Sumber dan pemanfaatan oksigen terlarut

4

2.2.1 Sumber dan pemanfaatan oksigen terlarut

Oksigen terlarut dalam perairan berasal dari proses fotosintesis oleh autotrof dan difusi melalui udara Boyd 1982. Adanya aliran yang masuk inflow juga merupakan salah satu sumber oksigen terlarut dalam perairan Wetzel 2001. Fitoplankton merupakan salah satu autotrof yang dapat melakukan fotosintesis sehingga menghasilkan oksigen. Fitoplankton memanfaatkan karbondioksida dan energi cahaya matahari untuk fotosintesis. Dengan demikian, fotosintesis hanya dapat terjadi pada perairan yang cukup cahaya matahari lapisan fotik. Selain itu, ketersediaan nutrien merupakan faktor pembatas proses fotosintesis dalam perairan. Proses fotosintesis ditunjukkan pada reaksi kimia berikut. 6CO 2 + 6H 2 O  C 6 H 12 O 6 + 6O 2 Cole 1983 Difusi oksigen dari atmosfer ke dalam perairan berlangsung lambat. Proses difusi suatu gas dipengaruhi oleh tekanan parsial di atmosfer. Kandungan oksigen sebanyak 21 di atmosfer memiliki tekanan parsial sebesar 0,21 atm, sedangkan kandungan nitrogen sebanyak 79 memiliki tekanan parsial 0,79 atm Goldman dan Horne 1983. Meskipun demikian, oksigen lebih mudah larut dalam air dibandingkan nitrogen Wetzel 2001. Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung pada beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, serta pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang, dan pasang surut Salmin 2005. Penyebaran oksigen terlarut dalam perairan dipengaruhi oleh energi yang dihasilkan dari kecepatan angin. Aliran air yang masuk inflow merupakan salah satu sumber oksigen terlarut dalam perairan Wetzel 2001. Suatu aliran air dapat menyumbang oksigen dalam perairan yang dituju dengan syarat aliran tersebut memiliki ketersediaan oksigen yang mencukupi. Apabila kualitas air pada aliran yang masuk lebih buruk dari perairan yang dituju, maka hal tersebut akan memperburuk kualitas perairan tersebut. Oksigen terlarut yang terkandung dalam aliran air akan menyebar dalam suatu perairan. Penyebaran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya suhu, salinitas jika di laut, aktivitas biologi, arus, serta proses percampuran yang dapat 5 mengubah pengaruh-pengaruh dari kegiatan biologis melalui gerakan massa air dan proses difusi Birowo et al 1975 in Simanjuntak 2000. Oksigen dimanfaatkan untuk respirasi oleh organisme perairan dan dekomposisi bahan organik oleh mikroba, serta proses-prosess kimiawi. Organisme perairan yang memanfaatkan oksigen untuk respirasi adalah semua organisme termasuk di dalamnya fitoplankton. Respirasi dalam perairan terjadi siang dan malam hari, sedangkan fotosintesis hanya terjadi pada siang hari karena keterbatasan cahaya. Pada siang hari, pelepasan oksigen sebagai hasil fotosintesis pada lapisan fotik lebih besar dari pada oksigen yang dikonsumsi sehingga perairan mengalami supersaturasi. Sebaliknya, pada malam hari, fotosintesis berhenti namun konsumsi oksigen terus berlangsung. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya pola perubahan kadar oksigen dan menghasilkan fluktuasi harian oksigen Jeffries dan Mills 1996. Oksidasi bahan organik oleh mikroba dalam perairan terjadi melaui proses dekomposisi. Pasokan oksigen diperlukan secara terus-menerus sehingga dekomposisi dapat berjalan. Hasil dari proses ini berupa bahan anorganik atau dikenal dengan nutrien yang kemudian akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan fitoplankton dan autotrof lain. Apabila pasokan oksigen dalam air tidak mencukupi, maka dekomposisi akan terjadi secara anaerob. Penurunan kandungan oksigen terlarut dalam perairan tidak hanya diakibatkan oleh respirasi organisme dan dekomposisi. Proses-proses kimiawi yang terjadi dalam perairan dapat memengaruhi kandungan oksigen terlarut. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Welch 1952 bahwa reduksi oksigen oleh gas lain, keberadaan besi dalam perairan serta pelepasan oksigen terlarut dari air ke udara secara otomatis dari lapisan epilimnion dapat menurunkan kandungan oksigen terlarut dalam perairan.

2.2.2 Faktor-faktor yang memengaruhi penyebaran oksigen terlarut dalam