Jumlah jenis karang yang teramati sebesar 19 - 27 genus, dengan jenis dominan adalah Acropora dan Porites. Berdasarkan data tersebut di ketahui
bahwa, hanya di Desa Silanga yang kondisi terumbu karangya masih dapat dikatakan baik, di Desa Tomoli dan Pulau Tomoli dalam kategori sedang, dan
perairan yang berada di Desa Paranggi dan Pinotu dengan kategori buruk. Desa paranggi merupakan wilayah perairan yang banyak di lalui oleh kapal-kapal
nelayan dan padat dengan aktivitasnya karena dekat dengan pelabuhan perikanan. Selain itu, berdasarkan hasil identifikasi, beberapa faktor seperti penambangan
karang, bom, serta sedimentasi dari daratan merupakan beberapa penyebab terjadinya perubahan terhadap ekosistem terumbu karang di wilayah ini.
Sebagai mana di ketahui bahwa, terumbu karang merupakan salah satu ekosistem laut yang mendukung kehidupan berbagai jenis ikan dan invertebrata
lainnya. Unit utama yang membentuk ekosistem ini adalah endapan-endapan masif terutama kalsium karbonat yang di hasilkan oleh hewan karang seperti
sceleractinian dan organisme lain yang menghasilkan kalsium karbonat. Terumbu
karang tumbuh subur pada perairan jernih, dangkal hingga kedalaman 100 m, dan dengan suhu perairan antara 18 – 30
o
C, oleh karena itu banyak terdapat di wilayah tropis. Akan tetapi, ekosistem ini sangat rentan baik oleh aktivitas manusia
maupun oleh ancaman bersumber dari alam. Dalam Souter Lindén 2000, bahwa ancaman terbesar terhadap keberadaan ekosistem terumbu karang adalah
peningkatan jumlah penduduk di wilayah pesisir. Pembangunan infrastruktur pelabuhan laut dan udara, industri, fasilitas rekreasi, dan fasilitas umu lainnya,
penambangan karang, penggunaan bom dan racun untuk mendapatkan ikan, aktifitas pariwisata, erosi, serta polusi yang berasal dari darat dan laut merupakan
beberapa sumber ancaman besar terhadap keberlangsungan ekosisitem terumbu karang.
b. Padang Lamun
Padang lamun di temukan hanya di beberapa titik tententu di perairan dangkal kecamatan Ampibabo. Hasil analis yang dilakukan dalam kegiatan
kegiatan Survei dan pemetaan Lokasi MCRMP Marine and Coastal Resources Management Project
tahun 2004, di desa Tomoli dan desa Pinotu, ditemukan 4
spesies lamun. Keempat jenis lamun yang di temukan yaitu jenis Syringodium isoetifolium
, Enhalus acaroides, Cymodocea rotundata, dan Thalassia hemprichii. Di Tomoli memiliki area tutupan lamun yang cukup luas dan dapat dikategorikan
dalam kondisi baik, begitu juga dengan kondisi lamun yang ada di Pinotu.
c. Ekosistem Mangrove
Ekosistem mengrove merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang mempunyai karakteristik habitat yang khas. Tumbuh pada daerah pasang
surut yang jenis tanahnya berlumpur, berlempung, dan atau berpasir. Di beberapa lokasi di Kecamatan Ampibabo juga di temukan ekosistem mangrove yang
tersebar di beberapa lokasi yang umumnya dekat dengan muara-muara sungai : Hasil analis yang dilakukan dalam kegiatan kegiatan Survei dan pemetaan
Lokasi MCRMP Marine and Coastal Resources Management Project tahun 2004 di beberapa lokasi di kecamatan Ampibabo adalah sebagai berikut :
1. Desa Tapoya Pada ekosistem mangrove di Tapoya ditemukan 6 jenis mangrove yaitu
Avicennia marina , Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops decandra, Rhyzopora
apiculata , R. Stylosa, dan Sonneratia alba. Jenis Rhyzopora apiculata dan R.
Stylosa merupakan jenis yang dominan. Dalam setiap 100m
2
di temukan sebanyak 44 individu yang ditemukan termasuk jumlah yang relatif besar. Tetapi jumlah
anakan sebanyak 7 dan jumlah sapihan yang ditemukan sebanyak 9 dapat dikatakan jumlah yang relatif kecil. Rata-rata diameter pohon sebesar 18,33 cm
dan rata-rata tinggi pohon sebesar 11,17 m menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di lokasi ini memiliki pohon-pohon yang ukuran batangnya relatif besar
dan tinggi. Kondisi ini mengindikasikan bahwa mangrove yang ada di lokasi ini tergolong berusia relatif tua.
2. Desa Tomoli Pada ekosistem mangrove di Tomoli ditemukan 5 jenis mangrove yaitu
Bruguiera gymnorrhiza, Rhyzopora apiculat , Ceriops tagal, R. Stylosa, dan
Sonneratia alba . Jenis Rhyzopora apiculata, merupakan jenis yang mendominasi.
Jumlah individu100m
2
sebanyak 29 individu yang ditemukan termasuk jumlah yang relatif kecil, sehingga mangrove di lokasi ini dikategorikan dalam kondisi
cukup. Demikian juga dengan jumlah anakan sebanyak 6 dan jumlah sapihan sebanyak 12 dapat dikatakan relatif sedikit. Rata-rata diameter pohon sebesar
20,50 cm dan rata-rata tinggi pohon sebesar 12,00 m menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di lokasi ini memiliki pohon-pohon yang ukuran batangnya
relatif besar dan tinggi. Kondisi ini mengindikasikan bahwa mangrove yang ada di lokasi ini tergolong berusia tua.
3. Desa Pinoto Pada ekosistem mangrove di Desa Pinoto ditemukan 4 jenis mangrove
yang didominasi oleh jenis Avicennia marina. Beberapa jenis mangrove yang di temukan yaitu Avicennia marina, Bruguiera gymnorrhiza, Rhyzopora stylosa, dan
Sonneratia alba . Jumlah individu100m
2
sebanyak 26 yang ditemukan termasuk jumlah yang relatif sedikit dan masuk pada kondisi yang dikategorikan cukup,
demikian juga untuk jumlah anakan yang ditemukan sebanyak 9 dan sapihan sebanyak 3. Rata-rata diameter pohon sebesar 18,75 cm dan rata-rata tinggi pohon
sebesar 10,63 m menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di lokasi ini memiliki pohon-pohon yang ukuran batangnya relatif besar. Kondisi ini mengindikasikan
bahwa mangrove yang ada tergolong berusia cukup tua.
4.3. Sosial Ekonomi Budaya dan Kelembagaan 4.3.1. Kependudukan