4. PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI TERAPAN
Pada awalnya,penerapan antropologi digunakan pejabat-pejabat dari beberapa negara besar di Eropa dalam pemerintahan kolonial masa itu. Namun sayangnya,pengetahuan yang
mereka miliki terlalu sering digunakan untuk menekan kebutuhan dan keinginan dari penduduk bersangkutan,sehingga antropologi terapan memulai karirnya dalam cara yang
sangat meragukan.
5. MENENTUKAN KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN UMUM DARI PERUBAHAN BERENCANA
Persoalan pertama yang dihadapi oleh antropolog terapan adalah memutuskan apakah suatu perubahan yang direncanakan akan bermanfaat bagi penduduk yang hendak dicapai.
Karena sesungguhnya program perubahan berencana memang dapat membuahkan kebaikan- kebaikan dalam jangka pendek,namun perlu dipikirkan secara mendalam mengenai akibat-
akibat dalam jangka panjang. Para antropolog juga dituntut untuk memperkirakan seluruh akibat yg mungkin timbul sebagai hasil dari salah satu program yang diusulkan itu.
Dalam suatu waktu,jika suatu perubahan kebudayaan yang diusulkan dalam jangka panjang jelas-jelas akan menghasilkan akibat yang parah, mereka menasehatkan agar
program itu tidak dilaksanakan.
Untuk dapat menemukan manfaat secara menyeluruh dari perubahan terencana,.maka penting sekali untuk memahami segi yang paling mendasar dari kebudayaan masyarakat yang
akan dipengaruhi. Biasanya kota-kota lah yang pertama memperlihatkan akibat perubahan,karena lapisan sosial yang lebih tinggi lebih dahulu menerima teknologi baru serta
gagasan-gagasan baru. Contohnya kebiasaan makanan yang sering menjadi memburuk sebagai akibat sampingan yang umumnya terjadi akibat perubahan berencana.
6. Kesulitan-Kesulitan dalam Menyelenggarakan Perubahan Terencana
Sebelum suatu usaha ke arah perkenalan unsur-unsur baru dapat dilaksanakan, para pelaksana perubahan harus mempertimbangkan lebih dahulu apakah penduduk yang menjadi
sasaran, sadar akan manfaat perubahan yang diusulkan. Di banyak daerah di mana terdapat persoalan kesehatan yang cuckup mengkhawatirkan, penduduk sasaran sering tidak
menyadari masalah yang mereka hadapi. Dan tidak adanya kesadaran tersebut dapat merupakan penghalang besar dalam usaha memecahkan persoalan.
7. Penolakan Terhadap Perubahan Terencana di Kalangan Penduduk Sasaran
Meskipun penduduk sasaran sadar akan kemungkinan manfaat yang diakibatkan oleh perubahan yang diusulkan, namun tidak selalu mudah untuk mengajak mereka menerima
sesuatu unsur baru atau inovasi ataupun mengubah cara-cara mereka yang lama.
Penolakan masyarakat terhadap perubahan-perubahan kebudayaan itu, sering kali didasarkan pada faktor-faktor yang oleh para pelaksana proyek itu jarang sekali
diperhitungkan. Faltor-faktor demikian secara kasar dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu halangan budaya, halangan sosial dan halangan di bidang psikologi.
Halangan budaya berkaitan dengan perilaku, sikap dan kepercayaan yang dimiliki bersama dalam masyarakat, yang cenderung menjadi halangan terhadap penerimaan suatu hal
baru. Unsur-unsur kepercayaan juga dapat menghalangi penerimaan perubahan rencana. Halangan-halangan sosial terhadap perubahan terncana mungkin timbul bila pola-pola
tradisional mengenai hubungan antar individu atau pranata-pranata sosial tradisinal bertetangga dengan inovasi hendak diterapkan itu.
Suatu masalah yang besar yang dihadapi seorang yang memperkenalkan hal-hal baru ialah, perlu adanya suatu program lanjutan yang efektif untuk setiap proyek yang dimulainya.
8. Masalah Etnosentrisme