6. Antropologi Politik Mempelajari kejadian – kejadian dan gejala politik serta persaingan dan kerjasama
antara kekuatan partai-partai politk dalam Negara berkembang, sistem nilai dan norma politik yang dijalankan.
7. Antropologi untuk Psikiatri Mengenai latar belakang social- budaya dari penyakit-penyakit jiwa.
D. Hubungan antara Ilmu Antropologi dan Ilmu-ilmu Sosial dan Humanitas
Kedudukan antropologi pada kedua kelompok ilmu pengetahuan tersebut, sebenarnya lebih cenderung pada humanitas. Namun demikian adanya ilmu bagian dari antropologi,
seperti : antropologi sosial, maka ia dapat dimasukkan ke dalam ilmu-ilmu sosial. Timbulnya sub-dub displin dari ilmu-ilmu tersebut, akibatnya saling meminjamnya metode dari cabang-
cabang ilmu itu dalam penyelidikannya terhadap masyarakat. Akibatnya adalah sering timbul kesulitan untuk menempatkan suatu sub disiplin cabang ilmu pengetahuan.
1. Hubungan antara antropologi dan sosiologi Perbedaan terletak pada segi : asal mula dan sejarahnya, metodenya, dan sasaran atau
obyek studinya. Antropologi lebih cenderung menggunakan metode kwalitatif dalam meneliti masyarakat dan kebudayaan yang terbatas. Sosiologi menggunakan metode kwantitatif, dan
meneliti masyarakat yang luas atau lingkungan yang besar.
Persamaan diantara keduanya adalah sama-sama mempelajari masyarakat dan juga kebudayaan.
2. Hubungan antropologi dan sejarah Kedua ilmu ini saling mengisi baik dari segi metodenya maupun segi penyediaan
sumbernya. Misalnya, sumber-sumber sejarah yang berupa laporan orang-orang Barat mengenai sejarah Indonesia abad ke 16-17. Bahan ini sangat penting dalam membantu
antropologi mengenai pelukisan bangsa dan kebudayaan Indonesia pada abad itu. Contoh lain pada Kitab Suma Oriental karya Tome Pires.
Kombinasi antara metode sejarah dan antropolgi sering dipraktekkan dipraktekkan, contohnya :
a. Penelitian Clifford Geertz dalam karyanya “The Religion of Java”. b. Penelitian James T. Siegel dalam karyanya “The Rope of God”.
3. Hubungan antropologi dan ekonomi Aktivitet ekonomi dari pada suatu masyarakat tidak terlepas dari sikap hidup, sistim
nilai budayanya atau pandangan hidup dari masyarakat itu sendiri. Seorang ahli ekonomi,
untuk mempelajari hal-hal diatas, harus minta bantuan kepada antropologi. Sebaliknya ilmu antropologi juga memerlukan konsepsi-konsepsi ekonomi dalam melihat aktivitet
kebudayaan ekonomi dari suatu masyarakat. Contoh suatu penelitian mengenai “Lingkungan Alam dan Perilaku Sosio-Ekonomis dari Petani-petani di Muangthai dan Jawa”.
4. Hubungan antropologi dan hukum adat di Indonesia Menurut Van Vollenhoven, ilmu antropologi Indonesia amat berguna untuk meneliti
hukum adat, adapun sebabnya ialah : a. Ilmu etnologi mencatat bahan-bahan tentang hukum adat sebagai bagian dari
kebudayaan yang merupakan obyek dari etnografi-etnografinya. b. Ilmu etnologi memberi banyak keterangan tentang dasar-dasar organisasi
kemasyarakatan suku-suku bangsa Indonesia. Kedua hal ini dapat ditambah lagi dengan ketiga hal yang lain, dan pikiran yag diajukan oleh
B. Ter Haar, yaitu :
a. Ilmu etnologi atau vulkerkunde banyak memberi keterangan tentang dasar alam pikiran dan religi suku-suku bangsa Indonesia.
b. Ilmu etnologi banyak memberi keterangan tentang proses perpaduan antara kebudayaan Indonesia dan asing.
c. Etnologi dapat melihat hubungan fungsi dari hukum adat dengan aktivitet kebudayaan dalam suatu masyarakat.
5. Hubungan antara antropologi dan geologi Bantuan geologi sangat dibutuhkan oleh sub-ilmu prehistori untuk menentukan bekas
peninggalan kebudayaan purba dalam lapisan-lapisan bumi. Penetapan umur lapisan bumi menentukan dalam penggalian-penggalian prehistori.
6. Hubungan antropologi dan anatomi Seorang sarjana antropologi fisik, mengkhususkan pada paleo-antropologi maupun
ciri-ciri ras di dunia amat membutuhkan anatomi. 7. Hubungan antropologi dan psikologi
Salah satu obyek studi antropologi adalah isi dan susunan dari alam jiwa dan akal manusia. Sedang psikologi mencapai pengertian tentang alam jiwa dan akal manusia dengan
cara menganalisa isi jiwa dari individu-individu khusus. Atau dengan kata lain saling membutuhkan dalam obyek penyelidikannya.
BAB II
HUBUNGAN ANTARA KEBUDAYAAN DENGAN MANUSIA
A. Hubungan antara Manusia dengan Kebudayaan