8
2.3.3 Frekuensi Molting
Menurut Lee dan Wickins 2002 frekuensi molting merupakan jumlah frekuensi munculnya lobster yang melakukan molting selama perlakuan.
Frekuensi ini dilakukan dengan pengamatan cangkang bekas molting. Data diperoleh dari pengamatan berdasarkan cangkang yang terlepas dari tubuh lobster
dan diakumulasikan hingga pada ahir perlakuan.
2.3.4 Kualitas Air
Parameter fisika yang diukur selama penelitian meliputi suhu dan salinitas, sedangkan parameter kimia yang diukur meliputi pH, oksigen terlarut DO,
amonia NH
3
, nitrit NO
2 -
. Parameter suhu, pH dan salinitas diukur secara in situ. Analisis oksigen terlarut DO, amonia NH
3
dan nitrit NO
2 -
dilakukan di Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan, Balai Budidaya Laut Lombok, Nusa
Tenggara Barat. Metode yang digunakan dalam pengukuran ini disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Metode pengukuran parameter fisika kimia air
Parameter Satuan
Metode
Suhu ºC
Termometer pH
Unit pH meter digital
Salinitas gl
Refraktometer Oksigen terlarut
mgl Titrimetri
Amonia mgl
Spektrofotometri Nitrit
mgl Spektrofotometri
2.3.5 Analisis Data
Data yang dikumpulkan selama penelitian meliputi jumlah lobster akhir, bobot tubuh, frekuensi molting, dan kualitas air. Data hasil pengukuran parameter
tersebut digunakan untuk menentukan tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, pertumbuhan bobot, dan frekuensi molting. Parameter yang diuji
secara statistik adalah bobot lobster sebelum dan setelah penelitian, laju pertumbuhan lobster, dan kelangsungan hidup KH lobster, sedangkan data
kualitas air meliputi suhu, pH, DO, ammonia, nitrit, dan salinitas dianalisis secara
9 deskriptif. Data beberapa parameter yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan
diolah menggunakan software Microsoft Excel 2007, data dianalisis menggunakan software SPSS versi 16 dan uji lanjut untuk beda nyata menggunakan uji T.
10
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Pelaksanaan penelitian selama pemeliharaan 66 hari diperoleh parameter yang diuji menggunakan uji statistik antara lain kelangsungan hidup KH, laju
pertumbuhan spesifik LPS, dan frekuensi molting Tabel 3. Parameter lain yang diperoleh adalah kualitas air.
Tabel 3. Nilai parameter uji
Warna dasar
wadah Ulangan
Jumlah akhir
lobster KH
Bobot awal
g Bobot
akhir g
Pertumbuhan bobot g
LPS Frekuensi
molting
Putih 1
1 10
0.37 0.90
0.53 1.37
18 2
2 20
0.36 1.24
0.88 1.90
13 3
1 10
0.37 1.06
0.70 1.63
15 4
1 10
0.33 0.89
0.56 1.50
10 5
1 10
0.32 1.06
0.74 1.84
13 6
2 20
0.37 1.36
1.00 2.01
16 7
1 10
0.36 0.76
0.40 1.14
14 8
1 10
0.35 0.63
0.28 0.91
13 Rerata
± SD 1.25
12.50 ± 4.63
0.35 0.99
0.64 ± 0.24 1.54
± 0.39 14 ± 2.39
Hitam 1
2 20
0.37 1.40
1.03 2.05
16 2
1 10
0.35 0.51
0.17 0.59
16 3
1 10
0.34 0.70
0.36 1.09
13 4
2 20
0.40 1.29
0.89 1.80
15 5
1 10
0.37 0.36
-0.01 -0.03
12 6
3 30
0.35 1.05
0.71 1.71
17 7
1 10
0.34 1.15
0.81 1.86
14 8
2 20
0.37 1.55
1.18 2.19
15 Rerata
± SD 1.625
16.25 ± 7.44
0.36 1.00
0.64 ± 0.42 1.41
± 0.78 14.75
± 1.67
3.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup
Pada perlakuan wadah berwarna putih kelangsungan hidup berkisar 12.5±4.63, sedangkan pada perlakuan wadah berwarna hitam sintasan berkisar
16.25±7.44. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi terjadi pada perlakuan wadah berwarna hitam sebesar 30 Gambar 2. Hasil uji statistik menunjukkan
perlakuan warna wadah pemeliharaan yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata p0.05 terhadap kelangsungan hidup lobster pasir.