b. Pasang surut
Berdasarkan data yang di peroleh dari hasil kegiatan survei dan pemetaan Lokasi MCRMP 2004, pada stasiun pengamatan Marantale-Ampibabo,
diketahui tipe pasut yang ada adalah tipe campuran cenderung ke semi diurnal. Pasang surut tipe ini umum terjadi di perairan Indonesia Timur yaitu dalam satu
hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Tipe pasut suatu perairan ditentukan oleh frekuensi air pasang dan
surut per hari. Tipe pasut dapat ditentukan secara kuantitatif, yaitu dengan membandingkan amplitudo tinggi gelombang dari komponen-komponen pasut
tunggal utama dengan amplitudo komponen pasut ganda utama, menggunakan persamaan Formzahl Gambar 5.
PASANG SURUT STASION MARANGTALE-AMPIBABO
50 100
150 200
250 300
62904 7404
7904 71404
71904 72404
72904 8304
Tanggal
Ti n
ggi A
ir c
m
Sumber : MCRMP, 2004
Gambar 5. Tipe pasang surut di Kecamatan Ampibabo Hasil data yang dipelajari menunjukkan muka air tertinggi yang dicapai
pada saat pasang dalam satu siklus pasut mencapai 285.80 cm dengan muka air rerata MSL sebesar 0.00. Sedangkan, kedudukan air terendah yang dicapai pada
saat surut mencapai - 152.96 cm. Lebih lanjut dalam Wyrtki 1961 dalam BRKP 2003, menyatakan bahwa di perairan Teluk Tomini tipe pasutnya adalah
campuran cenderung ke semi diurnal. Pada daerah sekitar mulut teluk mempunyai pasang tertinggi sekitar +2,50 meter dan air surut terendah -2.64 m meter.
c. Arus
Berdasarkan data riset daya dukung sumberdaya di perairan Teluk Tomini BRKP, 2003, di ketahui bahwa arus di perairan Teluk Tomini di pengaruhi oleh
pola arus yang terjadi di perairan laut maluku. Arus permukaan bergerak dari arah laut seram menuju barat yang sebagian memasuki Teluk Tomini dan Teluk Tolo,
juga ada yang menuju Laut maluku. Kecepatan arus yang bergerak dari Laut Maluku berkisar antara lebih dari 0.05 mdetik hingga lebih dari 0.20 mdetik, dan
ketika masuk perairan Teluk Tomini kecepatan berkurang hingga berkisar antara 0.05 mdetik hingga 0.01 mdetik.
Lebih lanjut, kondisi arus di perairan Kecamatan Ampibabo hasilnya di pelajari dari data kegiatan Survei dan pemetaan Lokasi MCRMP Marine and
Coastal Resources Management Project di Kabupaten Parigi Moutong Tabel 6.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa, kecepatan arus yang masuk ke perairan pantai kecamatan Ampibabo umumnya relatif kecil. Pada kondisi arus
menuju surut purnama, kecepatan arus maksimum terjadi hingga 0.1904 mdtk, sedangkan kecepatan arus maksimum yang terukur pada kondisi arus menuju
pasang tertinggi purnama sebesar 0.0770 mdtk. Tabel 6. Kecepatan arus di perairan kecamatan Ampibabo
Arus Kecepatan Arus Maksimum mdtk
i arus menuju surut purnama 0.1904 i arus pasang tertinggi purnama 0.0770
Dalam kegiatan budidaya laut pengetahuan mengenai arus di perairan merupakan bagian yang penting. Untuk kegiatan budidaya ikan sistem keramba
jaring apung, arus di butuhkan sebagai sumber oksigen dan dapat menghilangkan limbah yang berada di keramba, akan tetapi di sisi lain arus yang kuat akan
berdampak pada konstruksi keramba, lambatnya pertumbuhan ikan karena energi akan banyak terpakai untuk bergerak pada arus yang kuat, serta kehilangan
makanan. Sedangkan dalam kegiatan budidaya rumput laut, selain untuk sumber oksigen, pergerakan air yang cukup di butuhkan sebagai pembawa nutrients,
mencuci kotoran yang menempel pada thallus, serta mencegah terjadinya perubahan suhu yang besar. Dalam FAO 1989, bahwa idealnya kecepatan arus
untuk kegiatan budidaya ikan dengan sistem keramba lebih dari 0.05 mdtk dan kurang dari 1 mdtk, sedangkan kecepatan arus optimumnya sebesar 0.1 mdtk.
Bagi kegiatan budidaya rumput laut, oleh Ditjenperbud-DKP 2006, bahwa
kecepatan arus yang ideal untuk kegiatan budidaya rumput laut yaitu antara 0.2 – 0.4 mdtk.
d. Gelombang