Penapisan Senyawa Antibakteri dari Isolat NS9

fermentasi glukosa menunjukkan bahwa isolat NS9 tidak menghasilkan gas karbon dioksida dalam jumlah yang besar. Menurut Hayward 1957, ketiadaan gas yang terbentuk pada isolat NS9 menunjukkan bahwa isolat NS9 diduga merupakan bakteri homofermentatif. Pendeteksian bakteri asam laktat dengan metode lain adalah dengan penambahan kalsium karbonat CaCO 3 pada media agar MRS steril yang ditumbuhkan isolat NS9 diatasnya. Hasil pendeteksian asam laktat pada media agar MRS yang telah ditambahkan CaCO 3 dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Perbandingan antara MRSA + CaCO 3 yang steril kiri dan yang sudah ditumbuhi isolat NS9 kanan. Media agar MRS + CaCO 3 yang steril terlihat keruh dan tidak terlalu transparan karena ada kandungan CaCO 3 yang ada di dalam media agar MRS tersebut, sedangkan media agar MRS + CaCO 3 yang sudah ditumbuhi isolat NS9 terlihat lebih transparan Gambar 6. Hal ini disebabkan karena CaCO 3 yang terkandung dalam media agar MRS tersebut bereaksi dengan asam laktat yang dihasilkan NS9 menjadi kalsium laktat sehingga warna media yang terlihat menjadi lebih bening dibandingkan media agar MRS + CaCO 3 yang tidak ditumbuhi isolat NS9. Hal ini sesuai dengan penelitian Kopermsub dan Yunchalard 2010 yang menyatakan bahwa asam laktat dapat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium laktat dan membuat warna media menjadi lebih jernih.

4.2 Penapisan Senyawa Antibakteri dari Isolat NS9

Penapisan senyawa antibakteri dari isolat NS9 bertujuan untuk mengetahui potensi dan jenis antibakteri yang dihasilkan oleh isolat NS9. Isolat NS9 yang telah dikultivasi selama 24 jam diambil supernatannya yang telah diberi kode A, N, dan E. Ketiga substansi tersebut diuji aktivitas antibakteri pada lima bakteri patogen pada makanan yang menjadi bakteri uji, yaitu Escherichia coli, Listeria monocytogenes, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus dan Salmonella typhimurium. Hasil uji aktivitas antibakteri dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil uji aktivitas antibakteri Keterangan: A = supernatan kondisi asam tidak dinetralkan N = supernatan dinetralkan dengan NaOH E = supernatan dinetralkan dan diendapkan dengan amonium sulfat 50 - = tidak terdeteksi Aktivitas antibakteri positif ditunjukkan pada substansi yang tidak diberi perlakuan, atau dengan kondisi asam yang dipertahankan. Substansi yang dinetralkan dan diendapkan proteinnya tidak menunjukkan adanya aktivitas antibakteri Tabel 2. Zona bening yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Aktivitas antibakteri substansi A, N dan E pada ketiga jenis bakteri: A Bacillus cereus, B Escherichia coli, C Listeria monocytogenes D Staphylococcus aureus, E Salmonella typhimurium. Bakteri Rataan diameter zona bening mm A N E S. aureus 2,5 - - B. cereus 6,5 - - E. coli 9,0 - - S. typhimurium 7,0 - - L. monocytogenes 8,5 - - Zona bening tidak tampak sama sekali pada sumur yang diberikan substansi N dan E yang ditanam pada tiap bakteri uji Gambar 7. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri hanya terdeteksi pada substansi yang kondisi asamnya dipertahankan A. Theron dan Lues 2011 menyampaikan bahwa bakteri asam laktat menghasilkan senyawa sekunder yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain disekitarnya. Zat asam organik yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat dapat menurunkan pH media dan menghambat pertumbuhan bakteri. Selain itu zat lain yang diproduksi oleh bakteri asam laktat seperti peroksida, diasetil, dan senyawa protein seperti bakteriosin diketahui dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain disekitarnya. Perlakuan berbeda yang diaplikasikan pada ketiga supernatan isolat NS9 bertujuan untuk mengidentifikasi jenis antibakteri yang dihasilkan oleh isolat NS9. Supernatan yang tidak diberi perlakuan sama sekali kode A bertujuan untuk mempertahankan kondisi asam dan mengidentifikasi zat antibakteri yang bersifat asam. Perlakuan penetralan pada supernatan kode N bertujuan untuk menghilangkan efek antibakteri yang bersifat asam, sehingga hanya zat antibakteri yang bersifat non-asam saja yang bekerja menghambat pertumbuhan bakteri lain. Perlakuan pengendapan protein pada supernatan kode E bertujuan untuk mengendapkan protein dari supernatan dan mengetahui aktivitas antibakteri dari protein tersebut. Hasil dari percobaan ini menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri yang dihasilkan dari supernatan isolat NS9 hanya terlihat pada supernatan yang diberi kode A. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa isolat NS9 tidak memproduksi antibakteri yang termasuk ke dalam jenis protein seperti bakteriosin pada pengendapan amonium sulfat 50. Antibakteri yang dihasilkan oleh isolat NS9 termasuk ke dalam jenis asam organik.

4.3 Penentuan Waktu Optimum Produksi Antibakteri