Jika dilihat dari kombinasinya, umumnya OSB dengan kombinasi yang terdapat jenis bambu ampel pada
bagian tengah papan OSB menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan OSB lain dengan kombinasi yang
terdapat jenis bambu betung dan bambu andong pada tengah papan OSB. Hasil penelitian yang dilakukan Fatriasari dan
Hermiati 2008 menurut mereka berdasarkan hasil rekapitulasi penilaian sifat morfologi serat dan sifat fisis-
kimia enam jenis bambu yang, bambu betung memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan bambu andong sedangkan
bambu ampel berada pada urutan terakhir. Menurut Gollob dan Wellons, 1990 dalam Ruhendi
et al. 2007 mengatakan bahwa jika dilihat dari faktor kadar perekat, hasil yang ditunjukkan bervariasi. Peningkatan kadar
perekat tidak selalu menghasilkan nilai yang lebih tinggi karena untuk menghasilkan kekuatan yang tinggi perekat
harus masuk ke dalam kayu penetrates dan membahasi permukaan kayu. Selain itu Ruhendi menambahkan bahwa
selain masuk namun serat kayu tidak boleh rusak. Standar JIS A 5908 2003 mensyaratkan standar
MOR tegaklurus serat minimal 102 kgfcm
2
, maka nilai MOR kering tegaklurus serat OSB hasil penelitian
seluruhnya memenuhi standar. Standar CSA 0437.0 Grade O-2 mensyaratkan nilai MOR tegaklurus serat minimal 126
kgfcm
2
, nilai MOR kering tegak lurus serat OSB hasil penelitian juga seluruhnya memenuhi standar
4.2.2.2 Modulus Patah Basah
Hasil pengujiian modulus patah basah OSB sejajar serat dan tegak lurus serat secara lengkap disajikan pada
Lampiran 16 dan 17, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Gambar 16 dan 17.
Gambar 16. Histogram MOR Basah Sejajar Serat OSB Nilai rata-rata MOR basah sejajar serat OSB hasil
penelitian berkisar antara 50-359 kgfcm
2
. Nilai rata-rata MOR basah sejajar serat terendah 50 kgfcm
2
terdapat pada OSB kombinasi strand BAB dengan aplikasi perekat
menggunakan konsentrasi 5. Sedangkan nilai rata-rata MOR basah sejajar serat tertinggi 359 kgfcm
2
terdapat pada OSB kombinasi strand ABA dengan aplikasi perekat
menggunakan konsentrasi 5. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan
menggunakan taraf nyata alpha 5 dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu dan interaksi
antara kombinasi jenis strand dengan kadar perekat masing- masing berpengaruh sangat nyata terhadap MOR basah
sejajar serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang kurang dari 0.01. sedangkan untuk faktor kadar perekat memiliki
pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap MOR basah sejajar serat OSB. Untuk mengetahui taraf-taraf mana yang
pengaruhnya berbeda atau sama terhadap MOR basah sejajar serat OSB digunakan uji lanjut yakni uji perbandingan
berganda Duncan.
50 100
150 200
250 300
350 400
AAA ABA
ACA BBB
BAB BCB
CCC CAC
CBC MO
R b
a s
a h
K g
f c
m ²
Kombinasi Strand
Kadar perekat 3 Kadar perekat 4
Kadar perekat 5
Berdasarkan uji lanjut Duncan kombinasi strand Bambu dan kadar perekat memiliki pengaruh yang hampir
sama atau tidak berbeda nyata terhadap MOR basah sejajar serat OSB. Interaksi antara faktor kombinasi jenis strand
kayu dengan faktor kadar perekat terbagi atas beberapa grup memberikan perngaruh yang berbeda dengan kombinasi
strand yang lain terhadap MOR basah sejajar serat OSB.
Gambar 17. Histogram MOR Basah Tegak Lurus Serat OSB
Nilai rata-rata MOR basah tegak lurus serat OSB hasil penelitian berkisar antara 102-300 kgfcm
2
. Nilai rata-rata MOR basah tegak lurus serat terendah 102 kgfcm
2
terdapat pada OSB kombinasi strand BAB dengan aplikasi perekat
menggunakan konsentrasi 5. Sedangkan nilai rata-rata MOR basah tegak lurus serat tertinggi 300 kgfcm
2
terdapat pada OSB kombinasi strand AAA dengan aplikasi perekat
menggunakan konsentrasi 5. Berdasarkan tabel anova Lampiran 22, dengan
menggunakan taraf nyata alpha 5 dapat disimpulkan bahwa faktor kombinasi jenis strand bambu, faktor kadar
perekat, dan interaksi antara keduanya masing-masing
50 100
150 200
250 300
350
AAA ABA
ACA BBB
BAB BCB
CCC CAC
CBC MO
R ┴
b as
ah K
gf cm
²
Kombinasi Strand
Kadar perekat 3 Kadar perekat 4
Kadar perekat 5
berpengaruh tidak nyata terhadap MOR basah tegak lurus serat OSB. Ini terlihat dari p-value yang lebih dari 0.05.
Berdasarkan data pada nilai MOR basah baik sejajar ataupun tegak lurus maka terlihat nilainya yang cukup jauh
berbeda dibandingkan dengan nilai MOR papan OSB kering baik sejajar ataupun tegak lurus.keadaan ini diperkuat dengan
pendapat Tsoumis 1991 yang
menyatakan bahwa
peningkatan kadar air akan mengurangi kekuatan. Selain itu kombinasi bambu juga mempengaruhi nilai MOR yang di
hasilkan. Jika dilihat dari faktor perekat, umumnya peningkatan kadar perekat menghasilkan nilai yang lebih
tinggi karena perekat yang terdistribusi dengan baik ke seluruh permukaan strand akan mengurangi penyerapan
terhadap air. Hasil dari penelitian ini tidak bisa dibandingkan
dengaan menggunakan Standar JIS A 5908 2003 dan standar CSA 0437.0 Grade O-2 karena keduanya tidak
menetapkan nilai Modulus Patah Basah OSB.
4.2.3 Kekuatan Rekat Internal Bond