Ramin Gonystylus bancanus Mig. Kurz.

5 1974 dalam Istomo 1994. Tumbuhan mempunyai korelasi yang sangat nyata dengan tempat tumbuh habitat dalam hal penyebaran jenis, kerapatan, dan dominansinya Soerianegara dan Indrawan 1998. Soerianegara dan Indrawan 2002 mengemukakan pentingnya mengetahui komposisi. Komposisi hutan alam merupakan salah satu aspek ekologis yang penting bagi pengetahuan pengelolaan hutan. Istilah komposisi digunakan untuk menyatakan keberadaan jenis-jenis pohon dalam hutan, selanjutnya dinyatakan pula bahwa salah satu ciri hutan hujan tropika adalah mayoritas penutupnya terdiri dari tumbuhan berkayu berbentuk pohon Richards 1964 dalam Wahyu 2002. Struktur tegakan hutan merupakan hubungan fungsionil antara kerapatan pohon dengan diameternya. Oleh karenanya maka struktur tegakan dapat digunakan untuk menduga kerapatan pohon pada berbagai kelas diameternya, apabila dugaan parameter struktur tegakan dan jumlah pohon secara total diketahui Suhendang 1985. Soegianto 1994 dalam Pradiastoro 2004 menyatakan bahwa informasi yang telah didapatkan dari kerapatan populasi saja belum cukup untuk memberikan suatu gambaran yang lengkap mengenai keadaan suatu populasi yang ditemukan dalam suatu habitat. Dua populasi mungkin dapat mempunyai kerapatan yang sama, tetapi mempunyai perbedaan yang nyata dalam pola penyebaran tempatnya.

2.3 Ramin Gonystylus bancanus Mig. Kurz.

Kayu Ramin dihasilkan oleh pohon yang termasuk marga genus Gonystylus dari suku family Tyhmelaeaceae yang banyak tumbuh di daerah rawa gambut dalam hutan alam. Di Indonesia diperkirakan terdapat sekitar 30 jenis, 10 jenis di antaranya berbentuk pohon besar, antara lain: G. affinis A. Shaw, G. brunescens A. Shaw, G. confuses A. Shaw, G. forbesii Gilg, G. keithii A. Shaw, G. macrophyllus A. Shaw, G. maingayi Hk.f, G. velutinus A. Shaw, G. xylocarpus A. Shaw dan G. bancanus Miq. Kurz. Ramin merupakan nama yang ditujukan untuk jenis: G. xylocarpus A. Shaw, G. velutinus A. Shaw dan G. bancanus Miq. Kurz. Untuk jenis G. affinis A. Shaw dan G. forbesii Gilg sering disebut sebagai kayu minyak. Di antara kesepuluh jenis tersebut, jenis G. bancanus Miq. Kurz paling banyak diminati untuk diperdagangkan Newman et al. 1999. 6 Pohon ramin termasuk jenis yang memiliki kecenderungan hidup mengelompok dengan sebaran terbatas. Ramin tergolong pohon sedang, yang memiliki batang silindris, permukaan batang pecah dan bercelah, tingginya bisa mencapai 40 –45 m serta memiliki garis tengahnya mencapai 120 cm. Ramin memiliki kulit kayu berwarna abu-abu sampai coklat kemerahan tergantung umur kayu ramin, tidak bergetah bermiang serta beralur dangkal. Kayunya memiliki warna putih sampai kekuningan dengan daun berbentuk jorong atau bundar telur sungsang. Kayu ramin berwarna kuning pada waktu ditebang, apabila telah dikeringkan akan berwarna keputih-putihan Istomo 2002. Ramin tumbuh pada tanah podsolik, tanah gambut, tanah aluvial dan tanah lempung berpasir kwarsa yang terbentuk dari bahan induk endapan. Habitat ramin mempunyai tingkat keasaman pH bervariasi dari 3,6 sampai dengan 4,4. Apabila meninjau dari sifat biologisnya, ramin bukanlah jenis tumbuhan yang mempunyai siklus perbuahan yang teratur pada tiap tahunnya dan akibatnya, regenerasi alam jenis ramin lebih lambat daripada jenis lain. Selain faktor di atas, kondisi lingkungan tempat tumbuh juga sangat besar pengaruhnya. Musim bunga dari pohon ramin bervariasi setiap daerah dengan interval yang tidak beraturan. Penyebaran jenis G. bancanus Miq. Kurz meliputi Malaysia, Sumatera, Kalimantan, Bangka, Filipina dan Burma Soetopo et al. 1958 dalam Istomo 1994 . Di Indonesia untuk sekarang ini, jenis kayu ramin hanya dapat dijumpai di kawasan hutan rawa Pulau Sumatera, kepulauan di selat Karimata, dan Pulau Kalimantan. Kawasan konservasi merupakan habitat tersisa dari jenis ramin yang masih memiliki tegakan relatif rapat dan memiliki diameter pohon relatif besar, teridentifikasi memiliki tegakan pohon ramin antara lain Hutan Lindung Giam-Siak Kecil, Suaka Margasatwa Danau Bawah dan Danau Pulau Besar, Suaka Margasatwa Tasik Belat, Suaka Margasatwa Tasik Sekap, Suaka Margasatwa Bukit Batu dan Taman Nasional Berbak di Propinsi Jambi. Selain di kawasan konservasi, di beberapa hutan produksi yang dikelola oleh perusahaan kehutanan diindikasikan masih ada tegakan ramin dalam jumlah yang tergolong kecil. Pulau Kalimantan, ramin dapat ditemukan di Taman Nasional Tanjung Puting, DAS Sebangau dan DAS Mentaya Kalimantan Tengah, sementara di Propinsi Kalimantan Barat, tegakan jenis ramin dapat dijumpai di Kabupaten 7 Sambas, Cagar Alam Mandor, Cagar Alam Muasra Kaman, Taman Buru Gunung Nyiut, Suaka Margasatwa Pleihari Martapura, Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Gunung Palung serta sekitarnya.

2.4 Meranti