BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode Permukaan Respon merupakan gabungan dari teknik matematika dan statistika yang digunakan dalam pemodelan dan analisis dimana respon yang diamati
dipengaruhi oleh sejumlah variabel. Metode permukaan respon bertujuan untuk mengoptimalkan respon Montgomery, 2009. Metode ini pertama kali diajukan pada
tahun 1951 oleh Box dan Wilson. Proses optimasi seringkali dilakukan pada industri sebagai bentuk upaya meningkatkan mutu produk yang dihasilkan. Selain digunakan
dalam proses optimasi produk, metode permukaan respon juga sering digunakan dalam upaya meminimalisasi kecacatan suatu produk dan juga selain pada bidang
industri, metode permukaan respon digunakan pada bidang yang lain seperti bidang ilmu pangan, biologi, ilmu kedokteran dan kesehatan.
Terdapat banyak penelitian diberbagai bidang yang menggunakan metode permukaan respon pada proses analisisnya. Dalam sebuah penelitian Albert 2009
menggunakan metode permukaan respon untuk meningkatkan produktivitas produksi botol pada CV. Bobofood. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa metode
permukaan respon dapat meningkatkan produktivitas produksi botol di CV. Bobofood dengan diperolehnya kondisi operasi yang diterapkan pada proses pembuatan botol
sehingga meminimumkan jumlah botol yang cacat.
Dalam penelitian lain Padil et al 2011 juga berhasil mengaplikasikan metode permukaan respon dengan memperoleh kombinasi antara suhu, waktu dan nisbah
padatan-larutan pada proses hidrolisis untuk pemurnian selulosa limbah tandan
kosong sawit. Metode permukaan respon memberikan hasil yang sangat baik pada nilai pemurnian selulosa sebesar 82,19.
Pada Era globalisasi ini perkembangan sistem teknologi semakin pesat, baik di sektor pendidikan maupun sektor industri dan perkebunan. Peningkatan segala
sektor tentu mengakibatkan timbulnya persaingan bisnis bukan hanya ditingkat daerah dan tingkat nasional bahkan persaingan ini sampai merambah ke tingkat
internasional. Peningkatan teknologi ini jika tidak disikapi dengan baik akan menimbulkan berbagai masalah, rendahnya kualitas maupun kuantitas hasil produksi
dari industri maupun perkebunan sehingga dapat menimbulkan rendahnya kualitas maupun kuantitas produksi dari suatu industri perkebunan sistem teknologi tersebut.
Oleh karena itu peningkatan teknologi ini harus diperhatikan dan diaplikasikan dengan baik, PT. Socfin Indonesia yang mengelola perkebunan baik sawit maupun
karet merupakan salah satu perusahaan yang mempunyai sistem teknologi yang baik. Pabrik pengelolaan minyak kelapa sawit terdiri dari unit-unit pengelolaan
yang saling erat hubungannya satu dengan yang lain dan pengolahan dilakukan secara bertahap. Apabila salah satu dari unit-unit mengalami gangguan maka unit
pengolahan lainnya akan terganggu. Stasiun perebusan merupakan stasiun pertama dari proses pengolahan kelapa
sawit setelah tandan buah segar TBS ditimbang dan dibongkar di loading ramp. Tujuan dari TBS yaitu untuk melunakkan brondolan TBS sehingga mudah dilepas
dari janjangnya. Perebusan melunakkan buah sehingga daging buah mudah melepas dari biji sewaktu diaduk dalam bejana peremas. Pada perebusan terjadi pengeringan
pendahuluan dari biji dan inti mulai lekang dari biji. Di dalam proses perebusan juga terjadi kehilangan minyak atau sering disebut losses, dan tidak dapat dihindari dari
setiap stasiun pengolahan. Setiap pabrik kelapa sawit selalu berusaha menekan angka kehilangan minyak
ini, khususnya di stasiun perebusan yang akan dibahas dipenulis karya ilmiah ini,
yang batas normalnya adalah sebesar maksimal 0,7. Karena angka kehilangan minyak pada pabrik pengolahan kelapa sawit merupakan ukuran efesiensi ekstraksi
pabrik maka setiap sisa buangan dari proses pengolahan harus dianalisa dengan seksama dan teliti. Hal ini dapat dilihat dari pada proses selanjutnya dimana buah
akan mudah terpipil dan pengempaan pada screw press sempurna sehingga kehilangan minyak pada stasiun ini akan semakin kecil. Selain itu minyak dapat
mudah dipucatkan dan menghasilkan minyak yang kandungan asam lemak bebas ALB rendah sehingga dapat menghasilkan meningkatnya rendemen minyak. Pada
proses pemisahan cangkang dan kernel pada conveyor juga semakin mudah. Dengan demikian keuntungan pada perusahaan semakin besar. Inilah sebabnya PT Socfin
Indonesia menggunakan tekanan 2 – 2.5 kgcm², waktu 80 - 100 menit pada suhu antara 130 – 140
ᵒC untuk merebus tandan buah segar.
Berdasarkan hal diatas maka penulis mengambil judul pada karya ilmiah ini adalah
Aplikasi Metode Permukaan Respon Terhadap Kehilangan Minyak Sawit Berdasarkan Suhu, Waktu, dan Tekanan pada Proses Perebusan Kelapa Sawit
di PT. Socfin Indonesia Bangun Bandar.
1.2 Perumusan Masalah