39 meliputi 4 Desa di wilayah pesisir Kecamatan Ampibabo Toribulu, Buranga,
Lemo dan Ampibabo.
4.1.4. Litologi
Topologi wilayah daratan, terdiri dari batu gamping tersebar di Desa Tomoli, Buranga, Lemo, Ampibabo, Toga, dan Tolole. Wilayah Kipas dan Lahar,
terdiri Aluvium endapan kipas aluvial dan kolovium, terdapat pada 82 dari jumlah 14 Desa yang berada di pesisir Kecamatan Ampibabo. Wilayah
Perbukitan, terdiri dari batu pasir, konglomerat, batu lumpur, dan serpih, tersebar di Desa Toribulu, Buranga, Lemo, dan Ampibabo.
4.2. Potensi Sumberdaya Lingkungan 4.2.1. Kondisi Fisik, Kimia dan Biologi
Perairan pantai Kecamatan Ampibabo merupakan bagian dari perairan Teluk Tomini, Pulau Sulawesi. Salah satu teluk terbesar di Indonesia ini
mempunyai luas 59.500 km
2
, pada bagian timur berbatasan dengan Laut Maluku dan bagian timur laut berbatasan dengan Laut Sulawesi. Teluk Tomini merupakan
perairan yang dikenal relatif subur dan memiliki sumberdaya perikanan yang potensial untuk dikembangkan.
Pemanfaatan lingkungan perairan pantai Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong untuk kegiatan budidaya laut merupakan salah satu
bagian dari pengelolaan wilayah pesisir. Oleh karena itu diperlukan suatu bentuk pengelolaan kawasan yang didukung dengan data-data terutama kondisi perairan
baik fisik, kimia, dan biologi. Budidaya laut khususnya rumput laut dan ikan kerapu, merupakan komoditi-komoditi unggulan untuk dikembangkan.
Diharapkan dengan dukungan data kondisi perairan yang cukup lengkap dalam pemanfaatannya kelak dapat berlangsung dengan baik.
A. Parameter fisik perairan a. Kedalaman
Kedalaman di perairan pantai Kecamatan Ampibabo dapat dilihat pada Gambar 4. Kedalaman tersebut merupakan hasil pengukuran lapang yang
40 dilakukan oleh kegiatan Survei dan Pemetaan Lokasi MCRMP Marine and
Coastal Resources Management Project dalam rangka penyediaan data dasar
spasial wilayah pesisir Sulawesi Tengah Tahun 2004. Pada kegiatan survey tersebut memperlihatkan bahwa kedalaman laut di perairan pantai Kecamatan
Ampibabo berkisar antara 0 – 60 meter. Sedangkan berdasarkan hasil pengukuran lapang yang dilakukan pada Bulan Mei 2005, di peroleh beberapa variasi
kedalaman sebagaimana tercantum dalam Tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Variasi kedalaman di perairan pantai
Kecamatan Ampibabo Stasiun Kedalaman
St1 3
St2 10
St3 2
St4 6
St5 5
St6 St7
10 St8
15 St9
20 Kedalaman perairan sangat berpengaruh bagi kegiatan budidaya laut.
Untuk budidaya ikan kerapu sistem keramba jaring apung idealnya pada kedalaman antar 7 - 40 m Effendi 2004. Selain pengaruhnya terhadap intensitas
cahaya matahari yang masuk, kondisi dimana perairan dengan kedalaman 7 meter dapat mempengaruhi kualitas perairan terutama dari sisa kotoran ikan
yang membusuk didasar perairan, sedangkan pada kedalaman 40 meter berdampak kepada perubahan faktor lingkungan dan juga pengaruhnya terhadap
besarnya biaya terutama untuk memperkokoh konstruksi keramba. Berbeda dengan kedalaman perairan pada budidaya kerapu sistem KJA,
kegiatan budidaya rumput laut, membutuhkan perairan yang relatif dangkal. Perairan dengan kedalaman kedalaman antara 2 – 15 m merupakan kedalaman
yang baik terutama untuk metode budidaya sistem rakit apung, rawai long-line dan sistem jalur Dit. Perikanan Budidaya-DKP 2005. Akan tetapi perlu juga di
perhatikan pola pasang surut yang ada terutama pada saat surut terendah.
Gambar 4. Peta kedalaman di perairan Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong
b. Pasang surut