Kesimpulan Saran Produksi Senyawa Antibakteri Isolat Bakteri NS(9) dari Bekasam Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Isolat NS9 yang diisolasi dari bekasam ikan nila Oreochromis niloticus merupakan bakteri asam laktat. Isolat NS9 menghasilkan zat asam organik yang memiliki aktivitas antibakteri. Zat antibakteri jenis protein seperti bakteriosin tidak terdeteksi pada pengendapan supernatan dari isolat NS9 dengan amonium sulfat 50. Isolat NS9 memiliki fase pertumbuhan dengan puncak pertumbuhan pada jam ke-15 dan stasioner hingga jam ke-21 dan turun kembali pada jam jam ke-24. Produksi optimum zat asam organik dari isolat NS9 yang memiliki aktivitas antibakteri terdapat pada jam ke-12 hingga jam ke-24. Isolat NS9 menghasilkan zat antibakteri asam organik yang mampu menghambat pertumbuhan lima jenis patogen pada makanan yaitu Escherichia coli, Salmonella typhimurium, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, dan Listeria monocytogenes. Daya hambat terbaik zat asam organik isolat NS9 terdapat pada media MHA yang ditumbuhkan Listeria monocytogenes dan Bacillus cereus.

5.2 Saran

Perlu dilakukan penapisan zat protein antibakteri seperti bakteriosin pada berbagai konsentrasi pengendapan amonium sulfat sehingga dimungkinkan terdeteksinya senyawa protein antibakteri yang dihasilkan oleh isolat NS9. Pengukuran konsentrasi tiap jenis asam organik yang terkandung dalam supernatan tersebut perlu dilakukan untuk mempertegas hasil penelitian ini. Selain itu penerapan zat asam organik antibakteri yang diproduksi oleh isolat NS9 pada pangan perlu dilakukan untuk mengetahui efektifitas penghambatan zat asam organik tersebut pada mikroba dalam pangan sebenarnya dengan metode TPC. Penerimaan kosumen terhadap aplikasi zat asam organik yang diproduksi oleh isolat NS9 pada pangan melalui uji hedonik dan organoleptik juga sebaiknya dilakukan untuk penelitian yang selanjutnya. Pembuktian GRAS juga dapat dilakukan dengan mencari dosis letal lethal dose pada senyawa asam organik yang diproduksi oleh isolat NS9. DAFTAR PUSTAKA Adawyah R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara. Astawan M. 1997. Mengenal makanan tradisional produk olahan ikan. Bul. Teknol. Dan Industri Pangan 8: 58-62 Alvarez-Ordonez A, Fernandez A, Bernardo A, and Lopez M. 2009. Comparison of acids on the induction of an acid tolerance response in Salmonella typhimurium, consequences for food safety. Journal Meat Science 811: 65– 70 Ammor S, Tauveron G, Dufour E, Chevallier I. 2006. Antibacterial activity of lactic acid bacteria against spolage and patogenic bacteria isolated from the same meat small-scale facility:1-Screening and characterization of the antibacterial compound. J. Food Control. 17:454-461 Campbell-Platt G. 2009. Food Science and Technology. UK: Blackwell Publishing Ltd. Hlm: 98 Cappuccino JG dan Sherman N. 1983. Microbiology A Laboratory Manual. New York: State University of New York. Hlm: 123 Charlier C, Cretenet M, Even S, Le Loir Y. 2009. Interactions between Staphylococcus aureus and lactic acid bacteria: and old story with new perspective. International J. of Microbiol 131: 30-39 Cohen GN. 2011. Microbial Biochemistry: Second Edition. London: Springer Science. Hlm: 7-10 Graumann P. 2007. Bacillus: Cellular and Molecular Biology. Norfolk, UK: Caister Academic Press Hall G. 2010. Fish Processing: Sustainability and New Opportunities. UK: Willey Blackwell Publishing, Co. Ltd. Hlm: 149-151 Hayward AC. 1957. Detection of gas production from glucose by heterofermentative lactid acid bacteria. J. Gen. Microbiol 16: 9-15 Higgins JP, Higgins SE, Vicente JL, Wolfenden AD, Tellez G, Hargis BM. 2007. Temporal effect of lactic acid bacteria probiotic culture on Salmonella in neonatal broilers. Journal of Poultry Science 86: 1662-1666 Hwang CF, Chen JN, Huang YT, Mao ZY. 2011. Biomass production of Lactobacillus plantarum LP02 isolated from infant feces with potential cholestrol lowering ability. Af. J. Of Microbiology 1036: 7010-7020 Klaenhammer TR, Azcarate-Peril MA, Altermann E, Barrangou R. 2011. Influence of the dairy environtment of gene expression and substrate utilization in lactic acid bacteria. J. Of Nutrition 137: 748-750 Kopermsub P, Yunchalard S. 2010. Identification of lactic acid bacteria associated with the production of plaa-som, a traditional fermented fish product from Thailand. International J. of Food Microbiol. 138: 200-204 Kottelat M, Whitten AJ, Kartikasari SN, Wirjoatmodjo S. 1993. Freshwater fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Hong Kong: Periplus Editions. Hlm: 344 Lim C, Webster CD. 2006. Tilapia: Biology, Culture, and Nutrition. NY: Haworth Press, Inc. Hlm: 17-18 Lindsay JA. 2008. Staphylococcus Molecular Genetics. Norfolk, UK: Caister Academic Press. Hlm: 6-8 Linke D, Goldman A. 2011. Bacterial Adhesion: Chemistry, Biology, and Physics. London: Springer Science. Hlm: 286 Manning SD. 2010. Escherichia Coli Infections. New York: Infobase Publishing. Hlm: 16 Mayo B, Van Sinderen D. 2010. Bifidobacteria: Genomics and Molecular Aspects. Norfolk, UK: Caister Academic Press. Hlm: 128 Miller PS, Vandome AF, McBrewster J. 2009. Listeria Monocytogenes. USA: VDM Publishing House, Ltd. Hlm: 4 Moore JW, Stanistski CL, Jurs PC. 2011. Chemistry: The Molecular Science. USA: Cengage Learning, Inc. Hlm: 821 Mouritsen OG, Mouritsen JD. 2009. Sushi – For Eye, Body and Soul. UK: Springer Science. Hlm: 126 Mozzi F, Raya RR, Vignolo GM. 2010. Biotechnology of Lactid Acid Bacteria: Novel Applications. UK: Blackwell Publishing, Ltd. Hlm: 3-5 Murtini J. 1992. Bekasam Ikan Mas. Jakarta: Penelitian pascapanen perikanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Nielsen SS. 2010. Food Analysis. New York: Springer Science, LLC. Hlm: 141 Pelaez SM, Orue SM. 2010. Feeding strategies for the control of Salmonella in pigs. Food Science and Technology Bulletin 51 : 39-47 Pommerville JC. 2011. Alcamo’s Fundamental of Microbiology: Ninth Edition. Massachusetts: Jones and Barlett Publishers. Hlm: 136-137 Ratanatriwong P. Prachaiyo P. Wongsa-Ngasri P. 2009. Effect of organic acid and salt mixture on shelf-life extension and growth inhibition of Staphylococcus aureus and Escherichia coli O157:H7 in moo yor. As. J. Food Ag-Ind 3: 351-361 Saanin H.1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II.Bandung : Bina Cipta Sarika AR, Lipton AP, Aishwarya MS. 2010. Bacteriocin production by a new isolate of Lactobacillus rhamnosus GP1 under different culture condition. Advanced Journal of Food Science and Technology 25: 291-297 Shah H, Gharbia S. 2010. Mass Spectrometry for Microbial Proteomics. UK: John Willey and Sons, Ltd. Hlm: 166 Simon, JP. 2001. Applied Microbiology. UK: Springer. Hlm: 251 Suyanto SR. 2003. Nila. Jakarta : Penebar Swadaya. Theron MM, Lues JFR. 2011. Organic Acids and Food Preservation. United States: CRC Press. Hlm: 273 Tiwari RP, Hoondal GS, Tewari R. 2009. Laboratory Techniques in Microbiology and Biotechnology. New Delhi: Abhishek Publication. Hlm: 49 Toldra F. 2010. Handbook of Meat Processing. USA: Willey-Blackwell Publishing. Hlm: 256 Wallace CA, Sperber WH, Mortimore SE. 2011. Food Safety for 21th Century. UK: Willey Blackwell Co, Ltd. Hlm: 4, 73. LAMPIRAN Lampiran 1 Perubahan OD, pH, kadar asam laktat dan protein selama 24 jam Lama Inkubasi jam OD pH Kadar Asam Laktat Kadar Protein mgmL 0,18 6,0 - - 3 0,79 5,0 1,350 0,075 6 3,60 4,5 2,332 0,076 9 4,80 4,5 2,749 0,067 12 5,85 4,0 3,388 0,082 15 6,10 4,0 3,437 0,084 18 5,00 4,0 3,780 0,074 21 5,98 4,0 3,829 0,087 24 5,50 4,0 4,050 0,087 Lampiran 2 Perhitungan Kadar Protein dengan Metode Bradford Nielsen 2010 Supernatan yang dipanen setiap tiga jam direaksikan dengan reagen Coomasie Brilliant Blue G-250. Hasil reaksi tersebut kemudian diukur pada spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm. Nilai rataan absorbansi yang terbaca dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Lama inkubasi Rataan OD 3 0,281 6 0,285 9 0,256 12 0,304 15 0,310 18 0,279 21 0,319 24 0,320 Rataan absorbansi tersebut dihitung dengan rumus kurva standar yang ditentukan terlebih dahulu dengan menghitung hubungan antara nilai OD dan konsentrasi protein standar yang sudah diketahui, dalam hal ini adalah BSA bovine serum albumin. Larutan standar dibuat pada berbagai konsentrasi 0,01 mgmL hingga 0,14 mgmL. Hubungan antara nilai OD larutan BSA standar dengan konsentrasi BSA dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Konsentrasi BSA mgmL x Nilai absorbansi y 0,01 0,054 0,02 0,097 0,03 0,138 0,04 0,183 0,05 0,181 0,06 0,237 0,07 0,270 0,08 0,308 0,09 0,350 0,10 0,347 0,11 0,409 0,12 0,423 0,13 0,404 0,14 0,477 Nilai absorbansi tersebut dihitung dan dilihat hubungannya dalam sebuah kurva. Kurva penentuan rumus hubungan antara nilai absorbansi dan konsentrasi larutan BSA standar ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Kurva tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara nilai absorbansi dan konsentrasi BSA standar dapat digambarkan secara regresi linier dengan rumus: 0,0496 = 3,0524 x + 0,9879 y keterangan: y = nilai absorbansi optical density x = konsentrasi protein standar Rumus tersebut digunakan untuk menentukan kadar protein yang ada pada supernatan sampel, yaitu supernatan bakteri isolat NS9. 0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09 0.1 0.11 0.12 0.13 0.14 O D Konsentrasi BSA mg ml Lampiran 3 Hasil pengukuran diameter zona bening pada lima bakteri uji dan kontrol positif asam asetat Lama Inkubasi jam Rataan Zona Bening mm EC ST LM BC SA 3 - - - - - 6 1,5 1,0 1,0 2,0 9 3,0 2,0 4,5 5,0 12 4,0 2,5 6,0 6,0 1,0 15 6,0 3,0 5,0 5,0 1,5 18 4,0 4,0 5,0 5,0 2,0 21 5,5 4,0 5,0 5,0 3,0 24 5,0 5,5 5,0 5,0 2,0 konsentrasi asam asetat 0.20 1,0 1,0 2,0 2,0 1,0 0.40 2,0 2,0 3,0 3,0 4,0 0.60 4,0 3,0 2,0 5,0 5,0 0.80 6,0 6,0 5,0 6,0 6,0 1 7,0 8,0 6,0 7,0 8,0 Keterangan: EC = E coli; ST = S typhimurium; LM = L monocytogenes; BC = B cereus; SA = S aureus Lampiran 4 Gambar Hasil Pengujian Antibakteri

a. Salmonella typhimurium