sehingga penambahan bahan kapur akan meninggalkan efek residu yang sangat terbatas atau kecil.
2.2. Terak Baja dan Kegunaannya
Terak baja atau Steel Slag merupakan produk sampingan dari hasil pemurnian besi cair dalam pembuatan baja. Di Eropa, terak baja dalam jumlah
yang besar digunakan dalam bidang pertanian pada masa perang dunia ke-dua, yaitu digunakan sebagai bahan kapur untuk tanah masam dan penambahan unsur-
unsur seperti Si dan P. Boxus 1965 dalam Rahim, 1995 menyatakan bahwa terak baja memiliki
komposisi kimia yang kompleks. Terak baja juga mengandung unsur-unsur sekunder yang terdiri dari Magnesium Mg, Silikon Si, Mangan Mn, Tembaga
Cu, Kobalt Co, dan Molibdenum Mo sehingga terak baja dianggap sangat baik digunakan untuk pertanian. Menurut Barber 1967, penggunaan terak baja
dalam bidang pertanian antara lain : 1 untuk menetralkan kemasaman tanah serta menambah unsur kalsium Ca dan magnesium Mg; 2 menurunkan kadar unsur
mangan dalam tanah; 3 meningkatkan jumlah P dalam tanah; serta 4 sebagai sumber silikat.
Terak baja terdiri dari beberapa macam jenis, beberapa diantaranya adalah converter slag dan electric furnace slag. Pengelompokan jenis ini ditentukan
berdasarkan metode yang digunakan dalam proses pembuatan baja dimana converter slag menggunakan metode converter, sedangkan electric furnace slag
menggunakan metode electric furnace. Converter terbentuk dari industri baja yang menggunakan proses Basic Oxigen Furnace BOF sedangkan electric
furnace terbentuk pada industri baja yang menggunakan proses Electric Arc Furnace EAF Proctor et al., 2000. Pada proses converter, besi cair berasal dari
blast furnace, yaitu besi cair murni. Besi cair yang ditambahkan berkisar antara 80-90, sedangkan potongan baja berkisar 10-20. Pada tahap awal,
potongan baja dimasukkan ke dalam tungku pemanas. Selanjutnya besi cair disiramkan di atas potongan baja kemudian dialirkan oksigen dengan kemurnian
di atas 90. Pada proses pengaliran oksigen, terjadi reaksi oksidasi yang sangat intensif sehingga bahan pengotor pada baja dapat dikurangi. Karbon teroksidasi
membentuk karbon monoksida menyebabkan peningkatan suhu mencapai
1600°C-1900°C. Pada suhu ini, potongan-potongan baja mencair dan kadar karbon pada baja menurun. Untuk menurunkan kadar bahan yang tidak diinginkan
pada baja ditambahkan fluxing agent, yaitu CaO atau MgCaCO
3 2
. Selama pengaliran oksigen, bahan yang tidak diinginkan teroksidasi kemudian berikatan
dengan bahan kapur membentuk terak baja yang mengapung diatas besi cair Yildirim dan Prezzi, 2011.
Proses electric furnace tidak bergantung dengan proses blast furnace karena bahan yang digunakan adalah potongan baja yang berasal dari baja-baja bekas.
Sumber panas diperoleh dari percikan api yang berasal dari listrik bertegangan tinggi. Proses electric furnace dimulai dengan memasukkan potongan baja
kedalam tungku pemanas listrik kemudian elektroda grafit diturunkan hingga masuk ke dalam tungku. Ketika dialirkan listrik, pertemuan antara elektroda dan
potongan baja akan menghasilkan panas. Potongan baja meleleh dan kemudian dilanjutkan dengan proses pemurnian. Selama proses pemurnian, dialirkan
oksigen dengan kemurnian tinggi. Beberapa besi Fe dan berbagai material yang tidak diinginkan termasuk Al, Si, Mn, P dan C teroksidasi. Komponen yang
teroksidasi ini akan berkombinasi dengan CaO mapun dengan MgO membentuk terak Yildirim dan Prezzi, 2011. Pada jenis terak electric furnace, terak ini
dihasilkan dari hasil pengurangan pembakaran secara elektrik dari batuan fosfat dalam penyimpanan bahan-bahan fosfor. Terak baja ini terbentuk ketika
pembakaran silikat dan kalsium oksida yang menghasilkan kalsium silikat dalam jumlah yang besar.
Kadar CaO dan MgO yang tinggi ini dapat dimanfaatkan langsung dalam proses pemurnian bijih besi sebagai bahan pengganti sebagian bahan kapur yang
ditambahkan Shen dan Forssberg, 2002. Menurut Barber 1967, reaksi slag serupa dengan kapur dalam menetralkan kemasaman tanah. Daya netralisasi
dihitung berdasarkan ekivalen CaCO
3
seperti halnya kapur. Demikian juga kehalusan terak baja akan memberi pengaruh terhadap kecepatan kenaikan pH
tanah. Terak baja dengan kehalusan 100 lolos dari saringan 80 mesh menyebabkan kenaikan pH yang lebih cepat dibandingkan terak baja dengan
kehalusan 20 lolos dari saringan 60 mesh. Hasil penelitian Suwarno 1993 yang memanfaatkan terak baja sebagai
bahan pengapuran pada tanah masam menunjukkan bahwa terak baja secara nyata
dapat meningkatkan ketersediaan boron dan mangan, serta dapat memperbaiki sifat tanah sama baiknya dengan kalsit dan dolomit. Disamping itu, hasil
penelitian Prambudi 1997 pada Latosol Darmaga menunjukkan bahwa secara umum terak baja dapat memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan hasil
tanaman kedelai, dan pengaruh terak baja lebih baik dibandingkan dengan kalsit. Terak baja yang ditambahkan dalam tanah meninggalkan residu yang dapat
bertahan beberapa tahun seperti bahan pengapuran yang lain yang sifatnya tidak merugikan bagi tanaman. Suwarno 1993 membandingkan electric furnace slag
Indonesia dan converter furnace slag Jepang dengan kalsit dan dolomit dalam rotasi tanaman kedelai-sorghum-bayam. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa bahan-bahan pengapuran tersebut memperbaiki pertumbuhan dan produksi ketiga tanaman tersebut. Suwarno 1997 juga menyatakan bahwa terak baja
sebagai bahan pengapuran lebih baik daripada dolomit.
2.3. Logam Berat