Tujuan Ikan Nila Produksi Senyawa Antibakteri Isolat Bakteri NS(9) dari Bekasam Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
banyak dikenal di daerah Jawa Tengah dan Sumatera Selatan. Bekasam dibuat dari ikan air tawar atau laut yang difermentasi spontan oleh mikroba alami selama
satu sampai dua minggu. Pengolahan bekasam di daerah Kalimantan Selatan umumnya dikenal dengan nama samu. Bahan baku berupa ikan gabus, betok,
sepat siam, dan sepat rawa dengan penambahan garam sekitar 15 – 20 dan ditambahkan samu atau beras gingseng sebanyak 15, kemudian difermentasi
kurang lebih satu minggu sampai menghasilkan aroma dan rasa yang khas bekasam Adawyah 2007. Makanan yang pengolahannya serupa dengan bekasam
ditemukan di Thailand, yang dikenal dengan nama plaa-som. Menurut Kopermsub dan Yunchalard 2010, fermentasi yang terjadi selama proses
pembuatan akan mengubah rasa, aroma, dan tekstur. Nilai pH produk yang menurun akan menjamin kualitas dan keamanan.
Pengolahan bekasam di Indonesia merupakan pengolahan hasil perikanan secara tradisional yang masih banyak ditemukan. Persentasi penggunaan teknologi
tradisional ini adalah sekitar 49 dari total keseluruhan konsumsi ikan Negara per kapital per tahun, dimana 30,5 dari total tersebut diolah secara tradisional
menggunakan teknik penggaraman dan fermentasi Astawan 1997. Besarnya produksi pengolahan perikanan tradisional berbasis fermentasi seperti bekasam
inilah yang merupakan potensi besar yang perlu dikaji lanjut untuk mengetahui adanya kandungan senyawa antibakteri hasil produksi bakteri asam laktat yang
terdapat pada produk tersebut.