5 mengubah pengaruh-pengaruh dari kegiatan biologis melalui gerakan massa air dan
proses difusi Birowo et al 1975 in Simanjuntak 2000. Oksigen dimanfaatkan untuk respirasi oleh organisme perairan dan
dekomposisi bahan organik oleh mikroba, serta proses-prosess kimiawi. Organisme perairan yang memanfaatkan oksigen untuk respirasi adalah semua organisme
termasuk di dalamnya fitoplankton. Respirasi dalam perairan terjadi siang dan malam hari, sedangkan fotosintesis hanya terjadi pada siang hari karena keterbatasan
cahaya. Pada siang hari, pelepasan oksigen sebagai hasil fotosintesis pada lapisan fotik lebih besar dari pada oksigen yang dikonsumsi sehingga perairan mengalami
supersaturasi. Sebaliknya, pada malam hari, fotosintesis berhenti namun konsumsi oksigen terus berlangsung. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya pola perubahan
kadar oksigen dan menghasilkan fluktuasi harian oksigen Jeffries dan Mills 1996. Oksidasi bahan organik oleh mikroba dalam perairan terjadi melaui proses
dekomposisi. Pasokan oksigen diperlukan secara terus-menerus sehingga dekomposisi dapat berjalan. Hasil dari proses ini berupa bahan anorganik atau
dikenal dengan nutrien yang kemudian akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan fitoplankton dan autotrof lain. Apabila pasokan oksigen dalam air tidak mencukupi,
maka dekomposisi akan terjadi secara anaerob. Penurunan kandungan oksigen terlarut dalam perairan tidak hanya diakibatkan
oleh respirasi organisme dan dekomposisi. Proses-proses kimiawi yang terjadi dalam perairan dapat memengaruhi kandungan oksigen terlarut. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Welch 1952 bahwa reduksi oksigen oleh gas lain, keberadaan besi dalam perairan serta pelepasan oksigen terlarut dari air ke udara
secara otomatis dari lapisan epilimnion dapat menurunkan kandungan oksigen terlarut dalam perairan.
2.2.2 Faktor-faktor yang memengaruhi penyebaran oksigen terlarut dalam
perairan
Penyebaran oksigen dalam perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu suhu, angin, arus, morfologi, masukan allochthonous dari sungai induk, dan
respirasi Cole dan Hannam 1990 in Widyastuti 2004. Menurut Birowo et al 1975 in Simanjuntak 2000, penyebaran oksigen terlarut dalam perairan
dipengaruhi oleh suhu, salinitas jika di laut, aktivitas biologi, arus, serta proses percampuran yang dapat mengubah pengaruh-pengaruh dari kegiatan biologis
6 melalui gerakan massa air dan proses difusi. Sementara itu, O’Connor 1967
menggolongkan faktor-faktor yang memengaruhi DO di sungai, salah satunya adalah karakteristik geofisik dari sungai tersebut. Karakteristik geofisik yang
dimaksud, diantaranya adalah suhu dan kecepatan arus. Oksigen dalam perairan mempunyai hubungan berbanding terbalik dan non
linier dengan suhu. Kelarutan oksigen meningkat sesuai dengan penurunan suhu Wetzel 2001. Pada perairan yang memiliki stratifikasi suhu pada musim panas,
kandungan oksigen terlarut lebih tinggi pada lapisan perairan bagian dalam dibandingkan lapisan perairan yang lebih hangat. Keadaan demikian sesuai dengan
distribusi vertikal oksigen tipe orthograde yang terjadi pada perairan oligotrof Goldman dan Horne 1983.
Menurut Hutabarat 2000, kecepatan arus di perairan umum yang tergenang lentic water bodies, misalnya danau dan reservoir waduk pada umumnya lebih
rendah dari pada kecepatan arus di laut atau pun sungai. Kecepatan arus di perairan danau atau reservoir dipengaruhi oleh angin. Kecepatan arus tersebut merupakan
salah satu faktor yang dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut Raymont 1963 in Simanjuntak 2000.
Masukan allochthonous dari sungai induk dapat mempengaruhi penyebaran oksigen tergantung dari karakteristik masukan tersebut. Apabila masukan tersebut
memiliki kualitas yang lebih baik dengan oksigen terlarut lebih tinggi dibandingkan perairan yang dimasuki misalnya waduk, maka sungai tersebut berperan sebagai
pemasok oksigen bagi waduk. Sebaliknya, apabila masukan memiliki kualitas lebih buruk dengan oksigen terlarut lebih rendah dibandingkan waduk, maka hal ini justru
dapat menjadi sumber pencemaran. Penyebab lain dalam penyebaran oksigen terlarut dalam perairan adalah karena respirasi. Oksigen dalam perairan dapat
mengalami penurunan apabila respirasi organisme berlangsung terus menerus. Zona riverine pada waduk menerima air dari sungai yang mengalir ke waduk.
Aliran air sungai inflow tersebut berupa arus densitas yang mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut pada lapisan epilimnion, metalimnion, dan hipolomnion.
Perbedaan densitas pada perairan tawar terutama disebabkan oleh perbedaan suhu perairan. Perbedaan densitas selanjutnya menyebabkan pergerakan aliran air
Gambar 2. Jika densitas inflow lebih kecil dari densitas air permukaan waduk,
7 maka inflow akan berada di bagian atas overflow. Jika densitas inflow lebih besar
dari densitas air permukaan waduk, maka inflow akan berada di bagian bawah perairan underflow. Interflow terjadi ketika arus densitas yang meninggalkan
sungai menyebar secara horizontal ke dalam badan perairan Ji 2007.
a. Overflow b. Interflow
c. Underflow
Gambar 2. Tipe pergerakan aliran air: a. Overflow, b. Interflow, c. Underflow Sumber: Ji 2007
2.3 Parameter Penunjang