Teknik Sampling Pengambilan Sampel

Pada teknik ini elemen sampel unit terdiri dari kelompok sampel. Penerapan sampling kelompok misalnya pada penelitian pengeluaran rumah tangga untuk tabungan di Jakarta, elemennya bukan rumah tangga tetapi RT rukun tetangga yang terdiri dari beberapa rumah tangga. Misalnya apabila populasi terdiri dari 500 elemen, mungkin dikelompokkan dalam 10 kelompok cluster masing-masing terdiri dari 50 elemen. Jadi kita memilih beberapa kelompok dari 10 kelompok tersebut sebagai sampel baik dengan cara acak penuh atau sistematik. Perlu ditetakan dalam menggunakan sampling kelompok dianjurkan banyaknya kelompok minimal 20. Sytematic sampling. Sampling acak sistematis adalah pemilihan elemen dilakukan dengan cara, setelah elemen pertama dipilih secara acak, elemen berikutnya dipilih dengan jarak yang sama yaitu sejarak k dimana k diperoleh dengan jalan membagi banyaknya elemen populasi N dengan banyaknya elemen sampel n. K = Nn Keterangan= K= Interval sampling N= Banyaknya elemen populasi n= banyaknya sampel Apabila k adalah 15 dan unit sampel pertama yang diambil adalah 13, maka sampel berikutnya adalah 28, 43, 58, dan seterusnya. Unit pertama yang terpilih menentukan keseluruhan sampel. 3. Stratified sampling. Sampling acak berlapis adalah sampling dimana pengambilan elemen tidak dilakukan secara langsung tetapi dengan cara sebagai berikut: Pertama, populasi dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil disebut stratum atau lapisan. Setiap stratum dapat diperlakukan sebagai populasi tersendiri sub-population. Pembuatan stratum harus sehomogen mungkin. Kedua, karena setiap stratum merupakan populasi tersendiri, dari setiap stratum diambil sampel secara acak dan dibuat perkiraan. Ketiga, dibuat perkiraan gabungan untuk mewakili populasi. Dihitung nilai rata-rata dan jumlah populasi sebelum dikelompokkan. Dihitung jumlah sampel yang harus diambil dari setiap kelompok. Jumlah sampel minimal yang diambil adalah 2. Maka dihitung nilai rata-rata perkiraan untuk setiap kelompok. 4. Proportional sampling. Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut. Cara ini memberi landasan generalisasi yang lebih dapat dipertanggung jawabkan daripada tanpa memperhitungkan besar kecilnya sub populasi dan tiap-tiap sub populasi. Teknik non random sampling adalah cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Penelitian-penelitian ada kalanya menggunakan teknik ini karena mempertimbangkan faktor-faktor tertentu misalnya: umur, tingkat kedewasaan, tingkat kecerdasan dan lain-lain. Macam-macam sampling dalam non random sampling adalah: 1. Purposive sampling. Teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang dalam populasi yang mudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat-sifat yang spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel. 2. Quota sampling. Teknik ini menghendaki pengambilan sampel berdasarkan jumlah tertentu yang harus dipenuhi. Penelitian ini harus terlebih dahulu menetapan jumlah subyek yang akan diselidiki. Subyek-subyek populasi harus ditetapkan kriterianya untuk menetapkan kriteria sampel. Ciri pokok dalam quota sampling adalah bahwa jumlah subyek yang telah ditetapkan akan terpenuhi. 3. Double sampling. Teknik double sampling adalah pengambilan sampel yang mengusahakan adanya sampel kembar. Yang dimaksudkan dengan sampel kembar yaitu sampel yang diperoleh misalnya secara angket terutama angket yang terkirim lewat pos. Dari cara itu, ada angket yang kembali dan ada angket yang tak kembali. Masing-masing kelompok dicatat, kemudian bagi angket yang tidak kembali dipertegas dengan wawancara. 4. Area probability sampling. Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel yang mendasarkan pada pemagian area daerah-daerah yang ada pada populasi. Artinya daerah yang ada pada populasi di bagi-bagi menjadi beberapa daerah yang lebih kecil. 5. Convinience sampling. Convinience sampling merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada disitu atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Secara kebetulan atau siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.

3.2.2. Penentuan Jumlah Sampel

10 1. Pendapat Slovin Pengambilan jumlah sampel tergantung pada kondisi populasinya. Apabila populasinya sangat homogen, maka pengambilan sampel secukupnya saja. Akan tetapi, apabila kondisi populasinya sangat heterogen, maka pengambilan sampelnya harus memperhatikan bahwa tiap tingkatan populasi harus terwakili. Hal yang perlu diperhatikan bahwa pengambilan sampel harus melebihi banyaknya variabel yang akan diukur pada populasi tersebut. Ada beberapa macam cara untuk mengetahui ukuran sampel yang diambil sebagai perwakilan dari suatu populasi, salah satunya yaitu : Menurut Slovin, jumlah sampel yang dapat diambil adalah: 10 Noor, Juliansyah, ibid hal 158 Dimana: n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.

3.3. Peningkatan Kualitas

11 Peningkatan kualitas harus menjadi tujuan dari semua perusahaan dan individu. Itu meningkatkan tingkat pengembalian atau keuntungan dengan Upaya untuk mengurangi variabilitas proses maupun produksi barang- barang yang tidak sesuai harus terus berlangsung karena peningkatan kualitas adalah proses yang tidak pernah berakhir. Penyebab khusus dapat dikontrol oleh operator, namun penyebab umum membutuhkan perhatian manajemen. Oleh karena itu, peningkatan kualitas dapat mengambil tempat apabila upaya operator dan manajemen bergabung, dengan penekanan terutama pada pengambilan keputusan. Misalnya, keputusan untuk mengganti mesin penggilingan harus dilakukan oleh manajemen. Menghilangkan hasil penyebab umum dalam kemampuan proses perbaikan, yang diukur dengan variasi kurang dari luar. Oleh karena itu, jika perusahaan tertarik dalam menghilangkan akar penyebab masalah tersebut, management harus memulai tindakan pemecahan masalah. 11 Amitava Mitra, Fundamental of Quality Control and Improvement Second Edition, New Jersey :Prentice Hall, Upper Saddle River. h .19-20. meningkatkan produktivitas dan dengan penurunan biaya. Hal ini mendukung prinsip bahwa tidak ada penyimpangan dari standar yang diterima, yang mirip dengan prinsip fungsi kerugian yang dikembangkan dalam metode Taguchi. Walaupun jika variabilitas produk sekitar nilai target. Beberapa metode untuk peningkatan kualitas adalah seperti teknik grafis seperti analisis pareto, histogram, dan sebab akibat atau tulang ikan diagram. Teknik tambahan seperti analisis kemampuan. Peningkatan kualitas melalui desain juga dapat dicapai melalui teknik desain eksperimental dan metode Taguchi.

3.4. Pengendalian Kualitas dengan Seven Tools

12 1. Pareto Diagram Proses penyelesaian masalah dan perbaikan kualitas dengan menggunakan seven tools dapat membuat proses penyelesaian masalah menjadi lebih cepat dan sistematis. Konsep seven tools berasal dari Kaoru Ishikawa, ahli kualitas ternama dari Jepang. Kunci sukses untuk memecahkan masalah ini adalah kemampuan untuk mengidentifikasi masalah, menggunakan pendekatan seven tools berdasarkan masalah dasar, mengkomunikasikan solusi secara tepat kepada yang lain. Pengendalian kualitas terdiri atas: 13 12 Rosnani Ginting, Sistem Produksi, Yogyakarta :Graha Ilmu. h .304-320. 13 Dale H. Besterfield, Total Quality Management, New Jersey :Prentice-Hsall International .Inc. h .152-153.

Dokumen yang terkait

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

3 74 112

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

0 0 15

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

0 0 1

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

0 0 9

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

0 0 17

Penerapan Metode Taguchi Analysis dan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dalam Perbaikan Kualitas Crumb Rubber Sir 20 di PT Asahan Crumb Rubber

0 0 1

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN - Peningkatan Dan Pengendalian Kualitas Rubber Wood Pellet Menggunakan Metode Taguchi Dan Failure Mode And Effect Analysis (Fmea) Di Pt. Salix Bintama Prima

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Peningkatan Dan Pengendalian Kualitas Rubber Wood Pellet Menggunakan Metode Taguchi Dan Failure Mode And Effect Analysis (Fmea) Di Pt. Salix Bintama Prima

0 0 11

Peningkatan Dan Pengendalian Kualitas Rubber Wood Pellet Menggunakan Metode Taguchi Dan Failure Mode And Effect Analysis (Fmea) Di Pt. Salix Bintama Prima

0 1 19