Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

24 terendah sebesar 0 m.s -1 pada Stasiun 6b, 6c, 8, dan 9. Kecepatan arus pada lokasi penelitian secara umum menurun ke arah waduk dan mulai mencapai nilai nol pada Stasiun 6b dan 6c. Hal ini sebagaimana pernyataan Odum 1971 bahwa kecepatan arus bervariasi pada bagian yang berbeda dalam suatu aliran air yang sama. Kecepatan arus menurun pada perairan yang lebar dan akan semakin menurun ketika suatu sungai bermuara menuju perairan menggenang waduk. Penurunan kecepatan arus ini berlangsung hingga menyerupai kondisi perairan menggenang. Penurunan kecepatan arus dari sungai ke waduk tidak terjadi pada Stasiun 3. Sebaliknya, kecepatan arus pada Stasiun 3 meningkat menjadi 0,43 m.s -1 . Hal ini disebabkan karena adanya penyempitan aliran serta struktur bebatuan yang lebih besar di sekitar Stasiun 3. Kecepatan arus pada Stasiun 6a sebesar 0,02 m.s -1 merupakan arus yang sangat lambat Welch dan Lindell 1980. Selanjutnya, kecepatan arus pada Stasiun 6b dan 6c sudah mencapai nol, tetapi masih terdapat arus pada Stasiun 7 walaupun dengan nilai kecepatan yang sangat kecil.

4.2 Pembahasan

Aliran masuk inflow merupakan salah satu sumber oksigen terlarut DO dalam perairan Wetzel 2001. Suatu inflow dapat memasok DO dengan syarat bahwa inflow tersebut memiliki kandungan DO yang lebih tinggi dari perairan yang dituju. Pengamatan terhadap peranan Sungai Cicendo dalam memasok DO di Waduk Cirata dilakukan dengan mengukur nilai DO mulai dari bagian sungai hingga menuju ke waduk. Hal ini disertai dengan pengukuran beberapa parameter fisika, yaitu suhu, kekeruhan, kecepatan arus, dan debit sungai. Sungai Cicendo yang mengalir menuju Waduk Cirata memiliki debit 285 L.detik -1 . Berdasarkan hasil uji ragam satu arah anova, diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai DO rata-rata pada Stasiun 1 sampai 9 p0,05. Hal tersebut berbeda dengan sebaran DO secara spasial di Laguna Aitoliko yang diteliti oleh Gianni et al. 2012. Nilai DO di Laguna Aitoliko tersebut tidak berbeda secara signifikan di setiap titik pengamatan yang mencakup seluruh lapisan permukaan laguna. Hasil uji Tukey menunjukkan adanya tiga homogeneous subsets yang berarti terdapat tiga kelompok dengan nilai DO rata-rata pada stasiun dalam satu kelompok 25 tidak berbeda tetapi berbeda dengan kelompok lainnya Gambar 9. Kelompok I terdiri dari Stasiun1-5, kelompok II terdiri dari Stasiun 4, 5, 6, 9; dan kelompok III terdiri dari Stasiun 6, 7, 8, dan 9 Lampiran 4. Stasiun 4 dan 5 tergabung ke dalam dua kelompok yaitu kelompok I dan II, sedangkan Stasiun 6 dan 9 tergabung ke dalam kelompok II dan III. Setiap stasiun tersebut secara umum berkelompok sesuai dengan posisi dari stasiun awal sungai. Oleh karena itu, dilakukan penegasan terhadap anggota kelompok supaya setiap kelompok tersebut dapat mewakili wilayah perairan sesuai posisi dari stasiun awal. Kelompok I, II, dan III selanjutnya disebut dengan bagian sungai, transisi, dan waduk. Bagian sungai terdiri dari Stasiun 1-4, bagian transisi terdiri dari Stasiun 5 dan 6, serta bagian waduk terdiri dari Stasiun 7-9. Nilai DO rata-rata tertinggi terdapat pada bagian sungai, kemudian menurun pada bagian transisi dan waduk. Bagian sungai yang merupakan bagian awal jarak 0 m memiliki nilai DO berkisar antara 7,2-8,3 mg.L -1 dengan rata-rata 7,59+0,34 mg.L -1 . Bagian transisi dengan jarak 50 m dari bagian sungai memiliki nilai DO yang berkisar antara 5,8-7,6 mg.L -1 dengan rata-rata 6,58+0,61 mg.L -1 , sedangkan nilai DO pada kelompok waduk dengan jarak 403 m dari bagian sungai berkisar antara 5,3-6,6 mg.L -1 dengan rata-rata 5,82+0,49 mg.L -1 . Rata-rata nilai DO pada bagian waduk sebesar 5,82+0,49 mg.L -1 lebih tinggi dari nilai DO rata-rata untuk waduk kaskade Sungai Citarum secara umum. Nilai DO rata-rata untuk waduk kaskade adalah sebesar 3,51 mg.L -1 Tjahjo dan Purnamaningtyas 2010. Selain itu, nilai DO bagian waduk dalam penelitian ini juga melebihi DO permukaan Waduk Saguling yang diteliti oleh Adiwilaga et al. 2009, yaitu sebesar 4,04 mg.L -1 . Nilai DO tersebut merupakan nilai DO tertinggi selama waktu pengamatan 24 jam di lokasi KJA di Waduk Saguling. Nilai DO yang lebih tinggi pada bagian waduk dalam penelitian ini merupakan nilai DO pada lokasi yang belum terdapat KJA. Selain itu, posisi dari bagian waduk terletak di dekat sungai sehingga nilai DO di bagian tersebut diduga mendapat pengaruh dari aliran sungai. Penyebaran nilai DO di waduk yang berasal sungai berbeda dari penyebaran nilai DO yang ada di laut. Penyebaran nilai DO di waduk, tinggi pada bagian perairan yang paling dekat dengan sungai, sedangkan penyebaran DO di laut, rendah 26 Gambar 9. Kelompok stasiun berdasarkan nilai oksigen terlarut 107°2038.4 BT 2049.2 2100 2110.8 6 °4 5 2 8 .8 L S 4 5 2 1 .6 4 5 1 4 .4 4 5 7 .2 S. Cicendo PETA LOKASI PENGAMBILAN CONTOH Disiapkan Oleh : Wening Muriasih C24080032 Sumber : - Google Earth, 2012 - Observasi Lapang, 2012 1 2 3 4 5a 5b 5c 6a 6b 6c 7a 7b 7c 8a 8b 8c 9a 9b 9c Waduk Cirata Legenda : : Lokasi pengambilan contoh : Sungai Cicendo : Waduk Cirata : Daratan 314 m Kab. Bandung Barat Kab. Bandung Barat Cipeundeuy Waduk Cirata : Kelompok 1 : Kelompok 2 : Kelompok 3 27 pada bagian perairan yang paling dekat dengan sungai atau dekat pantai, kemudian meningkat pada bagian lepas pantai. Hal ini sebagaimana hasil penelitian Simanjuntak 2007a, 2007b di perairan Mamberamo, Papua dan Teluk Banten yang menunjukkan bahwa penyebaran DO tertinggi terdapat pada bagian lepas pantai dan rendah pada bagian dekat pantai. Kondisi demikian terjadi akibat perbedaan kualitas air sungai yang bermuara, baik di waduk maupun di laut. Nilai DO yang berbeda pada Sungai Cicendo hingga Waduk Cirata diduga akibat perbedaan kondisi fisik perairan yang memengaruhi nilai DO pada setiap bagian perairan. Oleh karena itu, analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui hubungan antar parameter fisika suhu, kekeruhan, dan kecepatan arus terhadap nilai DO pada masing-masing bagian. Analisis regresi berganda menghasilkan model yang dapat digunakan untuk memprediksi nilai DO di perairan. Model yang didapat dari regresi tersebut tertera pada Tabel 5. Tabel 4. Persamaan regresi berganda pada bagian sungai, transisi, dan waduk. Bagian Persamaan regresi Sungai DO = 20,7 – 0,468 Suhu + 1,09 Kec Arus Transisi DO = 6,08 + 6,258 Kec Arus Waduk DO = 19,9 – 0,461 Suhu + 0,0415 Kekeruhan – 36,8 Kec Arus Model yang diperoleh tersebut digunakan untuk memprediksi nilai DO berbeda di bagian sungai, transisi, dan waduk. Nilai koefisien regresi suhu, kekeruhan, dan kecepatan arus pada model tersebut menunjukkan hubungan fungsional terhadap nilai DO. Suhu memiliki hubungan negatif dengan nilai DO di bagian sungai dan waduk. Hubungan negatif tersebut berarti apabila suhu rendah, maka nilai DO tinggi dan apabila suhu tinggi, maka nilai DO rendah. Hal tersebut berbeda dengan kecepatan arus yang memiliki hubungan positif dengan nilai DO di bagian sungai dan transisi, sedangkan kecepatan arus pada bagian waduk memiliki hubungan negatif. Hubungan positif tersebut berarti apabila kecepatan arus tinggi, maka nilai DO tinggi dan apabila kecepatan arus rendah, maka nilai DO rendah. Berdasarkan analisis regresi berganda yang telah dilakukan, diperoleh pula informasi mengenai parameter-parameter yang berpengaruh secara signifikan 28 terhadap nilai DO di perairan. Parameter-parameter tersebut adalah suhu dan kecepatan arus berpengaruh signifikan terhadap nilai DO pada bagian sungai p0,05, sedangkan parameter yang berpengaruh secara signifikan pada bagian transisi hanya kecepatan arus p0,05. Pada bagian waduk tidak terdapat parameter dari yang diujikan yang signifikan terhadap nilai DO p0,05. O’Connor 1967 menggolongkan faktor-faktor yang memengaruhi DO di sungai. Salah satu faktor yang memengaruhi DO di sungai adalah karakteristik geofisik dari sungai tersebut. Karakteristik geofisik yang dimaksud di antaranya suhu dan kecepatan arus. Kelarutan oksigen mempunyai hubungan terbalik dengan suhu perairan Cole 1983. Semakin rendah suhu, semakin tinggi tingkat kelarutan oksigen di dalam air. Sebaliknya, semakin tinggi suhu, semakin rendah tingkat kelarutan oksigen dalam air. Kelarutan oksigen yang tinggi menunjukkan bahwa peluang oksigen untuk larut dalam air semakin tinggi dan hal tersebut dapat menyebabkan konsentrasi atau nilai oksigen terlarut dalam perairan DO menjadi tinggi. Bagian sungai umumnya memiliki suhu yang lebih rendah dari bagian transisi dan waduk. Suhu yang rendah tersebut diduga dapat meningkatkan kelarutan oksigen yang kemudian memengaruhi nilai DO di bagian sungai tersebut. Hal serupa terjadi pula pada perbandingan nilai DO dengan suhu perairan di dekat PLTU-PLTGU Tambak Lorok Semarang berdasarkan hasil penelitian Huboyo dan Zaman 2007. Pola penaikan nilai DO di perairan tersebut sebanding dengan pola penurunan suhu perairan. Bagian sungai terletak pada Sungai Cicendo yang merupakan perairan mengalir. Perairan mengalir dicirikan oleh aliran air yang memiliki kecepatan arus tertentu. Kecepatan arus pada bagian sungai dengan kisaran 0,17-0,83 m.s -1 merupakan kecepatan arus tertinggi dibandingkan bagian transisi dan bagian waduk. Hal tersebut serupa dengan nilai DO pada bagian sungai yang berkisar 7,27-8,05 mg.L -1 dengan rata-rata 7,59+0,34 mg.L -1 merupakan nilai tertinggi dari bagian lainnya. Boyd 1982 menyatakan bahwa oksigen dapat masuk ke dalam perairan melalui proses difusi dari udara. Proses difusi tersebut dipengaruhi oleh turbulensi atau pergerakan massa air, dalam hal ini adalah kecepatan arus. Semakin besar 29 kecepatan arus, maka peluang terjadinya difusi oksigen dari udara ke dalam air semakin besar sehingga menyebabkan nilai DO yang semakin tinggi. Sama seperti bagian sungai, kecepatan arus memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai DO pada bagian transisi p0,05. Bagian transisi merupakan bagian yang terletak di Waduk Cirata yang berhubungan langsung dengan Sungai Cicendo sehingga bagian transisi mendapat aliran massa air yang berasal dari sungai. Massa air yang dibawa dari sungai memiliki nilai DO yang lebih tinggi dari DO rata-rata waduk. Apabila diasumsikan nilai DO rata-rata waduk menyebar rata, maka bagian yang paling dekat dengan sungai seperti mendapat aerasi dari sungai tersebut. Hal ini ditandai dengan nilai DO yang rendah pada bagian waduk tetapi tinggi pada bagian transisi. Kecepatan arus pada bagian transisi berkisar antara 0-0,2 m.s -1 . Kecepatan arus tersebut lebih rendah dari bagian sungai, tetapi lebih tinggi dari bagian waduk. Kecepatan arus demikian berpengaruh secara signifikan terhadap nilai DO di bagian transisi berkisar 6,17-7,00 mg.L -1 dengan rata-rata 6,58+0,61 mg.L -1 . Nilai DO di bagian transisi sebanding dengan kecepatan arus, yaitu lebih rendah dari bagian sungai dan lebih tinggi dari bagian waduk. Kecepatan arus berpengaruh secara signifikan terhadap nilai DO di bagian transisi, menyebabkan nilai DO cukup tinggi pada bagian transisi dibandingkan bagian waduk, tetapi lebih rendah dari bagian sungai. Kecepatan arus bagian transisi lebih rendah dari bagian sungai sehingga menyebabkan DO bagian transisi lebih rendah. Kecepatan arus yang berpengaruh dalam hal ini diduga tidak saja menyebabkan difusi oksigen dari udara ke dalam air, melainkan terjadi pula transfer oksigen dari massa air yang berasal dari sungai. Massa air dari sungai membawa DO yang tinggi sehingga massa air tersebut bercampur dengan air waduk dan menyebabkan percampuran nilai DO. Berbeda dengan bagian sungai dan transisi, parameter suhu, kekeruhan, dan kecepatan arus tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai DO pada bagian waduk p0,05. Koefisien determinasi sebesar 34,4 menunjukkan bahwa hanya 34,4 nilai DO di bagian waduk yang dapat dijelaskan oleh suhu, kekeruhan, dan 30 kecepatan arus, sedangkan masih terdapat 65,6 dari nilai DO yang dijelaskan oleh faktor lain. Waduk merupakan salah satu jenis perairan menggenang Wetzel 2001. Waduk Cirata merupakan waduk yang terbentuk akibat pembendungan aliran Sungai Citarum, Jawa Barat. Dengan demikian, Waduk Cirata akan memiliki karakteristik perairan menggenang secara umum. Salah satu karakterisitk perairan menggenang adalah tidak memiliki arus sehingga memiliki residence time lebih lama Odum 1971. Salah satu sumber DO pada perairan menggenang terutama berasal dari fotosintesis oleh autotrof yaitu fitoplankton Boyd 1982. Kecepatan arus bagian waduk berkisar 0-0,03 m.s -1 merupakan arus yang sangat lambat, sesuai dengan pembagian kategori arus yang ditetapkan oleh Welch dan Lindell 1980. Arus yang sangat lambat pada waduk diduga terjadi akibat pengaruh angin Hutabarat 2000. Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa 65,6 DO di bagian waduk tidak dipengaruhi oleh suhu, kekeruhan, dan kecepatan arus, tetapi dipengaruhi oleh faktor lain. Kondisi arus yang sangat lambat di bagian waduk dengan rata-rata 0,01 m.s -1 mencirikan bahwa bagian waduk tersebut adalah bagian yang sesungguhnya dari Waduk Cirata. Perairan yang berwarna hijau pada bagian waduk dapat mengindikasikan keberadaan organisme autotrof, yaitu fitoplankton. Fitoplankton memanfaatkan karbondioksida dan energi cahaya matahari untuk fotosintesis dan kemudian menghasilkan oksigen ke dalam perairan Cole 1983. Sementara itu, Boyd 1982 menyatakan bahwa sumber DO pada perairan menggenang terutama berasal dari fotosintesis oleh autotrof seperti fitoplankton. Dengan demikian, nilai DO yang terdapat pada bagian waduk diduga lebih banyak disebabkan oleh fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton, dibuktikan dengan warna perairan waduk yang hijau. Nilai DO rata-rata tertinggi terdapat pada bagian sungai, kemudian menurun pada bagian transisi dan waduk. Nilai DO pada sungai dipengaruhi secara signifikan oleh suhu dan kecepatan arus. Nilai DO pada bagian transisi hanya dipengaruhi secara signifikan oleh kecepatan arus, sedangkan nilai DO pada bagian transisi merupakan indikasi dari penyebaran DO yang terbawa oleh massa air dari sungai. Kondisi fisik perairan pada bagian waduk menunjukkan bahwa bagian 31 tersebut merupakan bagian yang sesungguhnya dari Waduk Cirata. Nilai DO pada bagian tersebut diduga lebih banyak disebakan oleh fotosintesis yang dilakukan fitoplankton. Berdasarkan hal tersebut, dapat ditentukan bahwa penyebaran DO yang berasal dari sungai telah berhenti pada bagian waduk, yaitu pada jarak 403 m dari sungai atau dengan kata lain peranan sungai dalam memasok DO terjadi sejauh 403 m. Sungai Cicendo diharapkan dapat memasok DO ke Waduk Cirata, untuk mengatasi permasalahan pencemaran di Waduk Cirata, khususnya pencemaran yang berasal dari dalam waduk tersebut autochthonous, seperti akibat banyaknya jumlah KJA sebagai sarana budidaya ikan. Jumlah KJA yang terus bertambah setiap tahun berbanding lurus dengan peningkatan beban pencemaran di Waduk Cirata. Peningkatan beban pencemaran yang terus menerus akan melampaui batas waduk dalam melakukan aksi pulih diri. Hal ini akan menjadi semakin parah apabila terdapat banyak sungai dengan kondisi tercemar yang masuk ke Waduk Cirata, dikhawatirkan kualitas air waduk akan semakin menurun. Sungai Cicendo yang memiliki debit 285 L.detik -1 dapat memasok DO ke Waduk Cirata sejauh 403 m dari mulut sungai. KJA di Waduk Cirata terletak pada jarak sekitar 1500 m dari mulut sungai. Oleh karena itu, Sungai Cicendo yang hanya memasok DO sejauh 403 m ke Waduk Cirata masih belum dapat memasok DO untuk KJA di waduk. Keadaan demikian terjadi untuk kondisi perairan pada waktu penelitian ini bulan Maret. Kondisi perairan, terutama perairan mengalir sungai bersifat dinamis pada setiap musim. Perbedaan musim menyebabkan perbedaan kondisi perairan, misalnya pada musim hujan akan meningkatkan debit sungai. Peningkatan debit sungai tersebut diduga dapat meningkatkan jarak pasokan DO dari sungai ke waduk. Beberapa alternatif pengelolaan dapat dilakukan untuk menekan permasalah pencemaran di Waduk Cirata. Alternatif tersebut, di antaranya adalah dengan meminimumkan jumlah beban pencemaran dari dalam waduk, misalnya dengan pembatasan operasi KJA, menambah variasi ikan yang dibudidaya yang dapat memakan sisa pakan atau pemakaian jarring apung berlapis, dan memaksimalkan pemanfaatan pakan alami. Selain itu, hal penting lain yang harus dilakukan adalah menjaga keseimbangan kualitas air dari Sungai Cicendo serta sungai-sungai lain 32 yang akan bermuara ke Waduk Cirata. Apabila sungai-sungai yang bermuara ke Waduk Cirata tersebut sudah memiliki kualitas air yang buruk maka sungai-sungai tersebut tidak dapat mengatasi permasalahan waduk, tetapi akan memperburuk permasalahan di waduk. 33

5. KESIMPULAN DAN SARAN