1
I. PENDAHULUAN
Udang merupakan komoditas unggulan perikanan budidaya yang memiliki ekonomis  tinggi.  Udang  termasuk  komoditas  yang  sudah  dikenal  dan  sangat
diminati  oleh  masyarakat.  Terdapat  banyak  jenis  udang  yang  tersebar  di  alam. Mulai  dari  perairan  laut,  payau,  hingga  perairan  tawar.  Salah  satu  udang  yang
memiliki ekonomis tinggi adalah lobster air laut. Permintaan lobster air  laut  di  dunia mengalami  peningkatan  sekitar  15
per  tahun  Jones,  2008.  Kenaikan  permintaan  ini  dipengaruhi  oleh  pasar internasional,  terutama  China,  sebagai  negara  tujuan  ekspor.  Ekspor  merupakan
salah satu tujuan pemasaran lobster air laut. Hongkong dan Taiwan adalah tujuan pasar  utama,  meskipun  beberapa  produk  juga  dijual  langsung  ke  utara  China,
Singapura, dan Jepang. Volume yang terjual tidak diketahui, tetapi kemungkinan besar tidak lebih dari 2 500 ton per tahun Jones, 2008.
Sebagian  besar  kebutuhan  lobster  ukuran  konsumsi  dipenuhi  dari  hasil tangkapan  di  alam.  Tingginya  permintaan  akan  lobster  dikhawatirkan  akan
menimbulkan  penangkapan  berlebih  over-fishing.  Penangkapan  berlebih  akan berdampak  pada  kapasitas  induk  broodstock  sebagai  penghasil  benih  untuk
budidaya.  Selain  akan  menimbulkan  penangkapan  berlebih,  jumlah  lobster  hasil tangkapan di alam juga tidak menentu. Hal ini dipengaruhi oleh musim tangkap.
Begitu pula dengan kualitasnya, ukuran lobster cenderung beragam. Terdapat  dua  jenis  lobster  yang  umum  dikembangkan  di  Indonesia,  yaitu
lobster  pasir  Panulirus  homarus  dan  lobster  mutiara  P.  ornatus.  Benih  lobster yang  dibudidayakan  adalah  benih  hasil  tangkapan  di  alam.  Perbandingan
ketersediaan  dari  lobster  pasir  dan  lobster  mutiara  adalah  3:1.  Perbandingan  ini dapat  bervariasi  dari  satu  lokasi  ke  lokasi  lain,  tetapi  lobster  pasir  semakin
berlimpah  di  seluruh  daerah.  Harga  lobster  pasir  dapat  mencapai  Rp300  000kg untuk  lobster  berukuran  100  g  hingga  250  g.  Sedangkan  lobster  mutiara  dengan
ukuran  kecil  dihargai  rendah  Rp200  000Kg  Jones,  2008.  Lobster  pasir memiliki  kualitas  yang  baik  untuk  diolah  dalam  masakan,  dikarenakan  memiliki
daging yang manis dan empuk.
2 Diperlukan kegiatan budidaya untuk menjaga ketersediaan induk lobster di
alam.  Melalui  kegiatan  budidaya,  diharapkan  kebutuhan  lobster  untuk  pasar ekspor  maupun  domestik  akan  terpenuhi,  baik  dalam  jumlah,  kualitas,  maupun
kontinuitas.  Untuk  saat  ini,  kegiatan  budidaya  lobster  terpusat  di  Nusa  Tenggara Barat.  NTB  memiliki  sumberdaya  lobster  yang  cukup  potensial.  Pesisir  dan  laut
NTB  seluas  29  159.04  km
2
,  di  dalamnya  terdapat  ekosistem  terumbu  karang seluas  3  601  km
2
,  yang  merupakan  habitat  alami  lobster  yang  kondisinya  masih baik Idris et al., 2001.
Terbukti  sulit  untuk  menjaga  kelangsungan  hidup  lobster  pasir  pada kegiatan budidaya.  Angka kematian selama fase puerulus sangat tinggi, terutama
disebabkan  oleh  kanibalisme.  Hal  ini  sesuai  dengan  pengalaman  di  Vietnam  dan Australia. Kelangsungan hidup lobster dari fase puerulus hingga juvenil ukuran 2
cm  berkisar  40  sampai  50.  Sedangkan  kelangsungan  hidup  pada  fase  juvenil berkisar  antara  60  sampai  90  Jones,  2007.  Tingkat  kanibalisme  ini  akan
berkurang seiring dengan pertumbuhan lobster. Upaya  yang  telah  dilakukan  untuk  mengurangi  tingginya  tingkat
kanibalisme adalah dengan penggunaan shelter pada wadah pemeliharaan lobster. Shelter  diperlukan  sebagai  tempat  persembunyian  udang  yang  sedang  molting,
serta  memperluas  area  untuk  udang  menempel  Khasani,  2008.  Jaring  shelter perlu  disediakan  dalam  wadah  pemeliharaan  selama  kegiatan  budidaya  sebagai
cara yang  sederhana dan efektif untuk meningkatkan kelangsungan hidup lobster dengan  mengurangi  persaingan  antara  lobster  yang  lemah  dan lobster  yang  lebih
dominan. Bobot dan pertumbuhan panjang karapas lobster secara signifikan tidak terpengaruh  oleh  adanya  shelter,  tetapi  cenderung  menunjukkan  pertumbuhan
yang  lebih  baik  dibandingkan  dengan  wadah  pemeliharaan  tanpa  shelter  apapun Nguyen et al., 2008.
Lobster  pasir  adalah  spesies  yang  berhabitat  di  karang,  yang  banyak ditemukan  di  terumbu  karang  dan  pantai  berbatu.  Lobster  pasir  ditemukan  di
kedalaman 1 sampai 50 m. Lobster pasir  aktif pada malam hari, paling aktif dari senja  hingga  fajar  FAO,  2007.  Untuk  menciptakan  suasana  lingkungan  yang
menyerupai  kondisi  habitat  lobster,  maka  dilakukan  rekayasa  lingkungan.  Salah satu cara rekayasa dalam lingkungan adalah penggunaan warna wadah.
3 Warna  wadah  akan  mempengaruhi  intensitas  cahaya  dan  panjang
gelombang  yang  dipantulkan  kembali.  Keberadaan  cahaya  yang  terlalu  intensif dapat membuat beberapa spesies organisme akuatik menjadi stres dan mati Boeuf
Bail,  1999.  Pada  larva  udang  galah  Macrobracium  rosenbergii  de  Man, intensitas  cahaya  yang  tinggi  dalam  bentuk  cahaya  langsung  dapat  menurunkan
selera  makan  dan  menyebabkan  kematian  massal.  Pada  tangki  pemeliharaan berdinding  putih,  larva  udang  galah  hanya  mampu  mencapai  stadia  enam
Aquacop, 1977. Warna  wadah  juga  mempengaruhi  lama  waktu  dari  respons  cortisol.
Cortisol  adalah  produk  akhir  utama  dari  hypothalamus-pituitari-sel  interrenal HPI pada ikan teleostei. Hormon ini memberikan tindakan fisiologis dan diukur
dalam darah ikan untuk mengevaluasi respons stres terhadap beberapa rangsangan termasuk  pada  ikan  jundia  Rhamdia  quelen.  Pada  ikan  jundia  dalam  perlakuan
wadah  putih  memiliki  kadar  cortisol  yang  tetap  tinggi  selama  24  jam  setelah aplikasi  stressor,  sedangkan  ikan  dalam  wadah  biru  kadar  cortisol  dapat
berkurang  hingga  ke  konsentrasi  sebelum  stres  selama  12  jam.  Penjelasan  yang memungkinkan  terhadap  kondisi  ini  adalah  wadah  biru  lebih  gelap  daripada
wadah putih, diduga disebabkan pantulan cahaya yang lebih rendah dan transmisi pada  dinding  wadah.  Wadah  dengan  dinding  putih  lebih  terang  dan  jernih,
dikarenakan  ikan  jundia  memiliki  kebiasaan  nocturnal,  lingkungan  dengan dinding  putih  tidak  nyaman  dan  mempengaruhi  perilaku  ikan.  Baik  wadah  putih
maupun biru memberikan visualisasi yang baik terhadap pakan, sehingga pilihan terhadap  lingkungan  gelap  untuk  ikan  jundia  diduga  lebih  berhubungan  dengan
kebiasaan nocturnalnya Barcellos et al., 2009.
Setiap  jenis  ikan  memiliki  reaksi  yang  berbeda  terhadap  penggunaan warna  wadah.
Pada  ikan  rainbow  trout  Oncorhynchus  mykiss  memiliki  laju pertumbuhan harian tertinggi pada warna wadah hitam dibandingkan warna putih
dan  biru  muda  Sofronios  et  al.,  2004.  Sedangkan  pada  ikan  mas  laju pertumbuhan harian tertinggi pada warna wadah putih dibandingkan warna hitam
dan hijau Papoutsoglou et al., 2000
. Atas  dasar  pengetahuan  di  atas  penggunaan  wadah  yang  memiliki  warna
yang  berbeda  pada  pendederan  juvenil  lobster  pasir  berpotensi  mempengaruhi
4 kelangsungan hidup dan pertumbuhan lobster ini, sehingga dapat dijadikan acuan
untuk  pemeliharaan  lobster  yang  baik  pada  waktu  berikutnya.  Penelitian  ini bertujuan  untuk  mendapatkan  derajat  kelangsungan  hidup  dan  pertumbuhan
terbaik juvenil lobster pasir yang dipelihara secara terkontrol dalam wadah dengan warna dasar yang berbeda.
5
II. BAHAN DAN METODE