Keadan umum perikanan laut

Gambar 14 Kondisi peranan dan kinerja LEPP-M3 dalam pelaksanaan Program PEMP di Kecamatan Tobelo Secara umum rata-rata nilai peranan dan kinerja lembaga LEPP-M3 tergolong cukup optimal 40 – 60. Kondisi tersebut sama dengan hasil evaluasi komprehensif Program PEMP pada tahun 2006 yang dilakukan oleh DKP, dimana kondisi kinerja Koperasi LEPP-M3 secara nasional tergolong cukup optimal 40 - 60, termasuk di dalamnya Kabupaten Halmahera Utara. Sebagai lembaga pengelola keuangan dan usaha, kesehatan keuangan lembaga adalah indikator utama kondisi lembaga. Grafik di atas Gambar 14 memperlihatkan bahwa kondisi keuangan LEPP-M3 Kecamatan Tobelo tergolong tidak optimal atau kurang baik 20 -40.

5.1.4 Kelompok Masyarakat Pemanfaat KMP

Kelompok Masyarakat Pemanfaat KMP merupakan sasaran pelaksanaan program PEMP, yaitu untuk meningkatkan motivasi dan peranannya dalam pemanfaatan sumberdaya laut, penguatan kelembagaan usaha dan pengembangan usaha ekonomi produktif. KMP ditunjuk oleh KM atau DKP Kabupaten melalui proses seleksi, verikasi dan penilaian kelayakan serta kesesuaian usaha sesuai dengan sistem dan mekanisme yang dipersyaratkan. Poses ini setidaknya menjadi parameter awal yang menentukan keberlajutan usaha dan kelancaran proses pengangsuran pinjaman kredit yang disediakan oleh Program PEMP di bawah pengelolaan USP Koperasi LEPP-M3. Tercapai atau tidaknya tujuan program PEMP dalam penguatan kelembagaan KMP di Kecamatan Tobelo tergantung pada kondisi, antara lain: 1 Status penerima kelompokindividuberbadan hukum; 2 Kesesuaian kualifikasi organisasi dan SDM penerima DEP; 3 Kesesuaian kualifikasi usaha penerima dengan EUP; 4 Pemahaman terhadap Manajemen kelompok dan usaha; 5 Prospektif usaha; 6 Tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok; 7 Stabilitas kegiatan usaha kelompok atau individu; 8 Pola hubungan keanggotaan kelompok usaha; 9 Pola hubungan antar kelompokindividu usaha; dan 10 Infrastruktur usaha. Penilain responden terhadap kondisi KMP dalam pelaksanaan program PEMP berdasarkan nilai penting masing-masing indikator, dapat diketahui bahwa terdapat 6 indikator yang tergolong Sangat Penting 80 – 100 dan 4 indikator tergolong penting 60 – 80. Indikator yang tergolong sangat penting antara lain: 1 Kesesuaian kualifikasi usaha penerima dengan DEP 92.78; 2 Kesesuaian kualifikasi organisasi dan SDM penerima DEP 90.00; 3 Status penerima kelompokindividuberbadan hukum 83.44; 4 Tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok 82.56; 5 Prospektif usaha 84.89; 6 Pemahaman terhadap Manajemen kelompok dan usaha 80.56. Indikator yang tergolong Cukup Penting, antara lain: 1 Pola hubungan antar kelompokindividu usaha 75.22; 2 Infrastruktur usaha 78.44; 3 Stabilitas kegiatan usaha kelompok atau individu 78.33; dan 4. Pola hubungan keanggotaan kelompok usaha 75.67 Gambar 15. Tingginya nilai penting indikator kondisi KMP sangat berbeda dengan kondisi dilapangan kondisi saat ini. Hal ini terlihat pada hasil penilaian responden terhadap kondisi KMP yang ada di Kecamatan Tobelo, dimana sebagaian besar dari indikator kondisi KMP tergolong kurang optimal 20 – 40 atau tidak baik, kecuali 2 indikator yang tergolong cukup optimal cukup baik 40 -60. Indikator prospektif usaha merupakan indikator tertinggi yang memiliki nilai tertinggi 84.89, sedangkan kondisi infarastruktur usaha paling rendah 27.22 Gambar 15. Gambar 15 Kondisi KMP dalam pelaksanaan Program PEMP di Kecamatan Tobelo

5.2 Keberlanjutan Kelembagaan PEMP

Program PEMP memiliki tujuan dan manfaat jangka panjang dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, termasuk masyarakat pesisir di Kecamatan Tobelo. Tercapai tidaknya tujuan dan ada tidaknya manfaat dari pelaksanaan program tersebut salah satunya ditentukan oleh kondisi keberlanjutan lembaga-lembaga yang terlibat dan dibentuk selama pelaksanaan program tersebut. Karena kelembagaan merupakan tujuan sekaligus lokomotif dalam pelaksanaan program PEMP. Keberlanjutan lembaga tersebut secara internal dapat diketahui berdasarkan pada kondisi peranan dan kinerja dari lembaga tersebut dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan program PEMP. Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui keberlanjutan suatu obyek kajian terutama kajian perikanan adalah RAPFISH. Metode tersebut berkerja dengan menggabungkan berbagai elemen atau dimensi multi-dimensi atau multi-indikator yang mempengaruhi keberlanjutan dari obyek tersebut Fauzi, 2002. Berdasarkan hasil analisis keberlanjutan kelembagaan dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan program PEMP dapat diketahui bahwa: 1 Peran dan kinerja DKP Kabupaten Halmahera menunjukkan status keberlanjutan “ Cukup Baik” 40 - 60; 2 Peranan dan kinerja LEPP-M3 menunjukkan status keberlanjutan “Kurang Baik” 20 - 40; 3 Peranan dan kinerja KM dan TPD menunjukkan status keberlanjutan “Baik” 40 - 60 ; dan 4 Kondisi KMP menunjukkan status keberlanjutan “Kurang Baik”20 - 40. Dengan demikian status keberlanjutan kelembagaan program PEMP di Kecamatan Tobelo bersta tus “Cukup Baik’ 40 – 60 Gambar 16. Hasil analisis keberlanjutan kelembagaan program PEMP di Kecamatan Tobelo tersebut hampir sama dengan hasil evaluasi PEMP yang dilakukan DKP pada tingkat nasional yaitu status “Baik” dengan nilai Sustainable Indeks Criteria SIC sebesar 54.90. Gambar 16 Status keberlanjutan kelembagaan program PEMP di Kecamatan Tobelo

5.3 Kondisi Internal dan Eksternal Kelembagaan PEMP

Upaya untuk penguatan kelembagaan PEMP, terlebih dahulu diperlukan suatu analisis untuk mengidentifikasi indikator utama pada setiap faktor. Analisis faktor digunakan model matriks internal factors analysis summary IFAS dan matriks Keberlanjutan Kelembagaan : 42.17 Status Keberlanjutan: Cukup Baik eksternal factors analysis summary EFAS. Analisis tersebut didasarkan pada penilaian responden terhadap tingkat penting bobot dan pengaruh rating atribut faktor terhadap atribut yang lain dalam satu kelompok faktor. Atribut yang memiliki skor tertinggi perkalian bobot dengan pengaruh merupakan atribut utama. Berdasarkan pengelompokkan indikator kelembagaan maka diperoleh 13 atribut masuk dalam faktor kekuatan dan 13 atribut faktor kelemahan. Sedangkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kelembagaan, dalam hal ini adalah faktor peluang terdiri atas 5 atribut dan faktor ancaman 5 atribut.

5.3.1 Kondisi internal kelembagaan PEMP

Berdasarkan analisis IFAS, nilai total faktor kekuatan yang diperoleh adalah 4366.48 lebih besar dari total nilai faktor kelemahan 3474.32. Hal ini memberikan gambaran bahwa potensi kekuatan kelembagaan PEMP sebenarnya dapat mengatasi permasalahan kelemahan yang dimiliki kelembagaan tersebut Tabel 8 . Hasil perhitungan IFAS menunjukkan bahwa kondisi internal yang memiliki kekuatan utama kelembagaan PEMP, yaitu pelaksanaan tupoksi oleh lembaga-lembaga yang terlibat dalam pelaksaan program PEMP merupakan faktor kekuatan yang paling tinggi skornya 481.65, sehingga atribut tersebut menjadi atribut kunci. Atribut tersebut dianggap sangat penting dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan program dan berpengaruh besar terhadap atribut yang lain. Atribut kesesuaian honor dengan kinerja merupakan faktor kekuatan yang paling rendah skornya 156.08 diantara atribut yang lain. Hal ini disebabkan karena responden menganggap pekerjaan Program PEMP merupakan suatu pekerjaan voluntir atau suka relawan untuk ikut membantu usaha masyarakat nelayan termasuk anggota keluarga petugas. Sehingga besarnya honor yang diterima pada umumnya tidak perhitungkan.