tergantung pada toleransi dan adaptasinya terhadap lingkungan. Kisaran salinitas di perairan pantai Kecamatan Ampibabo sesuai bagi kegiatan budidaya laut.
Untuk kegiatan budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii misalnya, dapat tumbuh dengan baik pada perairan dengan salinitas antara 28 – 35 ppt
Dirjenperbud-DKP 2006 dan salinitas optimumnya 33 ppt Mubarak dkk 1990, untuk budidaya ikan kerapu sistem keramba jaring apung salinitas air laut antara
30 – 35 ppt merupakan kisaran yang sesuai, karena sesuai dengan kondisi alami kehidupannya yaitu di perairan karang Hafiz dkk 1999.
b. Oksigen Terlarut DO
Dari hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut di perairan pantai Kecamatan Ampibabo pada stasiun 1 sampai 9 saat musim, di peroleh kisaran
nilai DO antara 6.6 – 7.3 mgl dengan rerata 6.9 mgl. Berdasarkan stratifikasi perairan, nilai DO pada permukaan berkisar antara 6.8 – 7.3 mgl dengan rerata
6.93 mgl, pada bagian tengah perairan 6.6 -7.2 mg.l dengan rerata 6.9 mgl, sedangkan untuk bagian dasar bernilai 6.6 – 7.3 mgl dengan rerata 6.89 mgl
Gambar 10. Perbedaan nilai oksigen diperairan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti waktu pengambilan sampel dan kondisi cuaca pada saat itu. Pada siang
hari fotosintesis lebih tinggi karena intensitas cahaya matahari yang lebih tinggi dibandingkan pagi dan sore hari sehingga oksigen yang dihasilkan akan lebih
banyak. Pada saat pengukuran dan pengambilan contoh air, intensitas cahaya matahari penuh bersinar, hal ini menyebabkan intensitas cahaya sampai
menembus hingga ke kedalaman tertentu perairan.
6.2 6.4
6.6 6.8
7.0 7.2
7.4
1 2
3 4
5 6
7 8
9
Stasiun O
k s
ige n Te
rl a
rut m
g l
Permukaan Tengah
Dekat dasar
Gambar 10. Oksigen Terlarut DO di perairan pantai Kecamatan Ampibabo pada musim peralihan
Menurut Boyd 1990, kadar oksigen terlarut perairan yang diperuntukkkan bagi kepentingan perikanan tidak kurang dari 5 mgl. Dalam
Akbar dkk 2002 mengatakan bahwa, untuk kegiatan budidaya ikan kerapu macan dan kerapu tikus dalam keramba jaring apung konsentrasi oksigen dalam
air yang sesuai lebih dari 5 mgl, lebih lanjut dijelaskan bahwa konsentrasi oksigen terlarut dapat mempengaruhi pertumbuhan, konversi pakan dan
mengurangi daya dukung perairan. Oleh karena itu kondisi DO perairan pantai kecamatan Ampibabo dinilai sangat layak untuk kegiatan perikanan budidaya.
c. Biologycal Oxygen Demand BOD
Pengukuran BOD
5
pada bulan Mei 2006, diperoleh nilai BOD
5
berkisar antara 0.6 – 2.3 mgl dengan rata-rata 1.27 mgl. Nilai tertinggi 2.3 mgl
diperoleh di dekat dasar perairan pada stasiun 4 atau dekat pelabuhan desa Paranggi, sedangkan nilai terendah 0.6 mgl di peroleh pada permukaan air
stasiun 8Gambar 11. Tingginya nilai BOD menggambarkan semakin besarnya bahan organik
yang akan di dekomposisi dengan menggunakan oksigen di perairan. Apabila tidak diimbangi dengan kandungan oksigen terlarut yang tinggi juga, maka akan
mengganggu biota yang hidup di perairan. Selain itu akan menghasilkan bahan- bahan beracun sebagai hasil dari dekomposisi seperti amonia dan hidrogen
sulfida. Masih kurangnya kegiatan yang menghasilkan limbah, terutama limbah organik di wilayah pantai Ampibabo menyebabkan rendahnya nilai BOD
5
. Untuk kegiatan budidya ikan sistem keramba jaring apung nilai BOD
5
yang sesuai 5 mgl FAO, 1989. Lebih lanjut, berdasarkan kriteria baku mutu air laut
KEPMENLH Nomor 51 tahun 2004 untuk biota perairan nilai BOD
5
harus 20 mgl, dengan demikian nilai BOD
5
pada stasiun-stasiun pengamatan memenuhi kriteria untuk budidaya perikanan.
d. Derajat Keasaman pH