Pendugaan Kandungan Karbon Dalam Tanah Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Kecamatan Parit Sicin, Kabupaten Rokan Hilir, Riau)

(1)

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DALAM TANAH

HUTAN RAWA GAMBUT

(Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber,

Kecamatan Parit Sicin, Kabupaten Rokan Hilir, Riau)

EKO YUONO

E24103003

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DALAM TANAH

HUTAN RAWA GAMBUT

(Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber,

Kecamatan Parit Sicin, Kabupaten Rokan Hilir, Riau)

EKO YUONO

E24103003

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEHUTANAN Program Studi Pemanenan Hasil Hutan

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

RINGKASAN SKRIPSI

Eko Yuono. E24103003. Pendugaan Kandungan Karbon Dalam Tanah Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Kecamatan Parit Sicin, Kabupaten Rokan Hilir, Riau). Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Elias.

PENDAHULUAN. Besarnya potensi hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon tersebut, memberikan peluang besar kepada Indonesia untuk terlibat dalam mekanisme perdagangan karbon yang digagas dunia internasional sejak disetujuinya Kyoto Protokol pada tahun 1997. Salah satu tipe hutan yang memiliki potensi dalam penyerapan dan penyimpanan karbon ialah hutan rawa gambut. Jika hutan gambut dikelola secara lestari, diperkirakan dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyerap karbon.

TUJUAN. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah adalah mengetahui besarnya kandungan karbon tanah gambut dan mengetahui besarnya kadar karbon pada lapisan serasah, lapisan tanah gambut dan lapisan tanah mineral.

METODOLOGI. Penelitian dilaksanakan di areal RKT 2008 IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber (DRT) pada bulan April 2008 hingga Mei 2008 kemudian dilanjutkan analisis kandungan karbon di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni hingga Oktober 2008. Jenis data yang digunakan ialah data primer, yaitu bobot isi contoh tanah untuk tanah gambut, kadar karbon (%) contoh uji (serasah, tanah gambut dan tanah mineral) dan kandungan massa karbon (ton/ha) dalam tanah serta data sekunder yaitu berupa data kondisi umum lokasi penelitian, antara lain letak, luas dan keadaan umum lokasi penelitian, data kondisi potensi hutan dan kondisi fisik di areal penelitian. Penelitian dimulai dengan pengambilan contoh untuk serasah, tanah gambut, dan tanah mineral di lapangan dengan menggunakan kayu yang telah dimodifikasi, pengukuran kedalaman gambut, tingkat kematangan gambut, dan dilanjutkan dengan pengukuran kadar air, bobot isi dan analisis kadar karbon (%) di laboratorium serta dilakukan analisis data kadar karbon dan massa karbon untuk lapisan serasah, lapisan tanah gambut dan lapisan tanah mineral adalah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif atau penyajian bentuk gambar (histogram, diagram batang dan lain-lain) dan dilakukan uji beda (uji-T) untuk data massa karbon antara lapisan serasah dan tanah gambut.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian di areal RKT 2008 IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber diketahui bahwa kadar air rata-rata tanah gambut adalah 42,07%, kadar air rata-rata serasah adalah 9,72%, dan kadar air rata-rata tanah mineral adalah 8,81%. Rata-rata nilai

bulk density secara keseluruhan untuk serasah adalah 0,02 g/cm3

dan nilai rata-rata keseluruhan

bulk density untuk tanah gambut adalah 0,34 g/cm3. Massa karbon rata-rata di areal penelitian pada

lapisan serasah adalah 25,41 tonC/ha dan pada lapisan tanah gambut adalah 6.394,53 tonC/ha. Secara keseluruhan rata-rata kadar karbon di areal penelitian adalah sebagai berikut kadar karbon serasah adalah 53,79%, kadar karbon tanah gambut adalah 52,41%, kadar karbon tanah mineral adalah 7,15%. Massa karbon rata-rata di areal penelitian pada lapisan serasah adalah 25,41 tonC/ha dan pada lapisan tanah gambut adalah 6.394,53 tonC/ha.

KESIMPULAN. Hasil uji statistik terhadap kadar karbon antara lapisan serasah, lapisan tanah gambut dan tanah mineral menunjukkan perbedaan sangat nyata untuk lapisan serasah dan lapisan tanah gambut dengan lapisan tanah mineral, sedangkan untuk lapisan serasah dan tanah gambut tidak berbeda. Hasil uji statistik terhadap kandungan karbon (massa karbon) antara lapisan serasah dan lapisan tanah gambut menunjukkan perbedaan sangat nyata.


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Kandungan Karbon Dalam Tanah Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Kecamatan Parit Sicin, KAbupaten Rokan Hilir, Riau) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

Eko Yuono NRP E24103003


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya serta karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya Ilmiah ini merupakan salah satu tahap awal bagi penulis kami untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi sebagai salah satu impian dan cita-cita penulis dalam menyelesaikan studi akademisnya di Program Studi Pemanenan Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2008 adalah Pendugaan Kandungan Karbon Dalam Tanah Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Kecamatan Parit Sicin, Kabupaten Rokan Hilir, Riau).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Elias selaku dosen pembimbing serta Bapak Dr. Ir. Basuki Wasis, MS dan Bapak Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc yang telah mengevaluasi dan memberikan masukan serta saran kepada penulis dalam penyempurnaan karya ilmiah ini. Selain itu penghargaan penulis disampaikan pula kepada IUPHHK-HA PT. DRT dan Laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Bogor yang telah membantu dalam pengumpulan data.

Penulis menyadari dalam pembuatan karya ilmiah ini tidak lepas dari segala kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan karya ilmiah ini. Semoga dengan segala kekurangannya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Bogor, Agustus 2009


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Sleman, D.I. Yogyakarta pada tanggal 27 November 1985, sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Kuwad dan Murdini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah masing-masing pada : Sekolah Dasar Negeri 144 Pasir Putih Muara Bungo, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Muara Bungo, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Muara Bungo, Jambi.

Pada tahun 2003 penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih jurusan Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis pernah menjadi asisten di Laboratorium Pengaruh Hutan untuk membantu kegiatan praktikum mata kuliah Kesuburan Tanah Hutan dan Konservasi Tanah dan Air tahun ajaran 2006/2007 dan tahun ajaran 2007/2008. Penulis juga pernah menjadi asisten lapangan pada Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) tahun ajaran 2008/2009 dan tahun ajaran 2009/2010. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Getas Jalur A (Baturraden-Cilacap) tahun 2006. Selain itu penulis juga melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, Sangir, Solok Selatan, Sumatera Barat selama 2 bulan periode Februari-April.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pendugaan Kandungan Karbon dalam Tanah Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber Kecamatan Parit Sicin, Kabupaten Rokan Hilir, Riau) di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Elias.


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ayah, ibu dan adikku atas doa dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis selama kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Elias selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah membantu mengarahkan penulis selama melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini

3. Bapak Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku Dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan Program Studi Budidaya Hutan

4. Bapak Dr. Ir. Abdul Haris Mustari M.Sc selaku Dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

5. Keluarga besar Bapak Ir. Rafik Sutan Ta’arif MM yang selalu memberikan dorongan materil dan spritual selama penulis menuntut ilmu di IPB

6. Keluarga besar Laboratorium Pemanenan Hasil Hutan yang telah membantu mengarahkan dan memberikan motivasi kepada penulis

7. Keluarga besar Laboratorium Pengaruh Hutan (Sahab, Uci, Ayu, Muzi, Marta, Veve) yang telah membantu mengarahkan dan memberikan motivasi kepada penulis selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini

8. Untuk Ibu Atikah dan Pak Dadan Mulyana S.Hut M.Si yang selalu memberikan motivasi dan dorongan spiritual kepada penulis agar tetap bersemangat dan tidak pernah putus asa

9. Bapak Ir. Arus Muzizat dan Bapak Ir. Yatno Perbowo (Direktur serta General Manager IUPHHK-HA PT. DRT) dan para staf serta pegawai pengurus IUPHHK-HA PT. DRT, yang telah banyak memberikan bantuannya selama pelaksanaan penelitian di lapangan.

10. Bapak Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr selaku Dekan Fakultas Kehutanan IPB yang telah memberi kesempatan melaksanakan kegiatan penelitian ini

11. Bapak Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB atas arahan dan bimbingannya.


(8)

13. Rekan-rekan Sengkedo Hotman, Boy, Desman, Togu, Kupli, Rudi, Ico, dan alumni Sengkedo Yudha, Aconk, Bang Tito, Bang Tyo, Gede, Icenk, Anggit, Anggun, Reni dan teman-teman yang lainnya

14. Keluarga besar KPAP Departemen Hasil Hutan yang telah membantu memudahkan penulis dalam mengurus segala administrasi selama di Kampus.

15. Teman-teman di IUPHHK-HA PT. DRT yang telah memberikan doanya agar penelitian serta penyusunan karya ilmiah ini berjalan lancar

16. Desti Hertanti yang selalu memberikan dorongan dan motivasi serta meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan dalam suka dan duka kepada penulis selama penulisan karya ilmiah ini, terima kasih.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan dan Lahan Gambut ... 3

2.2 Karbon ... 5

2.3 Biomassa ... 5

2.4 Bobot Isi Tanah ... 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8

3.2 Bahan dan Alat ... 8

3.3 Jenis Data ... 8

3.4 Metode Penelitian ... 9

3.5 Analisis Data ... 13

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Geografis ... 14

4.2 Tanah dan Geologi ... 15

4.3 Iklim ... 16

4.4 Hidrologi ... 17

4.5 Keadaan Hutan ... 17

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air... 19

5.2 Bulk density... 22

5.3 Kadar Karbon... 26

5.4 Massa Karbon ... 29

5.5 Analisis Data ... 32


(10)

BAB VI KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan ... 35

6.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 38


(11)

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DALAM TANAH

HUTAN RAWA GAMBUT

(Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber,

Kecamatan Parit Sicin, Kabupaten Rokan Hilir, Riau)

EKO YUONO

E24103003

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

PENDUGAAN KANDUNGAN KARBON DALAM TANAH

HUTAN RAWA GAMBUT

(Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber,

Kecamatan Parit Sicin, Kabupaten Rokan Hilir, Riau)

EKO YUONO

E24103003

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEHUTANAN Program Studi Pemanenan Hasil Hutan

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(13)

RINGKASAN SKRIPSI

Eko Yuono. E24103003. Pendugaan Kandungan Karbon Dalam Tanah Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Kecamatan Parit Sicin, Kabupaten Rokan Hilir, Riau). Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Elias.

PENDAHULUAN. Besarnya potensi hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon tersebut, memberikan peluang besar kepada Indonesia untuk terlibat dalam mekanisme perdagangan karbon yang digagas dunia internasional sejak disetujuinya Kyoto Protokol pada tahun 1997. Salah satu tipe hutan yang memiliki potensi dalam penyerapan dan penyimpanan karbon ialah hutan rawa gambut. Jika hutan gambut dikelola secara lestari, diperkirakan dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyerap karbon.

TUJUAN. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah adalah mengetahui besarnya kandungan karbon tanah gambut dan mengetahui besarnya kadar karbon pada lapisan serasah, lapisan tanah gambut dan lapisan tanah mineral.

METODOLOGI. Penelitian dilaksanakan di areal RKT 2008 IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber (DRT) pada bulan April 2008 hingga Mei 2008 kemudian dilanjutkan analisis kandungan karbon di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni hingga Oktober 2008. Jenis data yang digunakan ialah data primer, yaitu bobot isi contoh tanah untuk tanah gambut, kadar karbon (%) contoh uji (serasah, tanah gambut dan tanah mineral) dan kandungan massa karbon (ton/ha) dalam tanah serta data sekunder yaitu berupa data kondisi umum lokasi penelitian, antara lain letak, luas dan keadaan umum lokasi penelitian, data kondisi potensi hutan dan kondisi fisik di areal penelitian. Penelitian dimulai dengan pengambilan contoh untuk serasah, tanah gambut, dan tanah mineral di lapangan dengan menggunakan kayu yang telah dimodifikasi, pengukuran kedalaman gambut, tingkat kematangan gambut, dan dilanjutkan dengan pengukuran kadar air, bobot isi dan analisis kadar karbon (%) di laboratorium serta dilakukan analisis data kadar karbon dan massa karbon untuk lapisan serasah, lapisan tanah gambut dan lapisan tanah mineral adalah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif atau penyajian bentuk gambar (histogram, diagram batang dan lain-lain) dan dilakukan uji beda (uji-T) untuk data massa karbon antara lapisan serasah dan tanah gambut.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan penelitian di areal RKT 2008 IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber diketahui bahwa kadar air rata-rata tanah gambut adalah 42,07%, kadar air rata-rata serasah adalah 9,72%, dan kadar air rata-rata tanah mineral adalah 8,81%. Rata-rata nilai

bulk density secara keseluruhan untuk serasah adalah 0,02 g/cm3

dan nilai rata-rata keseluruhan

bulk density untuk tanah gambut adalah 0,34 g/cm3. Massa karbon rata-rata di areal penelitian pada

lapisan serasah adalah 25,41 tonC/ha dan pada lapisan tanah gambut adalah 6.394,53 tonC/ha. Secara keseluruhan rata-rata kadar karbon di areal penelitian adalah sebagai berikut kadar karbon serasah adalah 53,79%, kadar karbon tanah gambut adalah 52,41%, kadar karbon tanah mineral adalah 7,15%. Massa karbon rata-rata di areal penelitian pada lapisan serasah adalah 25,41 tonC/ha dan pada lapisan tanah gambut adalah 6.394,53 tonC/ha.

KESIMPULAN. Hasil uji statistik terhadap kadar karbon antara lapisan serasah, lapisan tanah gambut dan tanah mineral menunjukkan perbedaan sangat nyata untuk lapisan serasah dan lapisan tanah gambut dengan lapisan tanah mineral, sedangkan untuk lapisan serasah dan tanah gambut tidak berbeda. Hasil uji statistik terhadap kandungan karbon (massa karbon) antara lapisan serasah dan lapisan tanah gambut menunjukkan perbedaan sangat nyata.


(14)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Kandungan Karbon Dalam Tanah Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Kecamatan Parit Sicin, KAbupaten Rokan Hilir, Riau) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2009

Eko Yuono NRP E24103003


(15)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya serta karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya Ilmiah ini merupakan salah satu tahap awal bagi penulis kami untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi sebagai salah satu impian dan cita-cita penulis dalam menyelesaikan studi akademisnya di Program Studi Pemanenan Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2008 adalah Pendugaan Kandungan Karbon Dalam Tanah Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Kecamatan Parit Sicin, Kabupaten Rokan Hilir, Riau).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Elias selaku dosen pembimbing serta Bapak Dr. Ir. Basuki Wasis, MS dan Bapak Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc yang telah mengevaluasi dan memberikan masukan serta saran kepada penulis dalam penyempurnaan karya ilmiah ini. Selain itu penghargaan penulis disampaikan pula kepada IUPHHK-HA PT. DRT dan Laboratorium Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Bogor yang telah membantu dalam pengumpulan data.

Penulis menyadari dalam pembuatan karya ilmiah ini tidak lepas dari segala kelemahan dan kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan karya ilmiah ini. Semoga dengan segala kekurangannya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Bogor, Agustus 2009


(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Sleman, D.I. Yogyakarta pada tanggal 27 November 1985, sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Kuwad dan Murdini.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah masing-masing pada : Sekolah Dasar Negeri 144 Pasir Putih Muara Bungo, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Muara Bungo, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Muara Bungo, Jambi.

Pada tahun 2003 penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih jurusan Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis pernah menjadi asisten di Laboratorium Pengaruh Hutan untuk membantu kegiatan praktikum mata kuliah Kesuburan Tanah Hutan dan Konservasi Tanah dan Air tahun ajaran 2006/2007 dan tahun ajaran 2007/2008. Penulis juga pernah menjadi asisten lapangan pada Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) tahun ajaran 2008/2009 dan tahun ajaran 2009/2010. Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Getas Jalur A (Baturraden-Cilacap) tahun 2006. Selain itu penulis juga melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT. Andalas Merapi Timber, Sangir, Solok Selatan, Sumatera Barat selama 2 bulan periode Februari-April.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pendugaan Kandungan Karbon dalam Tanah Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber Kecamatan Parit Sicin, Kabupaten Rokan Hilir, Riau) di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Elias.


(17)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ayah, ibu dan adikku atas doa dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis selama kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Elias selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah membantu mengarahkan penulis selama melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini

3. Bapak Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku Dosen penguji dari Departemen Manajemen Hutan Program Studi Budidaya Hutan

4. Bapak Dr. Ir. Abdul Haris Mustari M.Sc selaku Dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata.

5. Keluarga besar Bapak Ir. Rafik Sutan Ta’arif MM yang selalu memberikan dorongan materil dan spritual selama penulis menuntut ilmu di IPB

6. Keluarga besar Laboratorium Pemanenan Hasil Hutan yang telah membantu mengarahkan dan memberikan motivasi kepada penulis

7. Keluarga besar Laboratorium Pengaruh Hutan (Sahab, Uci, Ayu, Muzi, Marta, Veve) yang telah membantu mengarahkan dan memberikan motivasi kepada penulis selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini

8. Untuk Ibu Atikah dan Pak Dadan Mulyana S.Hut M.Si yang selalu memberikan motivasi dan dorongan spiritual kepada penulis agar tetap bersemangat dan tidak pernah putus asa

9. Bapak Ir. Arus Muzizat dan Bapak Ir. Yatno Perbowo (Direktur serta General Manager IUPHHK-HA PT. DRT) dan para staf serta pegawai pengurus IUPHHK-HA PT. DRT, yang telah banyak memberikan bantuannya selama pelaksanaan penelitian di lapangan.

10. Bapak Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr selaku Dekan Fakultas Kehutanan IPB yang telah memberi kesempatan melaksanakan kegiatan penelitian ini

11. Bapak Dr. Ir. Dede Hermawan, M.Sc selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB atas arahan dan bimbingannya.


(18)

13. Rekan-rekan Sengkedo Hotman, Boy, Desman, Togu, Kupli, Rudi, Ico, dan alumni Sengkedo Yudha, Aconk, Bang Tito, Bang Tyo, Gede, Icenk, Anggit, Anggun, Reni dan teman-teman yang lainnya

14. Keluarga besar KPAP Departemen Hasil Hutan yang telah membantu memudahkan penulis dalam mengurus segala administrasi selama di Kampus.

15. Teman-teman di IUPHHK-HA PT. DRT yang telah memberikan doanya agar penelitian serta penyusunan karya ilmiah ini berjalan lancar

16. Desti Hertanti yang selalu memberikan dorongan dan motivasi serta meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan dalam suka dan duka kepada penulis selama penulisan karya ilmiah ini, terima kasih.


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan dan Lahan Gambut ... 3

2.2 Karbon ... 5

2.3 Biomassa ... 5

2.4 Bobot Isi Tanah ... 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8

3.2 Bahan dan Alat ... 8

3.3 Jenis Data ... 8

3.4 Metode Penelitian ... 9

3.5 Analisis Data ... 13

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Geografis ... 14

4.2 Tanah dan Geologi ... 15

4.3 Iklim ... 16

4.4 Hidrologi ... 17

4.5 Keadaan Hutan ... 17

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air... 19

5.2 Bulk density... 22

5.3 Kadar Karbon... 26

5.4 Massa Karbon ... 29

5.5 Analisis Data ... 32


(20)

BAB VI KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan ... 35

6.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

LAMPIRAN ... 38


(21)

DAFTAR TABEL

No. Halaman 1. Tabel 1 Tipe tanah di sekitar DAS Rokan ... 15 2. Tabel 2 Kadar air serasah, tanah gambut, dan tanah mineral di empat

lokasi pengukuran yang berada dalam areal RKT 2008 PT. DRT ... 19 3. Tabel 3 Kadar air rata-rata serasah, tanah gambut, dan tanah mineral

di areal RKT 2008 PT. DRT ... 21 4. Tabel 4 Bulk density serasah dan tanah gambut di empat lokasi petak

ukur yang berada dalam areal RKT 2008 PT. DRT ... 23 5. Tabel 5 Bulk density rata-rata serasah dan tanah gambut di areal

RKT 2008 PT. DRT ... 24 6. Tabel 6 Nilai bulk density berdasarkan tingkat dekomposisinya ... 25 7. Tabel 7 Kadar karbon serasah, tanah gambut, dan tanah mineral di areal RKT 2008 PT. DRT ... 27 8. Tabel 8 Massa karbon serasah dan tanah gambut di areal RKT 2008 PT. DRT ... 30 9. Tabel 9 Hasil uji-T kadar karbon antara serasah, tanah gambut

dan tanah mineral ... 32 10. Tabel 10 Hasil uji-T massa karbon serasah dan tanah gambut ... 33


(22)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1. Gambar 1 Titik pengambilan contoh tanah ... 9 2. Gambar 2 Pengambilan contoh tanah pada lapisan, a) serasah,

b) tanah gambut, dan c) tanah mineral ... 10 3. Gambar 3 Histogram nilai rata-rata kadar air di empat lokasi petak

ukur ... 21

4. Gambar 4 a) lapisan serasah, b) lapisan tanah gambut dan

c) lapisan tanah mineral ... 22

5. Gambar 5 Histogram nilai rata-rata bulk density di empat lokasi petak ukur dalam areal RKT 2008 PT. DRT ... 24

6. Gambar 6 Histogram nilai rata-rata bulk density serasah dan tanah

gambut ... 25

7. Gambar 7 Histogram nilai kadar karbon untuk empat lokasi petak ukur dalam areal RKT 2008 PT. DRT ... 28


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 1. Lampiran 1 Hasil perhitungan kadar air, bulk density, kadar karbon,

dan massa karbon untuk lapisan serasah ... 39 2. Lampiran 2 Hasil perhitungan kadar air, bulk density, kadar karbon,

dan massa karbon untuk lapisan serasah tanah gambut ... 40 3. Lampiran 3 Hasil perhitungan kadar air dan kadar karbon untuk lapisan tanah mineral ... 41 4. Lampiran 4 Hasil perhitungan porositas untuk lapisan serasah dan tanah

gambut ... 42 5. Lampiran 5 Nilai rata-rata kandungan karbon di bawah permukaan tanah

gambut berbagai lokasi ... 43 6. Lampiran 6 Hasil uji-T antar kadar karbon antara lapisan serasah, lapisan

tanah gambut, dan lapisan tanah mineral ... 44 7. Lampiran 7 Gambar a) kayu yang ujungnya dicoak untuk pengambilan

sampel tanah gambut dan mineral; Gambar b) pengukuran ketebalan tanah gambut dengan menusukkan kayu; Gambar c) kegiatan pengambilan sampel dilapangan; d) kondisi petak ukur pengambilan sampel; e) sampel uji tanah gambut, dan Gambar f) ring sampel ... 45 8. Lampiran 8 Peta areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT ... 46


(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya hutan di Indonesia memiliki potensi tinggi dalam hal keanekaragaman hayati (biodiversity) dan potensi penyerapan karbon. Suhendang (2000) memperkirakan bahwa hutan Indonesia yang luasnya sekitar 120,4 juta Ha mampu menyerap dan menyimpan karbon sekitar 15,05 milyar ton karbon. Besarnya potensi hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon tersebut, memberikan peluang besar kepada Indonesia untuk terlibat dalam mekanisme perdagangan karbon yang digagas dunia internasional sejak disetujuinya Kyoto Protokol pada tahun 1997.

Salah satu tipe hutan yang memiliki potensi dalam penyerapan dan penyimpanan karbon ialah hutan rawa gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem lahan basah yang dicirikan oleh tingginya akumulasi bahan organik tanah dengan laju dekomposisi yang rendah. Adapun hasil utama ekosistem hutan rawa gambut yang banyak dimanfaatkan masyarakat adalah kayu, seperti Gelam (Mellaleuca sp) khususnya sebagai bahan bangunan ringan, kerangka pembuatan bangunan gedung dan bagan penangkap ikan. Selain itu, jenis-jenis komersial yang banyak diperdagangkan adalah Ramin (Gonystylus bancanus), Meranti (Shorea spp), dan Damar (Agathis dammara).

Lahan gambut tropis meliputi areal seluas 40 juta hektar dan 50% diantaranya terdapat di Indonesia (Maltby dan Immirizi, 1993). Karena itu lahan gambut di Indonesia yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, merupakan cadangan karbon terestris yang penting. Jika hutan gambut dikelola secara lestari, diperkirakan dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyerap Karbon. Tetapi jika mengalami gangguan, hutan gambut berpotensi menjadi sumber emisi karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O2)

yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui potensi kandungan karbon pada tanah rawa gambut.


(25)

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah adalah : 1. Mengetahui besarnya kandungan karbon tanah gambut

2. Mengetahui besarnya kadar karbon pada lapisan serasah, lapisan tanah gambut dan lapisan tanah mineral.

1.3 Manfaat Penelitian

Mendapatkan informasi mengenai potensi kandungan karbon pada tanah gambut yang terdapat pada areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, yang nantinya dapat digunakan untuk kepentingan pihak-pihak yang membutuhkan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan dan Lahan Gambut

Hutan menurut Undang-Undang No. 41/1999 tentang Kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

Lahan gambut adalah tanah-tanah jenuh air yang tersusun dari bahan tanah organik, yaitu sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm (Soil Survey Staff, 1998). Pembentukan gambut di beberapa daerah pantai Indonesia diperkirakan dimulai sejak zaman glasial akhir, sekitar 3.000 - 5.000 tahun yang lalu. Untuk gambut pedalaman bahkan lebih lama lagi, yaitu sekitar 10.000 tahun yang lalu (Brady, 1997). Seperti gambut tropis lainnya, gambut di Indonesia dibentuk oleh akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan kandungan Lignin dan Nitrogen. Karena lambatnya proses dekomposisi, di ekosistem rawa gambut masih dapat dijumpai batang, cabang dan akar besar. Menurut Radjagukguk (1991) sifat-sifat fisik gambut yang menonjol di Indonesia dicirikan oleh nilai bulk density yang rendah berkisar antara 0,1 – 1,2 g/cm3 . Nilai bulk density yang relatif tinggi ditemukan di pinggir kubah gambut

(gambut tipis) karena bercampur dengan tanah-tanah mineral dan semakin menurun dengan meningkatnya ketebalan gambut. Berat jenis (bulk density atau

Bulk Density-BD) gambut tropis umumnya rendah (0,1 - 0,3 g/cm3) dan sangat dipengaruhi oleh tahapan dalam proses dekomposisi dan kandungan mineral, serta porositas yang tinggi (70 - 95%). Lahan gambut tropis juga dicirikan oleh rendahnya kandungan hara dan tingginya kemasaman. Pada umumnya lahan gambut tropis memiliki pH antara 3 - 4,5.

Porositas tanah gambut relatif tinggi berkisar antara 80 – 95 %, mempunyai kemampuan menyimpan air yang sangat tinggi, tetapi menjadi tidak lagi mampu menyerap air (hidrofobik) bila terlalu kering. Tanah gambut di Sumatera tingkat dekomposisinya sebagian besar hemik, meskipun tipe fibrik dan


(27)

Ekono (1981 dalam Andriesse, 1988) dalam peninjauan gambut sebagai sumber energi, menunjukkan bahwa C-Organik berkisar 48%-50% pada tingkat dekomposisi rendah (fibrik), C-Organik berkisar 53%-54% pada tingkat dekomposisi sedang (hemik), C-Organik berkisar 58%-60% pada tingkat dekomposisi lanjut (saprik).

Menurut Lopulisa (1993), bahan organik mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk menyerap dan mengikat air. Besarnya kemampuan ini secara langsung berhubungan dengan ukuran pori, jumlah ruang pori dan permeabilitas yang kesemuanya berkaitan dengan bulk density dan kandungan serat, yang pada umumnya dipengaruhi oleh tingkat dekomposisi bahan organik. Konduktivitas hidrolik menentukan laju dimana air yang diikat dalam suatu deposit dibebaskan ke permukaan atau di drainase secara alami atau buatan. Karakteristik ini ditentukan oleh porositas, permeabilitas, konfigurasi saluran yang saling berhubungan, beban tekan dan gradien hidrolik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tipe gambut dan tingkat dekomposisi. Kebanyakan tanah gambut akan menyusut (shringkage) bila kering. Saprik yang dikeringkan sampai pada suhu 1050 C dapat

menyusut sampai 70 % atau lebih tergantung pada jumlah bahan mineral khususnya yang berukuran liat. Penyusutan tidak balik ditentukan oleh tingkat dekomposisi dan komposisi biologi bahan organik.

Gambut ialah tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% atau 30% (tergantung tekstur tanah mineralnya) dan mempunyai ketebalan lebih dari 40 cm. Tingkat dekomposisi bahan organik bervariasi dari kasar (fibrist) sampai halus (saprist), tetapi pada umumnya mempunyai tingkat dekomposisi sedang (hemist)(Tim Fakultas Pertanian IPB, 1992). Menurut Andriesse (1998), tanah gambut (organik) adalah tanah yang mempunyai kandungan bahan organik lebih dari 50% pada kedalaman 80 cm.

Gambut adalah bahan atau serasah tanaman yang terdekomposisi secara parsial dan telah terakumulasi di lahan-lahan tergenang dalam kondisi kekurangan oksigen, dimana laju pemasukan bahan atau serasah tanaman lebih cepat daripada laju dekomposisinya (Radjagukguk, 1991).

Apabila bahannya telah mengalami perombakan cukup jauh sehingga bagian-bagian tumbuhan asalnya tidak mungkin lagi dikenali, bahan itu disebut


(28)

"muck" (Soil Survey Staff, 1951).

Lahan gambut adalah tanah-tanah jenuh air yang tersusun dari bahan tanah organik, yaitu sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm (Soil Survey Staff, 1998).

2.2 Karbon

Umumnya karbon menyusun 45-50% bahan kering dari tanaman. Sejak kandungan karbondioksida meningkat secara global di atmosfer dan dianggap sebagai masalah lingkungan, berbagai ekolog tertarik untuk menghitung jumlah karbon yang tersimpan di hutan. Hutan gambut merupakan salah satu hutan yang memiliki potensi dalam penyimpanan karbon. Karbon dapat tersimpan dalam material yang sudah mati sebagai serasah, batang pohon yang jatuh kepermukaan tanah, dan sebagai material sukar lapuk di dalam tanah (Whitmore, 1985).

Cornel dan Miller (1995) menyatakan karbondioksida terdapat pada atmosfer bumi dalam kepekatan 0,003%. Walaupun pada kepekatan yang rendah, karbon dioksida memainkan peranan yang penting dalam iklim bumi. Radiasi sinar matahari yang masuk mengandung panjang gelombang yang berbeda-beda tetapi pada saat mengenai permukaan bumi sebagian besar energi diubah menjadi radiasi inframerah. Karbondioksida merupakan penyerap inframerah yang kuat dan sifat ini membantu mencegah radiasi inframerah meninggalkan bumi. Dengan demikian CO2 memainkan peranan penting dalam mengatur suhu permukaan

bumi. Efek ”rumah kaca” ini dipengaruhi oleh proporsi karbondioksida dalam atmosfer bumi.

2.3 Biomassa

Biomassa merupakan jumlah total dari bahan organik hidup yang dinyatakan dalam berat kering oven ton per unit area (Brown, 1997). Menurut Whitten et al., (1984) biomassa hutan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup, baik untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, produksi atau komunitas dan dinyatakan dalam berat kering per satuan luas (ton/ha). Sedangkan menurut Chapman (1976) biomassa adalah berat bahan organik suatu organisme per satuan unit area pada suatu saat, berat bahan organik


(29)

dinyatakan dengan satuan berat kering (dry weight) atau kadang-kadang dalam berat kering bebas abu (ash free dry weight).

Biomassa disusun terutama oleh senyawa karbohidrat yang tediri dari elemen karbon, hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman (White & Plaskett, 1981). Biomassa dibedakan dalam dua kategori yaitu biomassa di atas permukaan tanah (above ground biomass) dan biomassa di bawah permukaan (below ground biomass) (Kusmana et al., 1993). Jumlah total biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap CO2 dari udara dan

mengubah zat tersebut menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Laju peningkatan biomassa disebut produktivitas primer bruto. Hal ini tergantung pada luas daun yang terkena sinar matahari, intensitas penyinaran, suhu dan ciri-ciri jenis tumbuhan masing-masing. Sisa dari hasil respirasi yang dilakukan disebut produksi primer bersih.

2.4 Bulk density Tanah (Bulk denstiy)

Bulk density tanah/kerapatan limbak tanah adalah nisbah berat tanah teragregasi terhadap volumenya, dengan satuan g/cm3 atau g/cc. Bulk density

tanah merupakan petunjuk tidak langsung aras kepadatan tanahnya. Besaran bulk density tanah mempunyai kepentingan pedologik, misalnya sebagai ciri pembeda horison-horison yang banyak mengandung bahan organik atau lempung, dan kepentingan edapologik, misalnya sebagai acuan kemudahan akar tumbuhan menerobos tubuh tanah. Tanah-tanah organik, khususnya yang masih muda (fibrik) mempunyai horison-horison organik dengan bulk density sangat rendah (< 1 g/cc) dan besaran ini akan meningkat jika bahan organiknya mengalami pelapukan lebih lanjut. Tanah-tanah yang mengandung lempung banyak cenderung mempunyai bulk density tinggi. Selain itu bulk density dapat digunakan sebagai parameter untuk mengklasifikasikan gambut pada kategori tertentu. Nilai

bulk density sangat tergantung dari jumlah bahan yang dipadatkan, komposisi botani dari material tersebut, tingkat dekomposisi dan kandungan kelembaban yang terdapat pada saat pengambilan contoh.

Metode untuk menentukan bulk density sangat penting untuk mengevaluasi data. Penetapan besaran bulk density tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara,


(30)

antara lain metode tabung silindris dan metode lubang. Penetapan besaran bulk density tanah dapat dilakukan pada keadaan basah/kelengasan lapangan atau kering oven. Penetapan bulk density tanah gambut dapat dilakukan secara langsung di lapangan dengan menggunakan metode bentuk bongkah atau clod

(Notohadiprawiro, 1983), tetapi metode ini menghasilkan bulk density yang lebih besar karena kandungan air dalam bongkahan gambut masih tinggi. Sementara itu, pengukuran bulk density gambut lebih banyak dilakukan di laboratorium dengan menggunakan ring core. Dalam metode ring core ini, untuk menghilangkan kandungan air dalam contoh, maka tanah gambut dikeringkan dalam oven (suhu 105°C selama 12 jam) dan diberi tekanan sebesar 33 – 1500 kPa, sehingga tanah menjadi kompak dan stabil.

Andriesse melaporkan bulk density pada tanah gambut di Serawak Malaysia adalah 0,12 dan 0,09 gr/cm3. Driesen dan Rochimah (1976)

menggabungkan penemuan ini lalu mengindikasikan bahwa gambut fibrik tropik di Indonesia umumnya mempunyai bulk density kurang dari 0,1 gr/cm3 dan pada

gambut saprik yang telah terdekomposisi memiliki nilai lebih besar dari 0,2 gr/cm3. Juga dilaporkan bahwa gambut di lahan yang belum terolah di Florida

memberikan kisaran nilai yang sama. Tanah yang terolah di sekitar tempat penelitian pertanian Belle Grade, memiliki top soil 0-15 cm dengan bulk density

0,35 gr/cm3 dan sub soil 45-60 cm memiliki densitas 0,18 gr/cm3. Nilai bulk density yang lebih besar ini tidak diragukan lagi diakibatkan oleh pengolahan dan pemadatan pada lapisan permukaan akibat drainase. Peristiwa ini sepertinya menjadi gambaran umum pada sebagian besar gambut tropis dengan kondisi alami dimana lapisan permukaan lebih saprik dibandingkan lapisan di bawah permukaan. Hal ini diakibatkan karena pengaruh iklim, ketinggian muka air tanah dan terjadinya oksidasi.


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di areal RKT 2008 IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber (DRT). Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April 2008 hingga Mei 2008 kemudian dilanjutkan analisis kandungan karbon di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni hingga Oktober 2008. Areal penelitian diasumsikan memiliki ketebalan gambut kurang dari 4 m dengan kondisi tanah gambut secara keseluruhan tanpa akar pohon.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang diperlukan untuk penelitian ini terdiri dari : 2 Tanah gambut

3 Kayu dengan panjang >5 m, yang ujungnya dicoak 4 Timbangan

5 Perlengkapan alat tulis 6 Kalkulator

7 Ring sampel 8 Oven

9 Kantung plastik berlabel 10 Cangkul

11 Parang dan golok 12 Meteran

13 Tally Sheet

3.3 Jenis Data

Pengambilan data primer meliputi hal-hal yang berkaitan dengan analisis data penelitian yang dilaksanakan, antara lain :


(32)

1. Bobot isi contoh tanah untuk tanah gambut

2. Kadar karbon (%) contoh uji (serasah, tanah gambut dan tanah mineral) 3. Kandungan massa karbon (ton/ha) dalam tanah

Pengambilan data sekunder yaitu berupa data kondisis umum lokasi penelitian, antara lain :

1. Letak, luas dan keadaan umum lokasi penelitian

2. Data kondisi potensi hutan dan kondisi fisik di areal penelitian.

3.4 Metode Penelitian

Penelitian dimulai dengan pengambilan contoh tanah gambut di lapangan dengan menggunakan kayu yang telah dimodifikasi, pengukuran kedalaman gambut, tingkat kematangan gambut, dan dilanjutkan dengan pengukuran kadar air, bobot isi dan analisis kadar karbon (%) di laboratorium.

1. Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan pada lapisan tanah gambut dan lapisan tanah mineral. Adapun lokasi yang diteliti sebanyak empat lokasi hutan virgin

yang berada pada RKT 2008, dengan luas satu lokasi berukuran 1 hektar, yang diambil secara acak dengan mempertimbangkan lokasi terhadap keadaan rata-rata di areal RKT 2008 PT. DRT dan aksesibilitas ke lokasi petak ukur. Langkah-langkah pengambilan contoh tanah adalah sebagai berikut :

1.1 Menetapkan titik pengambilan contoh tanah

Gambar 1 Titik pengambilan contoh tanah.


(33)

1.2 Membuat petak 0,5 m x 0,5 m untuk petak pengambilan serasah, mengukur ketebalan serasah dan menimbang berat serasah yang terdapat pada petak 0,5 m x 0,5 m

1.3 Mengambil contoh tanah pada tanah mineral dengan menggunakan kayu yang telah dimodifikasi, untuk lapisan serasah dapat menggunakan serok atau tangan sedangkan untuk tanah gambut dengan menggunakan ring sampel

1.4 Contoh tanah yang diambil untuk tiap lokasi adalah sebanyak lima contoh tanah, untuk satu contoh tanah terdiri dari : serasah, tanah gambut, dan tanah mineral

1.5 Menimbang contoh tanah dan serasah

1.6 Memasukkan tanah contoh tersebut kedalam kantong plastik (tebal/double) dan diberi label, serta ditutup/diikat rapat agar tidak terjadi penguapan

1.7 Menyimpan contoh tanah tersebut dalam suhu ruangan

Gambar 2 Pengambilan contoh tanah pada lapisan, a) serasah, b) tanah gambut, dan c) tanah mineral.

2. Pengukuran Ketebalan Gambut

Pengukuran ketebalan gambut dilakukan dengan menggunakan metode penusukan pada titik-titik yang telah ditentukan. Tahapan-tahapan yang dilakukan adalah :


(34)

2.1 Memasukkan kayu yang telah dimodifikasi kedalam tanah

2.2 Apabila kayu belum mencapai lapisan mineral maka mengganti kayu dengan kayu yang berukuran lebih panjang hingga mencapai lapisan tanah mineral 2.3 Setelah itu kayu tersebut diangkat dan mengukur panjang kayu hingga

mencapai lapisan mineral dengan menggunakan meteran 2.4 Mencatat ketebalan gambut

3. Penetapan kadar air

Penetapan kadar air dilakukan dengan cara menimbang contoh tanah yang akan diukur kadar airnya (BB), setelah itu contoh tanah tersebut di oven selama 24 jam pada suhu 1050C kemudian ditimbang untuk mengetahui berat tanah

kering oven (BK). Penetapan kadar air diperoleh dengan menggunakan rumus, yaitu :

...(Haygreen dan Bowyer 1982) KA = Kadar Air

BB = Berat Basah BK = Berat Kering

4. Penetapan kadar karbon (%)

Langkah kerja penetapan kandungan kadar karbon tanah adalah sebagai berikut :

4.1 Menimbang tanah dengan timbangan duplo sebesar 0,5 gr (tanah kering udara yang lolos saring 0,5 mm), kemudian memasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml

4.2 Menambahkan 10 ml K2Cr2O7 N sambil menggoyangkan erlenmeyer

secara perlahan agar larutan K2Cr2O7 tercampur dengan tanah secara

merata

4.3 Menambahkan 20 ml H2SO4 pekat dengan menggunakan gelas ukur di

ruang asap, kemudian digoyangkan dengan cepat hingga tercampur merata


(35)

4.4 Selama 30 menit campuran tersebut didiamkan dalam ruang asap hingga dingin

4.5 Mengencerkan campuran tersebut dengan menambahkan 100 ml air bebas ion/air destilasi

4.6 Menambahkan 4 tetes indikator ferroin 0,025 M

4.7 Melakukan titrasi dengan menggunakan larutan FeSO4 0,5 N hingga

larutan tetap berwarna merah anggur.

...(Metode Walkeydan Black)

f = 1,33

me = N x V

N = normalitas

V = Volume

BKM = Bobot kering oven 1050C contoh tanah yang digunakan

C (%) = % C-Organik x 1,724

5. Penetapan bulk density (g/cm3)

Penetapan bulk density untuk tanah gambut dihitung dengan menggunakan metode ring tanah, yaitu

5.1 Menimbang contoh tanah dalam ring tanpa tutupnya (BB) untuk mengetahui berat tanah keadaan lapang beserta tabungnya, kemudian contoh tanah dalam ring tersebut di oven selama 24 jam pada suhu 105oC

dan ditimbang untuk mengetahui berat kering tanah beserta ring (BK1)

5.2. Membuang contoh tanah dalam ring sampel dan menimbang berat ring sampel (a)

5.3 Menetapkan berat kering contoh tanah tanpa ring dengan persamaan : BK(g) = berat kering tanah beserta ring (BK1) - berat ring (a)

5.4 Mengukur tinggi tabung dan diameter tabung sisi dalam untuk menetapkan volume tabung sisi dalam (Vt) dengan persamaan :

Vt = ¼ πd2t

Vt = volume tabung (cm3)

π = 3,14


(36)

d = diameter (cm) t = tinggi (cm)

5.5 Menetapkan besaran bulk density dengan menggunakan persamaan : Bobot isi (g/cm3) = BK(g)/Vt(cm3)

...(Purwowidodo 2004)

6. Penetapan massa karbon (ton/ha) dalam tanah

Penetapan massa C dalam tanah dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

C dalam tanah (Ton) = D (m) x A (m2) x BI (g/cm3) x C (%)

...(Wahyunto et all. 2003)

D = Kedalaman gambut (m)

A = luas areal petakan penelitian (m2)

BI = bobot isi (g/cm3)

C = kadar karbon (%)

3.5 Analisis statistik

Analisis data kadar karbon dan massa karbon untuk lapisan serasah, lapisan tanah gambut dan lapisan tanah mineral adalah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif atau penyajian bentuk gambar (histogram, diagram batang dan lain-lain). Untuk mengetahui perbedaan kadar karbon dan massa karbon antara lapisan serasah, lapisan tanah gambut dan lapisan tanah mineral dilakukan analisis statistik uji beda nilai tengah menggunakan uji t. Parameter yang diuji adalah perbedaan kadar karbon dan massa karbon rata-rata pada lapisan serasah, lapisan tanah gambut dan tanah mineral.


(37)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI

Seluruh areal kerja PT. DRT dikategorikan sebagai hutan hujan tropis dengan tipe ekologi hutan rawa gambut dan hutan mangrove. Spesies dominan di areal kerja ini diantaranya adalah Meranti Rawa (Shorea spp.), Ramin (Gonystylus bancanus), Balam (Palaquium spp.), Durian Burung (Durio carinatus), Pisang-pisang (Mezzettia parviflora), Kelat (Eugenia spp.), dan lain-lain.

4.1 Letak Geografis dan Luas

Secara geografis, areal hutan yang termasuk dalam konsesi IUPHHK-HA PT. DRT terletak dalam koordinat berikut :

a) Bujur Timur : 100o50’ – 101o13’

b) Lintang Utara : 001o45’ – 002o18’

Secara administratif, areal hutan konsesi termasuk dalam : a) Propinsi : Riau

b) Kabupaten : Rokan Hilir dan Kota Dumai

c) Kecamatan : Sinaboi, Bangko, Batu Hamar, dan Rimba Melintang Berdasarkan kesatuan pemangkuan hutan, areal konsesi berada di bawah : a) Kantor Pelayanan Kehutanan Riau, di Pekanbaru

b) Pelayanan Kehutanan Kabupaten Rokan Hilir c) Pelayanan Kehutanan dan Perkebunan Kota Dumai

Batas-batas wilayah konsesi PT. DRT dan lahan yang berbatasan : a) Sebelah Utara : Selat Malaka dan lahan milik masyarakat

b) Sebelah Selatan : Bekas HPH PT. Silvasaki dan bekas HTI PT. Riau Tanah Putih – direncanakan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit

c) Sebelah Timur : Selat Malaka dan bekas PT. Silvasaki

d) Sebelah Barat : Lahan milik masyarakat dan perkebunan (PT. Gunung Mas Raya – kelapa sawit, PT. Sindora Seraya – kelapa sawit dll.)


(38)

Luas areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT berdasarkan SK. perpanjangan IUPHHK (SK. Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 443/Kpts-II/1998 tanggal 8 Mei 1998) adalah 90.956 Ha. Surat ijin berlaku untuk periode 20 tahun dan akan habis pada tanggal 7 Mei 2019. PT. DRT berhak untuk memperpanjang surat ijin untuk 20 tahun mendatang.

4.2 Tanah dan Geologi

Fisiografi di areal IUPHHK-HA PT. DRT berdasarkan Buku Satuan Lahan dan Tanah Lembar Dumai, dikelompokkan ke dalam 3 grup yaitu Grup Kubah Gambut, Grup Aluvial, dan Grup Marin. Grup Kubah Gambut mendominasi areal ini, yang berkembang dari endapan organik permukaan muda (Ph) dan tua (Qp). Secara umum ketebalan gambut makin tebal jika makin jauh dari sungai. Ketebalan gambut bisa melebihi 3 m di bagian pinggir dan dapat mencapai maksimum 8 m di bagian tengah-selatan. Terdapat pula sedikit tanah Gley, Aluvial, dan Podsolik.

Grup Aluvial berkembang dari endapan Aluvial sungai dan menempati jalur aliran sungai. Grup Aluvial ditandai dengan adanya pasang surut.

Secara umum di seluruh kawasan DAS Rokan terdapat sembilan jenis tanah dengan luasan yang bervariasi. Beberapa jenis tanah menurut klasifikasi tanah Soil Taxonomy (USDA) dan Pusat Penelitian dan Agroklimat secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Tipe tanah di sekitar DAS Rokan

Kode Tekstur Tipe Tanah

USDA Puslit Tanah

Bf.6 Bf.4.5 Bf.4.3 Bf.5.5

Lempung Hidrequents

Tropaquents Sulfaquents Tropasaprist

Glei humus Glei humus Glei humus Glei humus

Bf.4.4 Pasir berlempung Sufaquents Glei Humus

Au.1.1.3 Lempung berpasir, batu sedimen

Tropaquents Glei Humus


(39)

Kode Tekstur Tipe Tanah

USDA Puslit Tanah

Bf.4.6 Lempung Tropaquents Glei Humus

D.2.1.2 Bahan organik Tropahemists Organosol

D.2.1.3 Bahan organik Tropahemists Organosol

Berdasarkan peta satuan lahan dan tanah Peta Penyebaran Tanah (PPT) dan Agroklimat, Bogor (1990) lembar Dumai dan Bagan Siapiapi (0817 dan 0818) formasi geologi areal hutan IUPHHK-HA PT. DRT terdiri dari sedimen aluvium tersier dan kuarter. Formasi tersier menempati daerah antiklinarium yang ditempati daerah telisa (Tmt). Formasi telisa dicirikan oleh batu-batu lumpur kelabu bergamping dengan sedikit sisipan batu gamping dan busa gamping. Kandungan deposit bahan tambang di areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT sampai saat ini belum diketahui.

Formasi kuarter ditempati formasi endapan permukaan muda (Ph) dan endapan permukaan tua (Qp). Endapan permukaan tua merupakan daerah basah (basin) dan daerah kering (q). Endapan permukaan muda didominasi oleh bahan organik berupa kubah gambut dan hanya sebagian kecil terbentuk dari lempung yang membentuk aluvial sungai.

4.3 Iklim

Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951) areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT termasuk ke dalam tipe A dengan nilai Q = 10,1 %. Curah hujan per tahun 2.358 mm, sedangkan curah hujan bulanan rata-rata berkisar 51,32 – 301,66 mm/bln. Curah hujan tertinggi jatuh pada bulan November (301,66 mm) dan Desember (253,40 mm). Curah hujan terendah jatuh pada bulan Maret (51,33 mm) dan Juli (73,80 mm). Rata-rata hari hujan adalah 12 hari/bulan, hari hujan tertinggi jatuh pada bulan November (14 hari/bulan) dan terendah pada bulan Februari (3,3 hari/bulan).

Suhu udara rata-rata di areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT hampir merata sepanjang tahun yaitu berkisar antara 25o – 27o C. Demikian juga kelembaban

nisbi bulannya yaitu antara 79 – 90 %. Rata-rata kecepatan angin berkisar antara 8 – 21 km/jam. Belum pernah dilaporkan adanya angin puting beliung.


(40)

a) Timur Laut : Desember – Maret

b) Tenggara : April, Mei, Juli, September c) Selatan : Juni, Agustus

d) Barat Laut : November e) Barat Daya : Oktober

Pada umumnya, presipitasi mencukupi dan tersebar dengan baik guna mengurangi resiko kebakaran hutan. Namun demikian, iklim yang luar biasa dapat terjadi berkaitan dengan el nino yang menyebabkan musim kemarau panjang sehingga meningkatkan resiko kebakaran hutan dari aktifitas kerja masyarakat lokal sekitar batas hutan. IUPHHKA-HA PT. DRT telah memiliki prosedur pencegahan kebakaran (IK-6MH-04) dan pemadamannya (IK-6MH-05).

4.4 Hidrologi

Areal kerja IUPHHKA-HA PT. DRT terdiri dari rawa-rawa yang banyak dipengaruhi oleh kondisi hidrologi. Wilayah ini dikelilingi oleh aliran sungai utama, yaitu sungai Rokan. Beberapa aliran sungai kecil yang terdapat di wilayah ini antara lain sungai Bantaian, sungai Senepis, sungai Sinaoi yang mengalir ke sungai Rokan.

4.5 Keadaan Hutan

Terdapat dua tipe utama ekosistem hutan di dalam areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT, yaitu (1) hutan rawa gambut dan (2) hutan mangrove. Diantara kedua tipe tersebut terdapat daerah peralihan yang disebut daerah ekoton.

Tipe ekosistem hutan rawa gambut di areal IUPHHK-HA PT. DRT termasuk tipe gambut pantai yang terletak di daerah depresi antara sungai Rokan dan Selat Malaka. Berdasarkan asosiasi vegetasi terdapat tiga asosiasi vegetasi hutan rawa gambut mulai dari gambut dangkal sampai gambut dalam. Masing-masing asosiasi vegetasi diberi nama menurut jenis pohon komersil yang dominan, yaitu : 1) Asosiasi Terentang (Campnosperma auriculata) – Pulai (Alstonia pneumathophra) pada ketebalan gambut < 3 m; 2) Asosiasi Balam (Palaquium obovatum) – Meranti Batu (Shorea uliginosa) pada ketebalan gambut


(41)

3 – 6 m; dan 3) Asosiasi Ramin (Gonystylus bancanus) – Suntai (Palaquium dasyphillum) pada ketebalan gambut > 6 m.

Tipe ekosistem hutan mangrove di dalam areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT terletak di pantai Utara – Timur yang berbatasan dengan Selat Malaka. Pada lokasi tersebut Semenanjung Bagan Siapiapi yang landai dengan banyak muara sungai-sungai terbentuk habitat berlumpur yang dipengaruhi pasang surut air laut yang sesuai dengan pertumbuhan hutan mangrove. Lebar jalur hutan mangrove di lokasi tersebut bervariasi antara 200 – 800 m. Zonasi hutan mangrove dari arah laut, meliputi asosiasi Sonneratia – Rhizophora spp. yang disusul oleh asosiasi

Xylocarpus-Bruguiera spp., sedangkan arah tepi sungai dimulai dengan Nipah (Nypa fruticans), Xylocarpus granatum sampai Bruguiera cylindrica di bagian tengah. Jenis Tumu (Bruguiera cylindrica) termasuk jenis yang komersial dan dominan, dengan diameter mencapai 30-40 cm yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang. Terdapat juga beberapa areal tak berhutan dan belukar.

Ramin diatur secara khusus berdasarkan daftar spesies yang termasuk dalam CITES Appendix II (Annotation #1). Peraturan di Indonesia tentang Pemanfaatan dan Peredaran Kayu Ramin SK No. 1613/Kpts-II/2001 mensyaratkan bahwa hutan harus dikelola berdasarkan kelestarian hasil dengan kuota pemanenan tahunan diatur oleh Tim Terpadu Ramin (LIPI dan Departemen Kehutanan).


(42)

BAB V

HASIL dan PEMBAHASAN

5.1 Kadar Air (%)

Perhitungan kadar air dilakukan pada 60 contoh uji, dimana 20 contoh uji untuk serasah, 20 contoh uji untuk tanah dan 20 contoh uji untuk tanah mineral yang mewakili 4 ha (4 plot dengan ukuran 100 m x 100 m). Perhitungan kadar air ini digunakan untuk mengetahui besarnya kandungan kadar air per komponen (serasah, tanah gambut dan tanah mineral). Hasil perhitungan kadar air setiap lokasi petak pengukuran untuk setiap komponen disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kadar air serasah, tanah gambut dan tanah mineral di empat lokasi pengukuran yang berada dalam areal RKT 2008 PT. DRT

No Lokasi petak ukur Kadar Air

Serasah Tanah gambut Tanah mineral

1

I

18,42 75,86 9,22

2 52,00 88,33 7,83

3 21,95 27,08 6,53

4 16,18 28,31 9,89

5 13,32 83,15 9,61

Rata-rata 23,37 60,54 8,61

1

II

5,66 19,28 8,62

2 4,21 21,47 7,08

3 4,06 17,89 14,69

4 5,19 25,12 8,50

5 4,80 16,35 9,84

Rata-rata 4,78 20,02 9,74

1

III

5,36 93,20 8,21

2 4,82 98,23 11,02

3 5,94 50,91 7,35

4 5,22 14,28 6,43

5 4,60 33,33 10,11

Rata-rata 5,18 57,99 8,62

1

IV

4,83 32,43 10,22

2 4,50 21,43 9,14

3 5,16 47,06 6,83

4 4,00 27,27 8,15

5 4,38 20,45 6,95


(43)

Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat diketahui nilai rata-rata kadar air dari serasah, tanah gambut dan tanah mineral di empat lokasi petak ukur bervariasi. Kadar air tertinggi terdapat pada lokasi petak ukur I untuk komponen tanah gambut dengan nilai 60,54% dan kadar air terkecil terdapat pada lokasi petak ukur IV untuk komponen serasah dengan nilai 4,57%

Kadar air serasah pada petak ukur I berkisar 13,32-52,00 % dengan rata-rata 23,37%, pada petak ukur II berkisar 4,06-5,66% dengan rata-rata-rata-rata 4,78%, pada petak ukur III berkisar 4,60-5,94% dengan rata-rata 5,18%, dan pada petak ukur IV berkisar 4,00-5,16% dengan rata-rata 4,75%. Kadar air serasah yang sangat tinggi pada petak ukur II disebabkan karena pada lokasi tersebut terendam air secara permanen.

Kadar air tanah gambut pada petak ukur I berkisar 27,08-88,33% dengan rata-rata 60,54%, pada petak ukur II berkisar 16,35-25,12% dengan rata-rata 20,02%, pada petak ukur III berkisar 14,28-98,23% dengan rata-rata 57,99%, dan pada petak ukur IV berkisar 20,45-47,06% dengan rata-rata 29,72%. Kadar air tanah gambut relatif tinggi pada petak ukur I dan IV disebabkan pada petak ukur tersebut basah dan sebagian terendam air secara permanen.

Kadar air tanah mineral pada petak ukur I berkisar 6,53-9,89% dengan rata-rata 8,61%, pada petak ukur II berkisar 7,08-14,69% dengan rata-rata 9,74%, pada petak ukur III berkisar 6,43-11,02% dengan rata-rata 8,62%, dan pada petak ukur IV berkisar 6,83-10,22% dengan rata-rata 8,26%. Kadar air tanah mineral pada petak ukur I sampai dengan IV relatif sama yakni 8-10%.

Data rata-rata kadar air serasah, tanah gambut dan tanah mineral untuk empat lokasi petak ukur per komponen disajikan pada Gambar 3 dan rata-rata kadar air dari petak ukur secara keseluruhan disajikan pada Tabel 3.


(44)

0 10 20 30 40 50 60 70

1 2 3 4

lokasi petak pengukuran

k

a

d

a

r

a

ir

(

%

serasah tanah gambut tanah mineral

Gambar 3 Histogram nilai rata-rata kadar air serasah, tanah gambut dan tanah mineral di empat lokasi petak ukur.

Tabel 3 Kadar air rata-rata serasah, gambut dan tanah mineral di areal RKT 2008 PT. DRT

No Komponen Nilai rata-rata kadar air (%)

1 Serasah 9,72

Tanah gambut 42,07

3 Tanah mineral 8,81

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa kadar air rata-rata tanah gambut adalah 42,07%, kadar air rata-rata serasah adalah 9,72%, dan kadar air rata-rata tanah mineral adalah 8,81%.

Tanah gambut memiliki kadar air paling tinggi dibandingkan dengan kadar air serasah dan kadar air tanah mineral. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh kondisi fisik letak masing-masing komponen, dimana serasah berada di lapisan paling atas, diikuti dengan tanah gambut dan lapisan paling bawah ialah tanah mineral seperti yang disajikan pada Gambar 9.


(45)

Gambar 4 a) lapisan serasah, b) lapisan tanah gambut dan c) lapisan tanah mineral Pada lapisan tanah gambut kondisi fisik lingkungannya ialah lapisan yang selalu tergenang air karena areal IUPHHK-HA PT. DRT merupakan hutan rawa gambut yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut sehingga setiap tahunnya hutan rawa gambut tersebut selalu tergenang dan selalu jenuh air. Sedangkan pada serasah yang berada di lapisan paling atas tidak selalu tergenang oleh air karena sangat tergantung dengan tinggi muka airnya sehingga terkadang serasah yang ada berwujud dalam kondisi kering sampai lembab. Tanah mineral yang berada di lapisan paling bawah memiliki kandungan kadar air paling kecil disebabkan oleh minimnya air yang dapat diserap oleh tanah tersebut terkait dengan teksturnya yang berupa liat lempung.

5.2 Bulk density (kerapatan limbak g/cm3

)

Pengolahan data yang kedua ialah perhitungan bulk density. Bulk density

atau kerapatan limbak adalah nisbah berat tanah teragregasi terhadap volume dan satuannya ialah g/cm3 (Purwowidodo, 2004). Perhitungan bulk density dilakukan

pada 40 contoh uji yang terdiri dari 20 contoh uji untuk serasah dan 20 contoh uji untuk tanah gambut yang diperoleh dari 4 petak ukur. Pada penelitian ini, pengambilan sampel untuk menduga kisaran nilai bulk density tidak membedakan berdasarkan zonasi gambut (kubah gambut dan tepi kubah gambut), sehingga nilai

bulk density yang diperoleh merupakan perbandingan dari zonasi yang sama (dicirikan dengan rata-rata ketebalan gambut yang hampir sama). Bulk density

untuk tanah mineral tidak diukur karena keterbatasan alat untuk menjangkau tanah


(46)

mineral yang berada pada lapisan terbawah. Hasil perhitungan bulk density setiap komponen serasah dan tanah gambut disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Bulk density serasah dan tanah gambut di empat lokasi petak ukur yang berada dalam areal RKT 2008 PT. DRT

No Lokasi petak ukur Bulk density (g/cm

3

)

Serasah Tanah gambut

1

I

0,04 0,51

2 0,02 0,50

3 0,02 0,19

4 0,02 0,50

5 0,03 0,40

Rata-rata 0,02 0,42

1

II

0,02 0,35

2 0,02 0,45

3 0,02 0,50

4 0,02 0,46

5 0,03 0,38

Rata-rata 0,02 0,42

1

III

0,01 0,41

2 0,03 0,29

3 0,03 0,25

4 0,03 0,22

5 0,02 0,25

Rata-rata 0,02 0,28

1

IV

0,02 0,26

2 0,06 0,18

3 0,02 0,20

4 0,03 0,27

5 0,02 0,26

Rata-rata 0,03 0,23


(47)

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45

1 2 3 4

lokasi petak pengukuran

b u lk d e n s it y ( g r / serasah tanah gambut

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai bulk density serasah berkisar antara 0,02-0,06 g/cm3 dan bulk density tanah gambut berkisar antara 0,19-0,51 g/cm3. Untuk lebih jelas perbandingan nilai bulk density serasah dan tanah gambut dari petak ukur I sampai dengan IV disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Histogram nilai rata-rata bulk density serasah dan tanah gambut di empat lokasi petak ukur.

Sedangkan untuk perhitungan nilai rata-rata bulk density untuk serasah dan tanah gambut disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Bulk density rata-rata serasah dan tanah gambut di areal RKT 2008 PT. DRT

No Komponen Nilai rata-rata bulk density (g/cm3

)

1 Serasah 0,02

2 Tanah gambut 0,34

Rata-rata nilai bulk density secara keseluruhan adalah 0,02 g/cm3 dan nilai

rata-rata keseluruhan bulk density untuk tanah gambut adalah 0,34 g/cm3.

Perbandingan nilai rata-rata bulk density untuk serasah dan tanah gambut disajikan pada Gambar 6.


(48)

Gambar 6 Histogram nilai rata-rata bulk density serasah dan tanah gambut.

Menurut Radjagukguk (1991) sifat-sifat fisik tanah gambut yang menonjol di Indonesia dicirikan oleh nilai bulk density yang rendah berkisar antara 0,1-1,2 g/cm3. Pada lokasi areal IUPHHK-HA PT. DRT merupakan lahan gambut jenuh

air sehingga menurut Kyuma (1987) bulk densitynya akan berkisar 0,05 – 0,40 g/cm3. Berdasarkan acuan dalam klasifikasi tanah (Soil Survey Staff, 1998) tanah

gambut diklasifikasikan kedalam empat sub-ordo berdasarkan tingkat dekomposisinya seperti disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Nilai bulk density berdasarkan tingkat dekomposisinya

Keterangan Bahan Organik Bulk density (gr/cm3

) Folist Bahan organik belum terdekomposisi

-Fibrist Fibrik < 0,1

Hemist Hemik 0,1 - 0,2

Saprist Saprik > 0,2

Sifat dan karakteristik fisik tanah gambut ditentukan oleh dekomposisi bahan itu sendiri. Kyuma (1987) menyatakan bahwa nilai bulk density sangat ditentukan oleh tingkat pelapukan/dekomposisi bahan organik dan kandungan mineralnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya nilai bulk density

antara tanah gambut dan serasah ialah tingkat dekomposisinya, dimana serasah merupakan tanah gambut yang belum terdekomposisi secara sempurna sedangkan tanah gambut pada penelitian ini dikategorikan sebagai tanah gambut dengan tingkat kematangan sedang. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Friska, I.S (1999) diketahui bahwa nilai laju dekomposisi serasah di IUPHHK-HA DRT ialah sebesar 3,09%.


(49)

Diketahui bahwa nilai bulk density memiliki kaitan yang sangat erat dengan porositas. Dalam Purwowidodo (2004) dinyatakan bahwa nilai porositas tanah ialah volume sistem tanah yang tidak ditempati oleh komponen-komponen padat dan nilai porositas memiliki satuan %. Berdasarkan acuan tersebut dapat diketahui bahwa nilai porositas tanah pasti akan lebih tinggi untuk komponen serasah dibandingkan dengan tanah gambut karena pada serasah dilihat dari struktur komponennya memiliki banyak pori-pori yang terisi oleh udara sedangkan pada tanah gambut jumlah pori yang terisi oleh udara cenderung lebih sedikit, dimana ketika nilai bulk density rendah maka nilai porositas akan tinggi.

Porositas tanah gambut relatif tinggi berkisar antara 80-95 %, mempunyai kemampuan menyimpan air yang sangat tinggi, tetapi menjadi tidak lagi mampu menyerap air (hidrofobik) bila sudah kering (Radjagukguk, 1991). Nilai dugaan rata-rata porositas yang diperoleh pada penelitian ini ialah sebesar 75,60 % (lihat lampiran 4). Hasil penelitian yang dilakukan IPB di beberapa lokasi di Sumatera, menunjukkan bahwa bulk density tanah gambut bervariasi sesuai dengan tingkat dekomposisi bahan organik dan kandungan bahan mineral (Hardjowigeno, 1989).

5.3 Kadar Karbon

Perhitungan kadar karbon dilakukan pada 60 contoh uji, dimana untuk masing-masing komponen serasah, tanah gambut dan tanah mineral ialah sebanyak 20 contoh uji yang mewakili diambil dari 4 petak ukur di areal RKT 2008 PT. DRT. Data kadar karbon serasah, tanah gambut dan tanah mineral dari ke empat petak ukur tersebut disajikan pada Tabel 7.


(50)

Tabel 7 Kadar karbon serasah, tanah gambut dan tanah mineral di areal RKT 2008 PT. DRT

No Petak ukur Kadar C-organik (%)

Serasah Tanah gambut Tanah mineral 1

I

56,48 58,00 6,38

2 44,08 48,33 5,88

3 48,10 55,59 9,10

4 51,18 54,71 16,25

5 31,56 54,03 13,17

Rata-rata 46,28 54,13 10,16

1

II

56,91 49,62 6,41

2 55,56 49,81 6,25

3 55,67 51,77 6,58

4 56,50 44,83 5,98

5 56,32 32,80 6,42

Rata-rata 56,19 45,77 6,33

1

III

56,97 52,20 5,85

2 56,61 56,29 6,40

3 56,28 58,00 5,64

4 56,43 53,48 5,72

5 56,00 50,04 6,30

Rata-rata 56,46 54,00 5,98

1

IV

55,77 56,44 7,41

2 56,12 53,86 6,18

3 55,87 56,30 5,9

4 56,84 55,37 5,68

5 56,56 56,69 5,53

Rata-rata 56,23 55,73 6,14

Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai kadar karbon serasah yang terdapat pada petak ukur I berkisar 31,56-56,48% dengan rata 46,28% pada petak ukur II berkisar 55,56-56,41% dengan rata-rata 56,19%, pada petak ukur III berkisar 56,00-56,97% dengan rata-rata-rata-rata 56,46%, dan pada petak ukur IV berkisar 55,57-56,84% dengan rata-rata 56,23%.

Kadar karbon tanah gambut yang terdapat pada petak ukur I berkisar 48,33-58,00% dengan rata-rata 54,13% pada petak ukur II berkisar 32,80-51,77% dengan rata 45,77%, pada petak ukur III berkisar 50,04-58,00% dengan rata-rata 54,00%, dan pada petak ukur IV berkisar 53,86-56,69% dengan rata-rata-rata-rata 55,73%.

Kadar karbon tanah mineral yang terdapat pada petak ukur I berkisar 5,88-16,25% dengan rata-rata 10,16% pada petak ukur II berkisar 5,98-6,58% dengan


(51)

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

1 2 3 4

loka si pe ta k pe ngukura n

k a d a r k a r b o n serasah tanah gambut tanah mineral

rata-rata 6,33%, pada petak ukur III berkisar 5,64-6,40% dengan rata-rata 5,98%, dan pada petak ukur IV berkisar 5,53-7,41% dengan rata-rata 6,14%.

Gambaran perbandingan kadar karbon serasah, tanah gambut dan tanah mineral disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 Histogram nilai kadar karbon serasah, tanah gambut dan tanah mineral di empat lokasi petak ukur.

Secara keseluruhan rata-rata kadar karbon di areal penelitian adalah sebagai berikut kadar karbon serasah adalah 53,79%, kadar karbon tanah gambut adalah 52,41%, kadar karbon tanah mineral adalah 7,15%.

Menurut Sollins et al (1996) komposisi utama bahan penyusun gambut adalah lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Kandungan lignin yang tinggi terdapat pada bahan penyusun gambut yang berasal dari vegetasi kayu (misalnya gambut di Indonesia), sedangkan kandungkan selulosa dan hemiselulosa terdapat pada bahan penyusun gambut yang berasal dari Sphagnum sp. (misalnya gambut di Eropa). Kandungan lignin yang tinggi mempunyai daya tahan terhadap proses dekomposisi dibandingkan selulosa dan hemiselulosa, sehingga mempunyai stabilitas yang tinggi. Keadaan tersebut sangat mempengaruhi jumlah atau ketersediaan C dalam tanah khususnya dalam bentuk karbon. Karena adanya proses dekomposisi yang lambat dalam bahan penyusun gambut berakibat pada jumlah karbon yang tinggi di tempat tersebut.

Kadar karbon serasah dan tanah gambut pada penelitian ini hampir sama, tetapi sangat berbeda dari kadar karbon tanah mineral. Hal ini diduga terjadi akibat dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu :


(52)

1. Komposisi utama bahan penyusun gambut, dimana pada komponen serasah dan tanah gambut hampir sama, dan kondisinya yang selalu dalam keadaan tergenang (anaerob), yaitu dibawah permukaan air tanah, sehingga proses dekomposisi bahan-bahan gambut berjalan lebih lambat dibandingkan komponen tanah mineral.

2. Dalam siklus karbon, proses timbal balik fotosintesis dan respirasi selluler

menyediakan suatu hubungan antara lingkungan atmosfir dan lingkungan terestrial. Tumbuhan mendapatkan karbon, dalam bentuk CO2 dari atmosfir atau

lingkungan melalui stomata daunnya dan menggabungkannya ke dalam bahan organik biomassanya sendiri melalui proses fotosintesis. Sejumlah bahan organik dalam vegetasi yang jatuh di atas gambut tersebut kemudian menjadi sumber karbon bagi serasah dan tanah gambut.

5.4 Massa Karbon (tonC/ha)

Penetapan massa karbon dilakukan pada 40 contoh uji masing-masing 20 contoh uji untuk sersah dan tanah gambut yang di ambil dari 4 petak ukur di lokasi penelitian. Penetapan massa karbon pada tanah mineral tidak dilakukan dalam penelitian ini karena selain kadar karbonnya rendah, kedalaman tanah mineral yang merupakan lapisan dibawah gambut tidak dapat diukur. Hasil perhitungan massa karbon untuk ke empat petak ukur disajikan pada Tabel 8.


(53)

Tabel 8 Massa karbon serasah dan tanah gambut di areal RKT 2008 PT. DRT

No Lokasi petak ukur Massa karbon (tonC/ha)

Serasah Tanah gambut 1

I

43,44 10033,54

2 15,50 8196,77

3 28,53 3582,66

4 21,43 9278,82

5 9,29 7330,79

Rata-rata 23,64 7684,51

1

II

31,94 6677,96

2 32,22 8618,82

3 18,17 9953,30

4 16,66 7929,49

5 34,04 4792,66

Rata-rata 26,61 7594,45

1

III

8,77 8208,10

2 31,93 6260,62

3 37,12 5561,04

4 19,14 4512,34

5 20,97 4797,84

Rata-rata 23,60 5867,99

1

IV

19,18 4977,56

2 35,92 3288,48

3 29,50 3819,39

4 36,51 5071,01

5 17,90 4999,60

Rata-rata 27,80 4431,21


(54)

Berdasarkan data pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa massa karbon dalam lapisan serasah di petak ukur I berkisar 9,29-43,44 tonC/ha dengan rata-rata 23,64 tonC/ha, pada petak ukur II berkisar 16,66-34,04 tonC/ha dengan rata-rata 26,61 tonC/ha, pada petak ukur III berkisar 8,77-37,17 tonC/ha dengan rata-rata 23,60 tonC/ha, dan pada petak ukur IV berkisar 17,90-36,51 tonC/ha dengan rata-rata 27,80 tonC/ha.

Massa karbon dalam lapisan serasah di petak ukur I berkisar 3.582,66-10.033,54 tonC/ha dengan rata-rata 7.684,51 tonC/ha, pada petak ukur II berkisar 4.792,66-9.953,30 tonC/ha dengan rata-rata 7.594,45 tonC/ha, pada petak ukur III berkisar 4.512,34-8.208,10 tonC/ha dengan rata-rata 5.867,99 tonC/ha, dan pada petak ukur IV berkisar 3.288,48-5.071,01 tonC/ha dengan rata-rata 4.431,21 tonC/ ha.

Massa karbon rata-rata di areal penelitian pada lapisan serasah adalah 25,41 tonC/ha dan pada lapisan tanah gambut adalah 6.394,53 tonC/ha. Massa karbon hasil penelitian ini lebih tinggi dari hasil penelitian Istomo (2001) di areal IUPHHK PT. DRT di Riau, yang menghasilkan massa karbon sebesar 2.959,8 tonC/ha dengan kedalaman gambut 2-3 m, 4.614,9 tonC/ha dengan kedalaman gambut 4-5 m, dan 5.184,3 tonC/ha dengan kedalaman gambut 6-7 m. Perbedaan massa karbon hasil penelitian ini dengan hasil penelitian Istomo (2001) diduga disebabkan pada perbedaan areal pengukuran dan teknik pengambilan petak ukur. Dimana pada penelitian Istomo (2001) pengambilan contoh bahan uji dari petak ukur berdasarkan zonasi gambut (kubah gambut dan tepi kubah gambut) pada tahun 2000. Sedangkan pada penelitian ini petak ukur diambil secara acak di areal hutan virgin pada areal RKT 2008 PT. DRT pada tahun 2008. Demikian pada hasil penelitian Wahyunto et al (2005) menghasilkan massa karbon di lahan gambut yang lebih rendah dari massa karbon hasil penelitian, yakni massa karbon di lahan Rokan Hilir sebesar 3.307,10 tonC/ha, di Propinsi Riau rata-rata 3.611,88 tonC/ha, di seluruh Sumatra rata-rata 2.611,40 tonC/ha. Perbedaan hasil penelitian ini diduga karena penelitian Wahyunto et al (2005) lebih merupakan penelitian di lahan gambut yang arealnya dapat berupa antara lain : lahan hutan gambut, lahan kebun kelapa sawit, lahan pertanian, lahan perkebunan lainnya dan lain-lain. Sedangkan pada penelitian ini dilakukan di hutan gambut yang masih virgin.


(55)

Dalam penelitian ini massa karbon pada lapisan serasah jauh lebih kecil dari massa karbon lapisan tanah gambut. Adapun perbedaan nilai massa karbon pada serasah dan tanah gambut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1. Bulk density (kerapatan limbak). Pada umumnya bulk density tanah berkisar

dari 1,1-1,6 g/cc. Beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,90 g/cc (misalnya tanah Andisol), sedangkan untuk tanah gambut ada yang memiliki bulk density kurang dari 0,10 g/cc (Hardjowigeno, 1989). Nilai bulk density di areal penelitian ini untuk tanah gambut lebih besar dibandingkan serasah, yaitu 0,34 g/cm3 dan 0,02 gc/m3

2. Ketebalan serasah dan bobot isi serasah sangat berpengaruh terhadap jumlah massa karbon karena dari ketebalan dapat diketahui banyaknya jumlah bahan organik yang tertumpuk pada lokasi tersebut

3. Kecenderungan massa karbon pada tanah gambut akan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan serasah, karena gambut terdiri dari tumpukan bahan organik yang belum terdekomposisi (tidak terdekomposisi dengan baik), yang memerangkap dan menyerap karbon di dalamnya dan membentuk lahan dengan profil yang disusun oleh bahan organik dengan ketebalan yang jauh lebih tebal dari ketabalan serasah di atasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan ketebalan rata-rata lapisan serasah dan lapisan tanah gambut di areal RKT 2008 PT. DRT berturut-turut adalah 0,18 m dan 3,62 m (lihat lampiran 1 dan 2).

5.5 Analisis Data

Untuk mengetahui perbedaan kadar karbon pada lapisan serasah, tanah gambut dan tanah mineral maka dilakukan uji lanjut-T dengan menggunakan software Minitab version 14.0 . Adapun hasil uji-T disajikan pada tabel 9.

Tabel 9 Hasil uji-T kadar karbon (%) antara serasah, tanah gambut dan tanah mineral

Nilai P-value untuk setiap Komponen Serasah vs Tanah

gambut

Serasah vs Tanah mineral

Tanah gambut vs Tanah mineral

0,471 0,000 0,000


(1)

Lampiran 3. Hasil perhitungan kadar air dan kadar karbon untuk lapisan tanah mineral

Lokasi petak pengukuran Kadar air (%)

Kadar karbon (%)

LOKASI 1

1 9,22 6,38

2 7,83 5,88

3 6,53 9,10

4 9,89 16,25

5 9,61 13,17

LOKASI 2

6 8,62 6,41

7 7,08 6,25

8 14,69 6,58

9 8,50 5,98

10 9,84 6,42

LOKASI 3

11 8,21 5,85

12 11,02 6,40

13 7,35 5,64

14 6,43 5,72

15 10,11 6,30

LOKASI 4

16 8,21 7,41

17 11,02 6,18

18 7,35 5,90

19 6,43 5,68

20 10,11 5,53


(2)

Lampiran 4 Hasil perhitungan porositas untuk tanah gambut

No Lokasi petak ukur Porositas %

1

I

63,63

2 63,93

3 86,46

4 64,07

5 71,11

6

II

74,98

7 67,81

8 64,33

9 67,14

10 72,85

11

III

70,68

12 79,51

13 81,94

14 84,63

15 82,44

16

IV

81,22

17 86,92

18 86,06

19 80,8

20 81,63


(3)

Lampiran 5 Perbandingan kandungan karbon bawah permukaan berbagai lokasi

Rerefensi Lokasi Luas

(ha)

Kandungan C (juta tonC)

Kandungan C (tonC/ha) Istomo (2001)

IUPHHKA-HA PT. DRT

- - 2592,15 Wahyunto et al

(2005)

Rokan Hilir 453.874 1501,01 3307,10 Wahyunto et al

(2005)

Riau 4.043.601 14605,04 3611,88

Wahyunto et al (2005)

Sumatra 7.204.301 18813,37 2611,40 Wahyunto et al

(2005)

Kalimantan 5.769.246 11274,55 1954,25 Wahyunto et al

(2006)

Papua 7.975.455 3622,85 454,83

Rerefensi Lokasi Kedalaman

(m)

Kematangan Lua s (ha)

Kandungan C (tonC/ha) Wahyunto et al

(2005)

Rokan Hilir (1990)

2 - 4 Hemists/Saprists 23.7 2991,56 Wahyunto et al

(2005)

Rokan Hilir (2002)

2 - 4 Hemists/Saprists 72.31 2991,42 Istomo (2001)

IUPHHKA-HA PT. DRT

2 - 3 Hemists/Saprists - 2959,8 Istomo (2001)

IUPHHKA-HA PT. DRT

4 - 5 Hemists/Saprists - 4614,9 Istomo (2001)

IUPHHKA-HA PT. DRT


(4)

Lampiran 6 Hasil uji-T antar kadar karbon antara lapisan serasah, lapisan tanah gambut, dan lapisan tanah mineral

Two-Sample T-Test and CI: Serasah; Tanah gambut

Two-sample T for Serasah vs Tanah gambut N Mean StDev SE Mean Serasah 20 53,79 6,21 1,4 Tanah gambut 20 52,41 5,79 1,3

Difference = mu (Serasah) - mu (Tanah gambut) Estimate for difference: 1,38250

95% CI for difference: (-2,46241; 5,22741)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0,73 P-Value = 0,471 DF = 37

Two-Sample T-Test and CI: Serasah; Tanah mineral

Two-sample T for Serasah vs Tanah mineral N Mean StDev SE Mean Serasah 20 53,79 6,21 1,4 Tanah mineral 20 7,15 2,75 0,61

Difference = mu (Serasah) - mu (Tanah mineral) Estimate for difference: 46,6390

95% CI for difference: (43,5197; 49,7583)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 30,73 P-Value = 0,000 DF = 26

Two-Sample T-Test and CI: Tanah gambut; Tanah mineral Two-sample T for Tanah gambut vs Tanah mineral

N Mean StDev SE Mean Tanah gambut 20 52,41 5,79 1,3 Tanah mineral 20 7,15 2,75 0,61

Difference = mu (Tanah gambut) - mu (Tanah mineral) Estimate for difference: 45,2565

95% CI for difference: (42,3171; 48,1959)

T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 31,59 P-Value = 0,000 DF = 27


(5)

Gambar a) kayu yang ujungnya dicoak untuk pengambilan sampel tanah gambut dan mineral; Gambar b) pengukuran ketebalan tanah gambut dengan menusukkan kayu; Gambar c) kegiatan pengambilan sampel dilapangan; d) kondisi petak ukur

pengambilan sampel; e) sampel uji tanah gambut, dan Gambar f) ring sampel

e

b

a

d

c


(6)

Dokumen yang terkait

Kandungan Fosfor dan Distribusinya pada Jenis-Jenis Pohon dalam Rangka Pemilihan Jenis Pohon untuk Penanaman di Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di HPH PT. Diamond Raya Timber, Propinsi Dati I Riau)

0 9 82

Pengukuran Biomassa dan Kandungan Hara Kalsium (Ca) di atas Permukaan Tanah pada Hutan Rawa Gambut (Studi Kastls di HPH PT. Diamond Raya Timber, Bagan Siapi-api, Propinsi Dati I Riau)

0 6 69

Kandungan Fosfor dan Kalsium Serta Penyebarannya pada Tanah dan Tumbuhan Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di Wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Bagan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau)

3 64 414

Kandungan Fosfor dan Kalsium pada Tanah dan Biomassa Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di Wilayah HPH PT. Diamond Raya Timber, Bagan Siapi-api, Provinsi Riau)

0 16 28

Strategi Pengendalian Kebakaran Hutan Di Iuphhk – Ha (Studi Kasus Di Iuphhk – Ha Pt.Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah )

1 18 96

Pendugaan Potensi Karbon Bahan Organik Mati Berdasarkan Tingkat Dekomposisi di Berbagai Kondisi Hutan Gambut. (Studi Kasus di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Provinsi Riau)

1 8 215

Struktur Tegakan dan Sebaran Jenis Ramin dan Meranti di Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus PT. Diamond Raya Timber dan PT. Riau Andalan Pulp And Paper, Provinsi Riau)

1 5 125

Limbah Pemanenan Kayu dan Faktor Eksploitasi di IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Provinsi Riau

2 8 103

Pendugaan Potensi Massa Karbon Hutan Alam Tropika Rawa Gambut di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau

0 1 28

Pendugaan Potensi Biomassa Hutan di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Dumai, Provinsi Riau

0 4 27