8
Dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol, disebutkan bahwa jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem
jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk
penggunaan jalan tol. Lebih lanjut dalam pasal 5 disebutkan bahwa, persyaratan teknis jalan tol harus mempunyai tingkat pelayanan keamanan dan kenyamanan
yang lebih tinggi dari jalan umum yang ada dan dapat melayani arus lalu lintas jarak jauh dengan mobilitas tinggi. Jalan tol yang digunakan untuk lalu lintas
antarkota didisain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 80 delapan puluh kilometer per jam dan untuk jalan tol di wilayah perkotaan didesain dengan
kecepatan rencana paling rendah 60 enam puluh kilometer per jam. Pada pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2005 dijelaskan bahwa
jalan tol harus mempunyai spesifikasi: tidak ada persimpangan sebidang dengan ruas jalan lain atau dengan prasarana transportasi lainnya; jumlah jalan masuk dan
jalan keluar ke dan dari jalan tol dibatasi secara efisien dan semua jalan masuk dan jalan keluar harus terkendali secara penuh; jarak antar simpang-susun, paling
rendah 5 lima kilometer untuk jalan tol luar perkotaan dan paling rendah 2 dua kilometer untuk jalan tol dalam perkotaan; jumlah lajur sekurang-kurangnya dua
lajur per arah; menggunakan pemisah tengah atau median; dan lebar bahu jalan sebelah luar harus dapat dipergunakan sebagai jalur lalu-lintas sementara dalam
keadaan darurat.
2.2. Masalah-masalah yang Ditimbulkan oleh Lalu-lintas Jalan RayaTol
Jalan raya dan jalan tol merupakan titik tertinggi konsentrasi kendaraan yang menimbulkan masalah kebisingan bagi daerah di sekitarnya. Tingkat
kebisingan lalu-lintas tergantung pada volume kendaraan, tipe atau jenis dan kondisi kendaraan, kecepatan, keadaan permukaan jalan dan kedataran jalan
Haris dan Dines, 1988. Permasalahan pokok yang dihadapi oleh transportasi perkotaan di Indonesia adalah: a belum ada landasan hukum yang mengatur
secara khusus tentang penyelenggaraan transportasi perkotaan; b kemacetan lalu lintas; c pelayanan angkutan umum kurang memadai; d pencemaran akibat
kendaraan bermotor; dan e jumlah kejadian kecelakaan yang semakin
9
meningkat. Ini menunjukkan perhatian dan usaha yang masih kurang, dimana Undang-undang yang ada saat ini hanya mengatur transportasi perkotaan secara
parsial. Kebisingan yang disebabkan oleh kendaraan di jalan bersumber dari suara
mesin kendaraan, gesekan ban dengan jalan dan kecepatan kendaraan. Menurut Davis dan Cornwell 1990 dalam Widagdo 2003 bahwa tingkat kebisingan
kendaraan tergantung dari jenis kendaraan. Mesin diesel truk memiliki 8-10 dB lebih besar daripada mesin berbahan bakar bensin. Namun demikian, total
kontribusi kendaraan selain truk kebisingan lingkungan lebih besar karena jumlahnya yang lebih banyak beroperasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP- 48MENLH111996, ditetapkan mengenai Baku Tingkat Kebisingan pada
berbagai peruntukan kawasan atau lingkungan kesehatan. Baku tingkat kebisingan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Baku Tingkat Kebisingan KepMNLH No. KEP-48MENLH111996
Peruntukan KawasanLingkungan Kesehatan Tingkat Kebisingan
dBA
a. Peruntukan Kawasan:
1. Perumahan dan permukiman 55
2. Perdagangan dan jasa 70
3. Perkantoran dan perdagangan 65
4. Ruang terbuka hijau 50
5. Industri
70 6. Pemerintahan dan fasilitas umum
60 7.
Rekreasi 70
8. Khusus: - Bandar udara
- Stasiun kereta api 60
- Pelabuhan laut 70
- Cagar budaya
b. Lingkungan Kegiatan: