503
Table 11. Tabel Logika Gerakan Pintu Bus
1.2 X 1.4 Y
tidak tentu 1
1 sil. mundur pintu membuka
1 1
sil. mundur pintu membuka 1
1 1
sil. mundur pintu membuka 1
1 sil. mundur pintu membuka
1 1
1 sil. mundur pintu membuka
1 1
1 sil. mundur pintu membuka
1 1
1 1
sil. mundur pintu membuka 1
1 1
sil. maju pintu menutup 1
1 1
1 tidak tentu
1 1
1 1
tidak tentu 1
1 1
1 1
tidak tentu 1
1 1
1 tidak tentu
1 1
1 1
1 tidak tentu
1 1
1 1
1 tidak tentu
1 1
1 1
1 1
tidak tentu Keterangan :
= tidak ada tekanan udara pada saluran 1.2 X dan saluran 1.4 Y
= ada tekanan udara pada kedua saluran 1.2 X dan 1.4 Y
1V
4
A KETERANGAN
1S
1
1S
2
1S
3
1S
4
11.1.2 Untuk Saluran 1.2 X
Persamaan matematisnya :
4 3
2 1
4 3
2 1
S S
S S
S S
S S
X Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
=
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
X
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ ∨
Λ Λ
Λ =
504
11.1.3 Diagram Karnought :
Untuk saluran 1.4 Y Persamaan matematisnya :
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
Y Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
=
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
4 3
2 1
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
S S
Y Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
∨ Λ
Λ Λ
=
Gambar 68. Diagram Karnought untuk saluran 1.2 X
S
1
S
2
S
3
S
4 4
3 2
S S
S X
∨ ∨
=
505
11.1.4 Diagram Karnought
Cara Kerja Rangkaian Pintu Bus dengan Kontrol Pneumatik Pada saat bus sedang menunggu penumpang di terminal, halte ataupun
tempat-tempat pemberhentian bus lainnya, maka pintu dikondisikan terbuka terus. Hal ini dimungkinkan dengan mengoperasikan katup S
4
. Ketika katup S
4
dioperasikan, saluran 1 terbuka, saluran 3 tertutup, aliran udara dari saluran 1 ke saluran 2 menuju
saluran 1.2 X pada katup V
4
melalui katup V
3
. Aliran udara pada katup V
4
adalah udara masuk saluran 1 keluar saluran 2 menuju saluran silinder bagian depan melalui
katup V
6
. Udara mendorong silinder ke belakang A-. Udara dalam silinder bagian
belakang didorong keluar menuju saluran 4 dan keluar saluran 5 pada katup V
4
melalui
katup V
5
. Dengan gerakan A- silinder mundur maka pintu bus akan terbuka. Pada
saat kondisi pintu bus terbuka maksimal, akan mengaktifkan katup S
1
. Sehingga aliran
udara pada katup S
1
adalah saluran 1 terbuka, saluran 3 tertutup, udara mengalir dari
saluran 1 ke saluran 2 dan selanjutnya diteruskan ke katup V
1
. Aliran udara ini akan
mengaktifkan katup V
1
sehingga udara dari kompresor akan mengalir ke katup V
4
melalui saluran 1.4 Y. Pada saat yang bersamaan, pada saluran 1.2 X masih terdapat udara mampat sehingga kondisi ini tidak akan mempengaruhi posisi katup V
4
. Posisi silinder masih dalam kondisi awal dan posisi pintu bus masih dalam keadaan
terbuka terus. lihat gambar 70
1 1
1 1
1 1
1 1
S
4
S
3
S
2
S
1
1
S Y
=
Gambar 69. Diagram Karnought untuk saluran 1.4 Y
506
Silinder 1 A 1S
1
1V
5
1V
6
1.2 Y 1.4 Y
1V
3
1S
4
1S
1
1 3
2 1
2 3
1 2
4 5
3 1V
4
1V
1
Sopir
Gambar 70. Membuka pintu bus dengan menggunakan katup S
4
Pada saat bus akan berangkat, sopirkondektur bus harus menutup pintu bus
terlebih dahulu. Untuk itu maka katup S
4
harus dikembalikan ke posisi semula. Saluran 1 tertutup dan saluran 3 terbuka. Udara mampat pada saluran 1.2 X akan mengalir ke
katup V
3
menuju saluran 2 dan dibuang melalui saluran 3 pada katup S
4
. Akibatnya
udara pada saluran 1.4 Y akan mendorong katup V
4
sehingga aliran udara pada
katup V
4
adalah udara dari kompresor masuk saluran 1 diteruskan ke saluran 4 menuju
katup V
5
dan kemudian masuk ke saluran silinder bagian belakang. Udara pada bagian
depan akan didorong ke luar melewati katup V
6
menuju saluran 2 dan dibuang melalui
saluran 3 pada katup V
4
. Dengan gerakan maju ini A+, pintu bus akan segera tertutup lihat gambar 71
S
1
S
4
507
Silinder 1 A 1S
1
1V
5
1V
6
1.2 X 1.4 Y
1V
3
1S
4
1S
1
1 3
2 1
2 3
1 2
4 5
3
1V
1
Sopir 1V
4
Gambar 71. Menutup pintu bus dengan menggunakan katup S
4
Apabila di tengah perjalanan ada penumpang yang akan turun, maka untuk
membuka pintu, penumpang tinggal menekan katup S
2
. Pada waktu katup S
2
ditekan maka saluran 1 terbuka dan saluran 3 tertutup. Aliran udara dari saluran 1 menuju
saluran 2 untuk selanjutnya diteruskan ke V
2
dan V
3
, kemudian menuju ke katup V
4
melalui saluran 1.2 X. Aliran udara pada katup V
4
udara masuk saluran 1 menuju
saluran 2 kemudian diteruskan ke katup V
6
. Selanjutnya diteruskan ke silinder melalui saluran bagian depan. Udara mendorong silinder ke belakang. Udara pada bagian
belakang silinder akan didorong ke luar melalui katup V
5
menuju saluran 4 dan dibuang melalui saluran 5. Silinder bergerak mundur A- dan pintu bus terbuka lihat gambar
72.
S
1
S
4
508
Silinder 1 A 1S
1
1V
5
1V
6
1.2 X 1.4 Y
1V
3
1V
2
1S
2
1S
1
1 3
2 1
2 3
1 2
4 5
3 1V
4
1V
1
Pintu bus
Gambar 72. Membuka pintu bus dengan menggunakan katup S
2
Pada waktu pintu terbuka maksimal maka akan mengaktifkan katup S
1
. Dengan
terbukanya katup S
1
, maka katup V
1
akan mengalirkan udara dari kompresor menuju
katup V
4
melalui saluran 1.4 Y. Pada saat udara masuk ke saluran 1.4 Y, pada
saluran 1.2 X tidak ada udara mampat karena pada saat katup S
2
dilepas maka posisi akan kembali ke posisi awal. Sehingga udara pada saluran 1.2 X akan segera
dibuang ke udara bebas melalui saluran 3 pada katup S
2
. Akibatnya silinder akan bergerak maju A+ dan pintu bus akan segera menutup kembali lihat gambar 73.
S
1
S
2
509
Silinder 1 A 1S
1
1V
5
1V
6
1.2 X 1.4 Y
1V
3
1V
2
1S
2
1S
1
1 3
2 1
2 3
1 2
4 5
3 1V
4
1V
1
Pintu bus
Gambar 74. Menutup pintu bus dengan menggunakan katup S
2
Apabila akan menaikkan penumpang di tengah perjalanan, maka untuk membuka pintu bus, dilakukan oleh sopir atau kondektur bus tersebut yaitu dengan
cara menekan katup S
3
. Ketika katup ditekan, maka saluran 1 terbuka, saluran 3 tertutup, udara mengalir dari saluran 1 ke saluran 2 untuk selanjutnya diteruskan ke
saluran 1.2 X pada katup V
4
melalui katup V
2
dan katup V
3
. Aliran udara ini akan
mengubah arah aliran pada katup V
4
yaitu udara masuk dari saluran 1 ke saluran 2
menuju katup V
6
. Selanjutnya masuk ke silinder melalui saluran bagian depan. Silinder bergerak mundur A- dan pintu bus akan terbuka lihat gambar 75
S
1
S
2
510
Silinder 1 A 1S
1
1V
5
1V
6
1.2 X 1.4 Y
1V
3
1V
2
1S
3
1S
1
1 3
2 1
2 3
1 2
4 5
3 1V
4
1V
1
Sopir
Gambar 75. Membuka pintu bus dengan menggunakan katup S
3
Pada saat pintu terbuka maksimal maka akan mengaktifkan katup S
1
sehingga
udara dari kompresor akan mengalir dari saluran 1 ke saluran 2 menuju katup V
1
.
Dengan terbukanya katup V
1
, maka udara dari kompresor akan masuk ke katup V
4
melalui saluran 1.4 Y. Akibatnya udara dari kompresor akan mengalir dari saluran 1 ke saluran 4 menuju katup V
5
menuju silinder bagian belakang. Maka silinder akan bergerak maju A+ dan pintu akan tertutup kembali lihat gambar 76.
S
1
S
2
511
Silinder 1 A 1S
1
1V
5
1V
6
1.2 X 1.4 Y
1V
3
1V
2
1S
3
1S
1
1 3
2 1
2 3
1 2
4 5
3 1V
4
1V
1
Sopir
Gambar 76. Menutup pintu bus dengan menggunakan katup S
3
Fungsi-fungsi katup V
5
dan V
6
adalah untuk mengatur kecepatan gerak pintu
bus pada saat membuka dan menutup. Katup V
1
merupakan katup tunda waktu. Katup ini berfungsi untuk memberikan selang waktu pintu bus menutup kembali setelah pintu
bus terbuka. Sedangkan katup V
2
dan V
3
merupakan katup balik fungsi “ATAU” yang
memungkinkan pintu bus dapat dioperasikan dengan menggunakan beberapa jenis katup pneumatik menurut situasi dan kondisi pada saat pintu bus tersebut
dioperasikan. Sistim pneumatik juga bisa digunakan untuk melakukan gerakan yang selama
ini digerakan oleh tenaga manusia seperti menekan menyetempel benda kerja, memotong, membuat profil pada plat, dan lain-lain, seperti di bawah ini :
11.2 Penahanpenjepit benda ragum