Meskipun penduduk sasaran sadar akan kemungkinan manfaat yang diakibatkan oleh perubahan yang diusulkan, namun tidak selalu mudah untuk mengajak mereka menerima
sesuatu unsur baru atau inovasi ataupun mengubah cara-cara mereka yang lama.
Penolakan masyarakat terhadap perubahan-perubahan kebudayaan itu, sering kali didasarkan pada faktor-faktor yang oleh para pelaksana proyek itu jarang sekali
diperhitungkan. Faltor-faktor demikian secara kasar dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu halangan budaya, halangan sosial dan halangan di bidang psikologi.
Halangan budaya berkaitan dengan perilaku, sikap dan kepercayaan yang dimiliki bersama dalam masyarakat, yang cenderung menjadi halangan terhadap penerimaan suatu hal
baru. Unsur-unsur kepercayaan juga dapat menghalangi penerimaan perubahan rencana. Halangan-halangan sosial terhadap perubahan terncana mungkin timbul bila pola-pola
tradisional mengenai hubungan antar individu atau pranata-pranata sosial tradisinal bertetangga dengan inovasi hendak diterapkan itu.
Suatu masalah yang besar yang dihadapi seorang yang memperkenalkan hal-hal baru ialah, perlu adanya suatu program lanjutan yang efektif untuk setiap proyek yang dimulainya.
8. Masalah Etnosentrisme
Sering kali, para antropolog tidak peka terhadap perbedaan kebudayaan. Dalam artian mereka masih menggunakan tradisi-tradisi atau kebiasaan-kebiasaan tempat asal mereka di
negara sasaran program perubahan, tanpa memikirkan apakah tradisi-tradisi mereka itu dapat diterima di negara bersangkutan.
9. BAHAYA DARI PEMBAHARUAN SEMU
Salah satu hal yang harus diwaspadai oleh para pelaku pembaruan adalah memperkenalkan pembaruan palsu, yaitu suatu proses perubahan yang seolah-olah
meningkatkan mutu hidup penduduk, tetapi dalam kenyataannya tidak membawa perbaikan.
10. Menemukan dan Mempergunakan Saluran Pengaruh Setempat
Dalam merencanakan proyek yang meliputi perkenalan unsur-unsur kebudayaan baru, administrator proyek itu harus berusaha untuk mengetahui jaringan-jaringan pengaruh yang
umumnya terdapat pada rakyat yang akan jadi sasaran proyeknya. Sangat penting untuk mengetahui jaringan pengaruh semacam itu, agar dapat menentukan dengan cara bagaimana
program perubahan itu diperkenalkan di deerah tersebut. Selain dari itu berguna pula untuk mengetahui pada saat mana dan dalam keadaan bagaimana suatu saluran akan lebih berhasil
untuk menyebarkan informasi tertentu
BAB II
ETNOGRAFI
1. Kesatuan Sosial Dalam Etnografi
Seorang ahli antropologi Amerika, R. Naroll, pernah menyusun suatu daftar prinsip- prinsip yang biasanya dipergunakan oleh para ahli antropologi untuk menentukan batas-batas
dari masyarakat bagian suku-bangsa yang menjadi pokok dan lokasi yang nyata dari deskripsi etnografi mereka. Dengan beberapa modifikasi oleh J.A Clifton dalam buku penjelasannya,
Introduction to Cultural Antropology 1968 : Hlm. 15, maka daftar itu menjadi sepeti apa yang tercantum di bawah ini.
1. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu dengan yang lain merata tinggi.
2. Kesatuan masayrakat yang terdiri dari penduduk yang mengucapkan satu bahasa atau satu logat bahasa.
3. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologi 4. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya
sendiri. 5. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang merupakan
kesatuan daerah fisik. 6. Kesatuan masyarakat yang dibatasi olrh garis batas suatu daerah politikal-
administratif. 7. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami satu pengalaman sejara yang
sama. 8. Kesatuan masyarakat yang dibatasi satu desa atau lebih
9. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.
2. Kerangka Etnografi