Diagram Sebab Akibat PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Sumber: PT. Salix Bintama Prima Keahlian menentukan kombinasi yang tepat pada parameter proses untuk menghasilkan pelet kayu berkualitas dipengaruhi oleh keterampilan operator dalam menguasai pengetahuan mengenai pengaruh parameter proses terhadap kualitas. Operator I bertugas mengecek kualitas dan mengambil keputusan untuk menaikkan nilai atau menurunkan nilai parameter proses. Operator II bekerja sesuai komando operator I. Peforma mesin dan hasil produksi sangat dipengaruhi oleh keterampilan dan kerjasama tim. Pengalaman kerja dan pelatihan yang dialami operator berbeda-beda sehingga keahlian operator tidak seragam yang dapat mempengaruhi metode kerja operator. Tabel 5.12. menampilakan pengalaman kerja dan pelatihan operator bagian penjemuran dan mesin cetak. Tabel 5.12. Pengalaman Kerja dan Pelatihan Operator Bagian Penjemuran dan Mesin Cetak Bagian Nama Operator Lama Bekerja tahun Pelatihan Jenis Pelatihan Penjemuran Ardiasyah 2 - - Rahmadi 1 - - Joshua 4 2 minggu Mengendarai alat angkut. 2 minggu Produksi wood pellet Suparman 4 2 minggu Produksi wood pellet Anto 2 - - Birman 1 - - Mesin Cetak Paulus 4 2 minggu Produksi wood pellet Ahmad 2 - - Erwin 4 1 minggu Kepemimpinan 2 minggu Produksi wood pellet Dian 1 - - Sumber: PT. Salix Bintama Prima 2. Bahan Penyebab terjadinya kecacatan karena bahan adalah penggunaan bahan dengan tidak sesuai untuk kebutuhan produk. Kayu yang sudah lapuk atau sudah mengalami pengolahan terlebih dahulu sering kali sudah memiliki kandungan lignin kurang dari kayu yang segar. Lignin berguna sebagai perekat pada pelet kayu. Pelet yang kurang perekat cenderung pecah melepaskan serbuk. Pemeriksaan bahan yang diterima selama ini dilakukan di bagian penghancuran yaitu pada conveyor menuju mesin chipper. Kayu yang tidak sesuai standar dan kotoran logam, karet, plastik, bebatuan dipilih dan dipisahkan. 3. Metode kerja Ditinjau dari segi metode kerja, kecacatan dapat terjadi karena parameter mesin tidak sesuai dengan kebutuhan. Parameter mesin yang dianggap mempengaruhikecacatan serbuk adalah: a. Kadar air Kadar air bahan hasil penjemuran yang rendah akan mengakibatkan bahan tidak dapat membentuk karpet A dan terburai ketika ditekan B di dalam cetakan. Bahan baku tidak menghasilkan gesekan sehingga terburai ketika ditekan. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5.10. Gambar 5.10. Pencetakan Pelet Kayu pada Bahan Baku dengan Kadar Air Rendah Untuk mendapatkan kadar air yang sesuai standar maka perlu diperhatikan rotasi permukaan bahan, lamanya penjemuran, ketebalan tumpukan bahan dan jalur farm tractor. b. Suhu Suhu di bawah 40 C tidak akan membuat lignin mencair sehingga partikel tidak saling melekat dan pelet pecah. Pelet yang pecah akibat perekatan yang kurang akan menghasilkan serbuk. Semakin rapat jarak antar cetakan dan semakin cepat putaran setakan maka semakin meningkatkan suhu cetakan. c. Penyimpanan Ukuran kemasan yang besar semakin meningkatkan jumlah pelet pecah dan serbuk yang terbentuk. Pelet dikemas dalam goni plastik berkapasitas 825 Kg. Semakin besar kemasan maka semakin besar gaya yang diterima pelet kayu selama dalam kemasan sehingga pelet bergesekan dan tertimpa. Akibatnya terdapat serbuk yang dihasilkan selama penyimpanan. Kemasan yang lebih kecil akan memperpanjang umur pelet kayu. Hasil diskusi untuk kecacatan pecah adalah sebagai berikut: 1. Manusia Penyebab kecacatan pecah sesuai dengan penyebab kecacatan serbuk yang disebabkan oleh faktor manusia. Terjadi pada bagian penjemuran dan dan pencetakan, yang menyangkut kepada faktor kadar air, suhu dan tekanan. 2. Bahan Penyebab terjadinya kecacatan karena bahan adalah penggunaan bahan dengan standar mutu yang tidak sesuai untuk kebutuhan produk. Kayu yang sudah lapuk atau sudah mengalami pengolahan terlebih dahulu sering kali sudah memiliki kandungan lignin kurang dari kayu yang segar. Lignin berguna sebagai perekat pada pelet kayu. Lignin berguna sebagai perekat pada pelet kayu. Pelet yang kurang perekat cenderung pecah melepaskan serbuk. Kekerasan kayu mempengaruhi hasil penghacuran sehingga berpengaruh ke kecacatan pecah. 3. Metode kerja Ditinjau dari segi metode kerja, kecacatan dapat terjadi karena parameter mesin tidak sesuai dengan kebutuhan. Parameter proses yang dianggap mempengaruhi kecacatan pecah adalah: a. Kadar air Kadar air bahan hasil penjemuran yang tinggi akan mengahasilkan banyak uap air ketika pelet dipanaskan di dalam cetakan pelet. Hal ini membuat pelet memiliki kelembaban yang tinggi sehingga pelet menjadi lunak. Pelet yang lunak akan mudah pecah. b. Suhu Suhu di bawah 40 C tidak akan membuat lignin mencair sehingga partikel tidak saling melekat dan pelet pecah. Pelet yang pecah akibat perekatan yang kurang akan menghasilkan serbuk. c. Ukuran partikel Semakin besar ukuran partikel maka ikatan antar partikel semakin lemah karena gaya geseknya menurun. Ikatan antar partikel yang lemah akan membuat pelet mudah retak dan pecah. Pelet yang sudah dihancurkan dipisahkan dengan menggunakan dust separator yang memisahkan partikel berdasarkan ukuran menggunkan tenaga hisap dari angin yang dihasilkan blower. d. Komposisi Semakin banyak jumlah kayu yang digunakan sebagai bahan baku pelet kayu maka pelet semakin keras dan kokoh memiliki sifat kayu. Bila komposisi kayu lebih sedikit dari serbuk kayu maka pelet menjadi lunak dan mudah pecah. e. Kelembaban Pendinginan yang tidak sempurna akan membuat pelet memiliki kelembaban 8. Pelet yang memiliki kelembaban tinggi akan lunak, permukaan tidak mengkilat dan retak sehingga mudah pecah. Penyimpanan pada ruangan yang lembab dan tanpa dialasi palet kayu akan semakin meningkatkan kelembaban pelet kayu. Ukuran kemasan yang besar semakin meningkatkan jumlah pelet pecah dan serbuk yang terbentuk. Diagram sebab akibat untuk kecacatan pecah dan kecacatan serbuk dapat dilihat pada Gambar 5.11. dan Gambar 5.12. V-64 Serbuk Manusia Bahan Metode Rotasi permukaan bahan Jalur farm tractor Kadar air Suhu Jarak antar cetakan Kandungan lignin Kayu olahan Kayu mentah Kayu lapuk Kecepatan putaran Tekanan Ukuran kemasan Penyimpanan Lama penjemuran Keterampilan Pengalaman Pelatihan ketebalan Gambar 5.11. Diagram Sebab Akibat Kecacatan Serbuk Sumber : Pengolahan Data Pecah Manusia Bahan Kekerasan kayu Kayu olahan Kayu mentah Lama kayu setelah ditebang Usia kayu Ukuran partikel penyimpanan kelembapan pendinginan Rotasi Jalur farm tractor Kadar air Metode suhu Jarak antar cetakan Kecepatan putaran Kandungan lignin Kayu olahan Kayu mentah Kayu lapuk Lama penjemuran Pemisahan Lama pengadukan Aliran input Komposisi Tekanan Pengalaman Pelatihan Keterampilan Penghancuran kemasan Ketebalan Gambar 5.12. Diagram Sebab Akibat Kecacatan Pecah Sumber : Pengolahan Data V-64

5.9. Metode Taguchi

Masalah atau fokus yang akan diselidiki dalam eksperimen adalah rendahnya kualitas pelet hasil proses peletizing yaitu tingginya persentase pelet yang gagal terbentuk dilihat dari remah peletpelet pecah dan abu pada keluaran mesin.

5.9.1. Penentuan Variabel Tak Bebas

Variabel tak bebas yang dijadikan karakteristik kualitas adalah karakteristik atribut yaitu pelet yang pecah dan abu. Karakteristik yang digunakan yaitu smaller the better.

5.9.2. Identifikasi Faktor-faktor

Diagram tulang ikan pada metode seven tools menunjukkan faktor yang mempengaruhi kualitas adalah kemampuan operator, material yang diolah, dan metode produksi yaitu kadar air, suhu dan tekanan pencetakan, komposisi bahan baku dan ukuran partikel serta kelembaban. Faktor yang diidentifikasi tersebut masih tercampur antar faktor kontrol dan faktor gangguan, maka dilakukan klasifikasi faktor kontrol dan faktor gangguan. Faktor kontrol yaitu kadar air, suhu dan tekanan pencetakan, komposisi bahan baku dan ukuran partikel . Faktor noise gangguan adalah kemampuan operator, material yang diolah, serta kelembaban.

5.9.3. Pemilihan Jumlah Level

Dilakukan pengkodean untuk faktor kontrol. Pemilihan jumlah level penting artinya untuk ketelitian hasil eksperimen dan ongkos pelaksanaan eksperimen. Makin banyak level yang diteliti maka hasil eksperimen akan lebih teliti karena data yang diperoleh lebih banyak. Tetapi banyaknya level akan meningkatkan jumlah pengamatan sehingga menaikkan ongkos eksperimen. Nilai level yang digunakan adalah nilai kritis yaitu nilai minimum dan nilai maksimum 2 level sehingga didapatkan jumlah dan nilai level untuk setiap faktor. Jumlah level dan nilai level tiap faktor dapat dilihat pada Tabel 5.13. Tabel 5.13. Jumlah level dan Nilai Level Faktor Kode Faktor Level 1 Level 2 A Kadar Air bahan baku 10 15 B Komposisi Kayu : Serbuk kayu 60 : 40 40 : 60 C Ukuran Saringan Partikel 10 20 D Tekanan Pencetakan 60 90 E Suhu Cetakan 40 50 Sumber: Pengolahan Data

5.9.4. Perhitungan Derajad Kebebasan

Dalam penelitian ini terdapat 5 faktor dan 2 interaksi dengan 2 level maka perhitungan derajad kebebasan dapat dilihat pada Tabel 5.14. Tabel 5.14. Perhitungan Derajad Kebebasan Faktor Derajad Kebebasan dof Hasil A 2-1 1 B 2-1 1 C 2-1 1 D 2-1 1 E 2-1 1 D x E 2-1 x 2-1 1 Total Derajat Kebebasan dof 6 Sumber: Pengolahan Data

5.9.5. Pemilihan Matriks Ortogonal

Jumlah derajad kebebasan dalam penelitian ini adalah 6. Pemilihan matriks ortogonal yang sesuai dengan eksperimen ini adalah matriks ortogonal yang memiliki derajad kebebasan yang lebih besar atau sama dengan derajad kebebasan faktor dan level di dalam eksperimen. Perhitungan derajad kebebasan untuk matriks ortogonal L 4 2 3 adalah sebagai berikut: Derajad kebebasan = banyaknya faktor x banyaknya level – 1 = 3 x 2-1 = 3 derajad kebebasan Perhitungan derajad kebebasan untuk matriks ortogonal L 8 2 7 adalah sebagai berikut: Derajad kebebasan = banyaknya faktor x banyaknya level – 1 = 7 x 2-1 = 7 derajad kebebasan Berdasarkan hasil perhitungan derajad kebebasan matriks ortogonal maka dipilihlah matrik ortogonal L 8 2 7 dengan nilai derajad kebebasan 7.

5.9.6. Penempatan Kolom untuk Faktor dan Interaksi Ke Dalam Matriks

Dokumen yang terkait

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

3 74 112

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

0 0 15

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

0 0 1

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

0 0 9

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

0 0 17

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

0 0 1

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Peningkatan Dan Pengendalian Kualitas Rubber Wood Pellet Menggunakan Metode Taguchi Dan Failure Mode And Effect Analysis (Fmea) Di Pt. Salix Bintama Prima

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Peningkatan Dan Pengendalian Kualitas Rubber Wood Pellet Menggunakan Metode Taguchi Dan Failure Mode And Effect Analysis (Fmea) Di Pt. Salix Bintama Prima

0 0 11

Peningkatan Dan Pengendalian Kualitas Rubber Wood Pellet Menggunakan Metode Taguchi Dan Failure Mode And Effect Analysis (Fmea) Di Pt. Salix Bintama Prima

0 1 19