Bahan organik yang berasal dari pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibandingkan pembenah tanah lainnya. Sebagai
bahan pembenah tanah, bahan organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi terjadinya retakan tanah, memperbaiki porositas tanah dan
menyumbang ketersediaan hara. Namun kandungan hara yang terdapat dalam pupuk kandang lebih rendah dari pupuk anorganik sehingga biaya aplikasi
pemberian pupuk kandang ini lebih besar daripada pupuk anorganik. Namun demikian, kandungan hara yang terdapat dalam kotoran hewan ini
ketersediaannya relatif lambat sehingga tidak mudah hilang. Litbang Pertanian, 2006.
Nisbah CN memberikan gambaran tentang mudah tidaknya bahan organik tersebut dilapuk, tingkat kematangan dari bahan organik tersebut ataupun tentang
mobilisasi N pada tanah.Nisbah CN pupuk kandang dapat mencapai nilai 90. Nilai nisbah CN bahan organik segar menentukan reaksi dalam tanah. Tanah-
tanah dengan bahan organik stabil umumnya mempunyai nisbah CN sekitar 10.0 Leiwakabessy, 1988. Proses penguraian bahan organik dengan nisbah CN yang
tinggi akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap tanaman karena dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan hara seperti, nitrogen tersedia dalam
tanah. Hal ini karena terjadinya persaingan antara tanaman dan mikrob, sehingga tanaman akan mengalami penurunan suplai nitrogen Hakim et al., 1986.
2.5. Nitrogen, Fosfor dan Kalium dalam tanah
2.5.1. Nitrogen
Menurut Soepardi 1983, nitrogen merupakan unsur yang paling cepat memberikan pengaruh pada tanaman dengan mencolok. Hampir pada seluruh
tanaman, nitrogen menjadi pengatur dari penggunaan kalium, fosfor, dan penyusun lainnya, namun dalam tanah jumlahnya sedikit, yaitu berkisar antara
0.02-0.4. Secara alamiah, N yang terdapat dalam tanah berasal dari air hujan, bahan organik dan fiksasi jasad renik. Air hujan diperkirakan memberikan 22.4 kg
Nhatahun tergantung lokasi dan dari fiksasi biologi yang diperkirakan antara 16.8-50.4 kg Nhatahun. Dengan laju dekomposisi bahan organik 2 pertahun,
sumber tersebut diperkirakan memberikan 22-45 kg Nhatahun. Dengan menghitung jumlah yang hilang, ketiga sumber yang dikemukakan di atas tidak
mencukupi kebutuhan tanaman Leiwakabessy, 1998. Sebagian besar nitrogen dalam tanah berada dalam bentuk N organik baik yang terdapat dalam bahan
organik maupun fiksasi N oleh mikroba tanah yang tidak tersedia bagi tanaman dan hanya sebagian kecil berupa N-anorganik yaitu NH
4 +
dan NO
3 -
Prasetyo et al., 2004. Pelapukan N-organik merupakan proses yang menjadikan N yang tidak
tersedia bagi tanaman menjadi N tersedia bagi tanaman. Pelapukan merupakan proses biokimia kompleks yang membebaskan karbondiokasida. Akhirnya
nitrogen kemudian dibebaskan menjadi nitrit kemudian nitrat. Kedua proses terakhir disebut nitrifikasi, sedangkan proses berubahnya N-organik menjadi N-
anorganik disebut mineralisasi. Soepardi, 1983. Hilangnya nitrogen dalam tanah dapat melalui proses denitrifikasi,
volatilisasi, pencucian oleh air, dan penyerapan oleh tanaman. Sekitar 40 N hilang melalui volatilisasi amonia Buckman Brady 1987. Minggu pertama
setelah pemupukan, proses nitrifikasi telah berlangsung, dan ketika musim penghujan, 30 hari setelah pemupukan hampir sebagian N akan hilang. Pada
kondisi curah hujan yang tinggi, NO
3 -
akan tercuci dari horizon atas tanah dan akan cepat hilang karena denitrifikasi. Pada musim kemarau, nitrat akan
diakumulasikan pada bagian atas horizon tanah, sehingga kadar nitrat akan meningkat Tisdale et al., 1985. Amonium merupakan bentuk N yang stabil
terutama dalam tanah tergenang. Amonium dapat terfiksasi oleh mineral silikat, tidak larut dalam air, dan tidak mudah ditukar Notohadi 1998.
2.5.2. Fosfor