhadap Brand Loyalty Pelanggan.

0 7 24

PENGARUH BRAND PERFORMANCE DAN BRAND SATISFACTION TERHADAP BRAND SWITCHING SABUN NUVO DI SIDOARJO SKRIPSI

0 1 14

PENGARUH BRAND IMAGE DAN BRAND TRUST TERHADAP BRAND LOYALTY PRODUK MEREK FINNA DI WILAYAH SIDOARJO

0 0 13