Hutan Rawa Gambut Struktur dan Penyebaran Jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Rawa Gambut

Hutan rawa gambut adalah hutan yang tumbuh di atas lapisan gambut tumpukan bahan organik yang sedikit terurai dengan ketebalan 1 –20 m dan digenangi air gambut yang berasal dari air hujan yang miskin hara Soerianegara 1997. Nararita et al. 1996 dalam Istomo 2002 menyatakan gambut adalah bahan organik yang berasal dari tumbuhan yang mengalami proses pelapukan atau perombakan kurang sempurna di bawah kondisi tergenang air. Hamparan gambut di daerah tropika terbentuk melalui regresi-transgresi laut karena mencairnya es di kutub pada jaman Holosen. Adanya muara sungai-sungai yang mengendapkan lumpur aluvium, sehingga tanggul-tanggul dan rawa-rawa di belakang tanggul semakin tinggi deposit lumpur yang terjadi dan semakin berkurang salinitasnya, sehingga vegetasi bakau digantikan oleh vegetasi daratan. Luas lahan bergambut di Indonesia cukup besar terluas ke empat di dunia bila dibandingkan dengan negara-negara yang mempunyai lahan bergambut di dunia Istomo 1992. Kandungan sulfida yang tinggi dan tergenang air, menyebabkan proses dekomposisi terhambat, sehingga terjadi penumpukan serasah sampai membentuk kubah gambut dome. Hamparan gambut yang terbentuk tidak lagi terpengaruh pasang surut air laut dan tidak lagi mendapat pasokan dari air sungai, air yang menggenangi gambut tersebut hanya dari hujan. Oleh karena itu, gambut yang terbentuk dari proses tersebut disebut gambut ombrogen yang miskin hara oligotropik dan bersifat masam.

2.2 Struktur dan Penyebaran Jenis

Suatu jenis tumbuhan dalam hubungannya dengan keadaan lingkungan dari suatu ekosistem akan membentuk sistem fungsi tertentu. Setiap individu jenis tersebut mempunyai toleransi yang berbeda dalam beradaptasi dengan lingkungan dan masing-masing individu tersebut mempunyai kondisi lingkungan tertentu dimana ia dapat tumbuh optimal. Oleh karena itu, pada umumnya penyebaran jenis tumbuhan akan berbeda terutama dalam hal kehadiran dan kelimpahannya Poole 5 1974 dalam Istomo 1994. Tumbuhan mempunyai korelasi yang sangat nyata dengan tempat tumbuh habitat dalam hal penyebaran jenis, kerapatan, dan dominansinya Soerianegara dan Indrawan 1998. Soerianegara dan Indrawan 2002 mengemukakan pentingnya mengetahui komposisi. Komposisi hutan alam merupakan salah satu aspek ekologis yang penting bagi pengetahuan pengelolaan hutan. Istilah komposisi digunakan untuk menyatakan keberadaan jenis-jenis pohon dalam hutan, selanjutnya dinyatakan pula bahwa salah satu ciri hutan hujan tropika adalah mayoritas penutupnya terdiri dari tumbuhan berkayu berbentuk pohon Richards 1964 dalam Wahyu 2002. Struktur tegakan hutan merupakan hubungan fungsionil antara kerapatan pohon dengan diameternya. Oleh karenanya maka struktur tegakan dapat digunakan untuk menduga kerapatan pohon pada berbagai kelas diameternya, apabila dugaan parameter struktur tegakan dan jumlah pohon secara total diketahui Suhendang 1985. Soegianto 1994 dalam Pradiastoro 2004 menyatakan bahwa informasi yang telah didapatkan dari kerapatan populasi saja belum cukup untuk memberikan suatu gambaran yang lengkap mengenai keadaan suatu populasi yang ditemukan dalam suatu habitat. Dua populasi mungkin dapat mempunyai kerapatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan yang nyata dalam pola penyebaran tempatnya.

2.3 Ramin Gonystylus bancanus Mig. Kurz.