TINJAUAN PUSTAKA Dumbo Catfish Hatchery and Enlargement Integration Business Planning at Ciseeng Sub-district, Bogor Regency

Kontribusi biaya yang paling besar dikeluarkan untuk operasional budidaya lele yaitu biaya pakan yaitu berkisar 60 Afrianto dan Evi, 2005. Senada dengan penelitian tersebut, Ugwumba 2010 juga menyatakan bahwa biaya pakan memiliki kontribusi paling besar yaitu 70 dari total biaya operasional budidaya lele. Berbeda halnya dengan Amalia 2014 menyatakan bahwa biaya benih juga berkontribusi besar yaitu sebesar 47.03 dari biaya operasional setelah itu biaya pakan sebesar lebih dari 22. Di samping itu, penerimaan penjualan pembenihan lele yang memberikan proporsi terbesar adalah benih yang berukuran 7-8 cm dan 11-12 cm dibandingkan dengan benih ukuran lainnya. Optimalisasi dan Pemrograman Linear Penelitian mengenai optimalisasi telah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dengan tujuan yang berbeda – beda. Beberapa penelitian optimalisasi dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kombinasi optimal dari produk pertanian yang diusahakan Nefri 2000; Diatin et al. 2006; Reynisdottir 2012; Majeke et al. 2013. Beberapa penelitian lainnya bertujuan untuk mengalokasikan penggunaan lahan atau sumber daya secara optimal untuk memaksimumkan penerimaan maupun keuntungan Puklala dan Pohjonen 1990; Asmara 2002; Minh et al. 2007; Wankhade dan Lunge 2012, menentukan kombinasi unit atau aktivitas produksi optimal Handayani 2009; Purba 2010, perencanaan jadwal pemanenan yang optimal Scarpari dan Beauclair 2010 serta formulasi pakan yang meminimumkan biaya Nefri 2000; Hadrich et al. 2005; Nabasirye et al. 2011. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi tidak hanya dapat berguna dalam menjawab pertanyaan apa, tetapi juga dapat menjawab pertanyaan bagaimana dan kapan skenario produksi tersebut dilakukan. Pukkala dan Pohjonen 1990 mengatakan bahwa manfaat dari optimalisasi akan sangat tergantung pada akurasi dan realibilitas data yang digunakan dalam analisis. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa data yang digunakan dalam analisis optimalisasi harus merupakan data yang sesuai dengan keadaan riil di lapangan, tidak dilebih-lebihkan ataupun dikurangi. Apabila data yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi nyata di lapangan, dikhawatirkan hasil optimalisasi yang dilakukan akan semu, sehingga akan menghadapi kesulitan pada saat akan diterapkan. Umumnya data yang dibutuhkan dalam analisis optimalisasi produksi adalah data input output produksi, data tingkat harga input-output, biaya produksi dan penguasaan sumberdaya Nefri 2000; Asmara 2002; Diatin et al. 2006; Handayani 2009. Pemrograman linear banyak digunakan oleh peneliti dalam memecahkan masalah optimalisasi. Wankhade dan Lunge 2012 menyatakan bahwa pemrograman linear merupakan teknik yang paling relevan dalam optimalisasi alokasi sumberdaya dan pencapaian efisiensi dalam perencanaan produksi. Jauh sebelum Wankhade dan Lunge 2012, Pukkala dan Pohjonen 1990 menyatakan bahwa pemrograman linear biasa digunakan untuk memilih kombinasi yang paling menguntungkan dari beberapa produk yang berbeda pada suatu usaha. Selain itu, pemrograman linear juga dapat digunakan dalam alokasi penggunaan lahan untuk mencari kombinasi terbaik dari beberapa alternatif produksi. Beberapa penelitian yang menggunakan pemrograman linear dalam memecahkan masalah optimasi, khususnya di bidang pertanian di antaranya dilakukan oleh Pukkala dan Pohjoen 1990; Asmara 2002; Hadrich et al. 2005; Diatin et al. 2006; Minh et al. 2007; Handayani 2009; Purba 2010; Scarpari dan Beauclair 2010; Nabasirye et al. 2011; Reynisdottir 2012; Wankhade dan Lunge 2012; Majeke et al. 2013. Suatu model linear diperlukan dalam pemecahan masalah optimalisasi dengan pemrograman linear. Model tersebut terdiri atas fungsi tujuan yang memuat variabel keputusan dan fungsi kendala. Umunya, dalam penelitian terkait optimalisasi produksi pertanian, fungsi tujuan yang dibentuk berupaya untuk memaksimumkan penerimaan ataupun keuntungan bersih dari skenario produksi yang dijalankan Pukkala dan Pohjonen 1990; Asmara 2002; Diatin et al. 2006; Minh et al. 2007; Handayani 2009; Purba 2010; Scarpari dan Beauclair 2010; Wankhade dan Lunge 2012; Reynisdottir 2012; Majeke et al. 2013. Fungsi tujuan lainnya adalah untuk meminimumkan biaya produksi, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Nefri 2000, Hadrich et al. 2005 dan Nabasirye et al. 2011. Selain fungsi tujuan, dalam model pemrograman linear juga terdapat fungsi kendala. Fungsi kendala merupakan pembatas dari optimalisasi yang akan dilakukan. Fungsi kendala yang umumnya digunakan dalam penelitian optimalisasi produksi pertanian adalah luas lahan, tenaga kerja, modal Asmara 2002; Handayani 2009, biaya benih, biaya pupuk, hasil panen, upah harian tenaga kerja dan harga jual komoditi Wankhade dan Lunge 2012. Solusi dari pemrograman linear memberikan nilai optimal dari variabel keputusan yang dibentuk Pukkala dan Pohjonen 1990. Hasil penelitian Majeke et al. 2013 menunjukan bahwa kombinasi optimal yang dihasilkan dari pemrograman linear dapat meningkatkan keuntungan pembudidaya sebesar 72.79 persen. Senada dengan hasil penelitian tersebut, hasil penelitian Reynisdottir 2012 menunjukan bahwa model yang digunakan mampu menghasilkan penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi aktual pada kuantitas produksi yang sama. Dual price dan reduced cost dapat digunakan untuk menganalisis sensitivitas solusi dari kendala dan koefisien fungsi tujuan Pukkala dan Pohjonen 1990. Pemecahan masalah optimalisasi juga dapat dilakukan dengan pendekatan lainnya, diantaranya adalah goal programming program tujuan ganda. Goal programming dipilih karena perusahaan ingin mencapai beberapa macam tujuan, yang tidak menutup kemungkinan tujuan – tujuan tersebut saling berlawanan Nefri 2000. Linear programming umumnya digunakan untuk mengoptimumkan produksi. Model ini mongkombinasikan input – input produksi atau sumberdaya yang digunakan secara tepat yang tujuannya dapat meminimalkan biaya sehingga dapat memperoleh keuntungan maksimum. Pemilihan kombinasi sumberdaya yang digunakan harus disesuaikan dengan risiko yang diakibatkan sehingga dapat meminimalkan risiko kerugian. Mauro dan Batalha 2014; Mohammad 2011; dan Kyle 1993. Sementara itu, untuk integer programming di dalam konsep linear programming merupakan kendala solusi optimal dari linear programming. Integer programming terbagi menjadi tiga bagian yaitu pure integer programming, mixed integer programming, dan zero one integer programming. Pure Integer merupakan model yang semua variabelnya basis bernilai integer bulat positif atau nol. Mixed Integer Programming merupakan model yang hanya mengharapkan variabel – variabel tertentu bernilai integer. Sementara, untuk zero one integer programming merupakan model yang mengharapkan nilai nol atau satu untuk variabelnya. Masalah zero one integer programming binary integer programming biasanya digunakan untuk pengambilan keputusan. Bila bernilai 1 maka menerima keputusan untuk melakukan suatu pekerjaan dan bila bernilai 0 berarti harus menolak keputusan. Zero one integer programming merupakan model yang tepat dalam mewakili permasalahan capital budgeting, karena zero one integer programming hanya menghasilkan solusi satu atau nol. Solusi ini dapat diartikan sebagai ya dan tidak. Menurut Hutomo et al. 2011, Integer Linear Programming merupakan suatu pendekatan kombinatorial yang dapat melakukan analisis pada seluruh search space yang terdefinisi dalam ruang lingkup masalah. Wang 2014 menyatakan bahwa zero-one integer programming berfungsi untuk mengoptimalkan varietas produk dengan memaksimalkan utilitas pelanggan secara keseluruhan serta mempertimbangkan biaya manufaktur. Pada segmentasi yang berbeda, zero-one integer programming mampu mengoptimalkan varietas produk dengan memaksimalkan utilitas pelanggan secara keseluruhan serta mempertimbangkan kebijakan harga perusahaan. Integer linear programming banyak digunakan untuk menentukan kondisi maksimum maupun minimum dari sebuah model matematis yang melibatkan banyak variabel – variabel yang menjadi syarat dan batasan dalam menghitung kondisi maksimum maupun minimum Fogle dan Lovett 1991. Menurut Papadomanolakis dan Airamaki 2007 perhitungan integer linear programming dimulai dengan menentukan asumsi, decision variabel, problem constrain, dan fungsi objektif sebelum akhirnya ditemukan solusi optimalnya. Adapun kelebihan dari integer linear programming yaitu dapat digunakan dalam constrain dan data yang sangat besar, dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan organisasi dan terbukti lebih unggul dibandingkan fungsi algoritma yang lainnya dan Algoritma ILP juga dapat mengolah data dalam jumlah besar dan constraint dalam jumlah banyak Hutomo et al. 2011. Sementara kekurangannya yaitu membutuhkan parameter yang fix dan tidak berubah. Integer linear programming biasanya menggunakan software LINDO sebagai alat analisisnya. Ribic dan Konjicija 2010 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Usaha Studi kelayakan usaha merupakan analisis suatu kegiatan yang memberikan manfaat jika dilaksanakan dan dijadikan sebagai dasar penilaian kegiatan bisnis layak untuk dijalankan Nurmalina et al. 2010. Menurut Kasmir dan Jakfar 2010, studi kelayakan usaha merupakan kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang dijalankan untuk menentukan layak tidaknya bisnis tersebut dijalankan. Menurut Subagyo 2007, studi kelayakan usaha merupakan penelitian terhadap suatu bisnis tentang layak tidaknya bisnis tersebut untuk dijalankan. Studi kelayakan usaha dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu bisnis sehingga dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan kemungkinan tingkat manfaat benefit yang dapat diterima dari suatu bisnis yang dapat digunakan oleh pihak investor atau lembaga keuangan dalam pengambilan keputusan investasi, penanaman modal, atau peminjaman dana Nurmalina et al. 2010. Studi kelayakan bertujuan untuk menilai kelayakan suatu gagasan usaha. Menurut Ibrahim 2009, studi kelayakan usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu skenario usaha. Tujuan studi kelayakan usaha menurut Kasmir dan Jakfar 2012 adalah : a. Menghindari risiko kerugian Risiko kerugian untuk masa yang akan datang yang penuh dengan ketidak pastian, dalam hal ini fungsi studi kelayakan untuk meminimalkan resiko baik yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan. b. Memudahkan Perencanaan Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan usaha akan dijalankan, dimana, bagaimana pelaksanaannya, berapa besarkeuntungan yang akan penyimpangan. c. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan Dengan rencana yang telah tersusun maka sangat memudahkan pelaksanaan bisnis, pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik. d. Memudahkan Pengawasan Dengan melaksanakan usaha sesuai rencana maka memudahkan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya usaha. e. Memudahkan Pengendalian Jika dapat diawasi maka jika terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga mudah untuk mengendalikan penyimpangan tersebut. Menurut Hansen dan Mowen 2005, studi kelayakan usaha dikembangkan menjadi dua metode dasar yang mencakup pendekatan keputusan nondiskonto mengabaikan nilai waktu dari uang maupun diskonto mempertimbangkan nilai waktu dari uang. Model nondiskonto mengabaikan nilai waktu dari uang namun banyak perusahaan yang masih terus menggunakannya dalam pengambilan keputusan Hansen dan Mowen, 2005. Model diskonto ini secara eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang dan, oleh karena itu, memasukkan konsep diskonto baik arus kas masuk maupun arus kas keluar. Survey – survey yang telah dilakukan menunjukkan bahwa model ini mulai banyak digunakan oleh banyak perusahaan sebagaimana yang dilaporkan oleh Hansen dan Mowen 2005, Graham dan Harvey 2002, Pike 1996 serta Klammer dan Walker 1984. Penenlitian ini menggunakan kelayakan investasi yang menggunakan model diskonto karena mempertimbangkan nilai waktu dari uang. William F.S dalam Kasmir dan Jakfar 2010 menyebutkan bahwa investasi adalah menanamkan sejumlah dana dalam suatu usaha saat sekarang kemudian mengharapkan pengembalian dengan disertai tingkat keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang. Pengorbanan sekarang mengandung kepastian bahwa dana yang digunakan untuk investasi sudah pasti dikeluarkan, sedangkan hasil di masa yang akan datang bersifat tidak pasti, tergantung pada kondisi di masa yang akan datang. Gray et al 1992 dalam Nurmalina et al 2010 mendefinisikan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan menggunakan berbagai sumber seperti barang modal, bahan mentah, bahan setengah jadi, tenaga kerja serta waktu, untuk mendapatkan manfaat benefit. Investasi dapat dilakukan dalam banyak bidang usaha. Dalam praktiknya investasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu investasi nyata dan investasi finansial Kasmir dan Jakfar 2010. Investasi nyata merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap seperti tanah, bangunan, peralatan, dan mesin-mesin. Sedangkan investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham, obligasi, atau surat berharga lainnya. Analisis kelayakan investasi dilihat dari dua aspek yaitu aspek non finansial dan aspek finansial Nurmalina et al 2010. Aspek Nonfinansial Aspek-aspek nonfinansial yang dianalisis dalam kelayakan investasi ini meliputi: 1. Aspek teknis Gittinger 1986 analisa secara teknis menguji hubungan teknis yang ada dalam satu investasi pertanian, seperti lokasi investasi dan potensinya bagi pembangunan pertanian, ketersediaan air, varietas benih dan bibit yang cocok dengan areal investasi, pengadaan produksi, potensi dan keinginan penggunaan mekanisasi, pemupukan, dan alat-alat yang dibutuhkan dalam menjalankan investasi. Analisis secara teknis juga menguji fasilitas- fasilitas pemasaran dan penyimpanan yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan investasi dan pengujian sistem pengolahan yang dibutuhkan. Analisis ini mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi yang harus dipenuhi, caranya dengan melakukan survei mengenai keadaan investasi. 2. Aspek pasar Aspek pasar adalah inti dari penyusunan studi kelayakan. Kendatipun secara teknis telah menunjukkan hasil yang feasible untuk dilaksanakan, tapi tidak ada artinya apabila tidak dibarengi dengan adanya pemasaran dari produk yang dihasilkan. Oleh karenanya, dalam membicarakan aspek pemasaran harus benar-benar diuraikan secara baik dan realistis, baik mengenai masa lalu maupun prospeknya di masa yang akan datang, serta melihat bermacam-macam peluang dan kendala yang mungkin akan dihadapi. Nurmalina et al.. 2010 aspek pasar mempelajari tentang permintaan total maupun terperinci, penawaran dalam dan luar negeri, harga yang dibandingkan dengan barang impor dan produksi dalam negeri lainnya, serta program pemasaran yang mencakup bauran pemasaran dan siklus hidup produk. 3. Aspek sosial Aspek sosial termasuk aspek yang penting dalam menganalisis kelayakan suatu usaha, karena aspek ini langsung berhadapan dengan masyarakat sekitar tempat usaha didirikan yang akan memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak sosial positif dapat berupa penyerapan tenaga kerja masyarakat disekitar lokasi usaha, sehingga menimbulkan naiknya pendapatan masyarakat sekitar. Dampak sosial negatif yang sering muncul yaitu adanya ketidakpuasan masyarakat sekitar lokasi, baik mengenai kompensasi yang mereka terima ataupun adanya kecemburuan kepada tenaga kerja asing yang datang. Dampak lain, adanya sifat masyarakat yang acuh tak acuh terhadap investasi ini, jika jumlah mereka banyak maka akan berbahaya untuk usaha dikemudian hari Umar 2009. 4. Aspek lingkungan Aspek lingkungan disini menganalisis tentang bagaimana pengaruh usaha terhadap lingkungan hidup tempat sekitar usaha, apakah dengan adanya usaha tersebut lingkungan semakin menjadi baik atau malah semakin buruk. Studi aspek lingkungan ini bertujuan untuk menentukan apakah secara lingkungan hidup, misalnya dari sisi udara, air, dan tanah, rencana bisnis dapat dilaksanakan secara layak atau sebaliknya Umar 2009. 5. Aspek Manajemen Aspek manajemen berhubungan dengan bagaimana merencanakan pengelolaan investasi dalam pelaksanaannya. Hal ini berkaitan dengan pertimbangan mengenai sesuai atau tidaknya investasi tersebut dengan susunan organisasi investasi. Hal yang diperlukan dalam aspek manajemen adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan usaha, struktur organisasi yang digunakan, dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan Husnan dan Suwarsono 1994. Aspek Finansial Aspek finansial dalam studi kelayakan usaha merupakan aspek yang digunakan untuk menilai kondisi finansial keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek finansial sangat berkaitan dengan keuntungan perusahaan sehingga sangat penting untuk diteliti kelayakannya. Selain berkaitan dengan keuntungan perusahaan, aspek finansial juga sangat berkaitan dengan modal bagi perusahaan, baik kebutuhan modal maupun cara penyediaannya. Penilaian terhadap aspek keuangan meliputi sumber dana yang diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi pendapatan dan biaya investasi yang dibutuhkan selama umur bisnis, investasisi aliran kas cashflow dan laporan labarugi, dan kriteria penilaian investasi Kasmir dan Jakfar 2010. Kebutuhan modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu modal investasi dan modal kerja. Modal investasi merupakan modal yang digunakan untuk pembelian aktiva tetap seperti tanah, bangunan, mesin dan peralatan, kendaraan, dan aktiva tetap tidak berwujud seperti perijinan, lisensi, paten, biaya studi pendahuluan, dan biaya latihan atau produk percobaan. Modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk aktivitas operasional seperti pembelian bahan baku, pembayaran gaji karyawan, biaya pemeliharaan, dan kegiatan operasional lainnya. Baik modal investasi maupun modal kerja dapat bersumber dari dana pribadi modal sendiri ataupun dari dana pinjaman modal pinjaman. Umumnya, untuk modal investasi yang bersumber dari dana pinjaman, periode pengembaliannya di atas satu tahun sehingga merupakan pinjaman jangka panjang. Sedangkan untuk modal kerja yang berasal dari dana pinjaman umumnya periode pengembaliannya lebih singkat Kasmir dan Jakfar 2010. Cashflow arus kas merupakan aliran kas yang ada pada suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Arus kas adalah jumlah uang yang masuk dan keluar dalam suatu perusahaan mulai dari investasi dilakukan hingga berakhirnya investasi tersebut Kasmir dan Jakfar 2010. Unsur-unsur yang terdapat di dalam arus kas antara lain arus penerimaan inflow, arus pengeluaran outflow, dan manfaat bersih net benefit. Arus penerimaan terdiri dari nilai produksi total, pinjaman, hadiah atau hibah, nilai sewa, dan nilai sisa. Arus pengeluaran merupakan biya-biaya yang harus dikeluarkan dalam suatu bisnis yang dapat mengurangi kas, meliputi pengeluaran untuk biaya investasi, biaya operasional, pembayaran bunga dan pinjaman dan pembayaran pajak. Manfaat bersih merupakan hasil pengurangan antara arus penerimaan dengan arus pengeluaran. Berbeda dengan arus kas, laporan labarugi menggambarkan tentang total penerimaan dari penjualan produk yang dihasilkan dalam suatu bisnis dan pengeluaran serta kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan pada masing-masing tahun produksi. Laporan labarugi juga menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya selama periode tertentu. Unsur-unsur yang terdapat pada laporan labarugi meliputi penjualan produk barang atau jasa, beban produksi biaya operasional, beban administrasi dan pemasaran biaya untuk skenario pemasaran dan biaya administrasi, dan beban keuangan seperti bunga dari modal pinjaman. Komponen biaya investasi tidak dimasukkan dalam laporan labarugi, biaya terkait dengan investasi yang dimasukkan hanya biaya penyusutan barangbarang investasi yang ada Nurmalina et al. 2010. Kriteria penilaian investasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi dalam suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan, ditinjau dari aspek finansialnya. Kriteria penilaian investasi mempertimbangkan time value of money atau pengaruh waktu terhadap nilai uang yaitu sejumlah uang pada masa sekarang nilai uangnya lebih besar dibandingkan dengan sejumlah uang yang sama pada masa yang akan datang, sehingga dalam penghitungannya digunakan discount factor agar dapat dibandingkan antara sejumlah uang pada masa sekarang dengan sejumlah uang yang sama pada masa yang akan datang Nurmalina et al. 2010. Beberapa kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan adalah Net Present Value NPV, Net Benefit Ratio Net BC, Internal Rate of Return IRR, dan Payback Period Kasmir dan Jakfar 2010. NPV dikatakan layak apabila nilainya lebih besar dari nol, IRR layak apabila lebih besar dari tingkat suku bunga, Net BC layak apabila nilainya lebih besar dari satu dan payback periode layak apabila lebih kecil dari umur bisnis. Hasil nilai IRR akan menghasilkan nilai NPV yang nol. Hubungan antara IRR dan NPV dapat dilihat pada gambar 4 Gambar 4 Hubungan antara NPV dan IRR Sumber : Nurmalina et al 2010 Kriteria investasi kelayakan usaha diatas dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan. Selain itu, setiap kriteria kelayakan dapat dipakai untuk menentukan urutan – urutan berbagai alternative bisnis dari investasi yang sama Nurmalina et al. 2010 Teori Investasi Investasi adalah pengaitan sumber – sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang. Investasi juga dapat didefinisikan sebagai penanaman modal atau pemilikan sumber – sumber dalam jangka panjang yang akan bermanfaa pada beberapa periode akuntansi yang akan datang. Investasi dapat pula didefinisikan sebagai penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Investasi pada financial assets Investasi pada financial assets dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu : a. Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang dan lainnya. Discount Rate i b. Investasi pada financial assets yang dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya. 2. Investasi pada real asset Investasi pada real assets diwujudkan dalam bentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya. Investasi pada real asset termasuk dalam capital budgeting, yaitu merupakan keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan tentang pengeluaran dana, dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut lebih dari setahun. Dengan demikian capial budgeting mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan, karena : 1. Dana yang dikeluarkan akan terikat untuk jangka waktu yang panjang. Ini berarti bahwa perusahaan harus menunggu selama waktu yang panjang atau lama sampai keseluruhan dana yang tertanam dapat diperoleh kembali oleh perusahaan. 2. Investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan di waktu yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan forecasting akan dapat mengakibatkan adanya over investment atau under investment dalam aktiva tetap. Apabila over investment akan memberikan beban tetap yang besar bagi perusahaan. Sebaliknya, jika under investment akan mengakibatkan kekurangan peralatan yang ini dapat mengakibatkan perusahaan bekerja dengan harga pokok yang tinggi sehingga mengurangi daya bersaingnya atau kemungkinan lain ialah kehilangan sebagian dari pasar bagi produknya. 3. Pengeluaran dana untuk keperluan tersebut biasanya meliputi jumlah yang besar. Jumlah dana yang besar itu mungkin dapat diperoleh dalam jangka waktu yang pendek atau mungkin tidak dapat diperoleh sekaligus. 4. Kesalahan dalam pengambilan keputusan mengenai pengeluaran modal tersebut akan mempunyai akibat yang panjang dan berat. Kesalahan dalam pengambilan keputusan ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya kerugian. Analisis Sensitivitas dan Switching Value Menurut Gittinger 1986 dalam Nurmalina et al. 2010, switching value merupakan suatu variasi pada analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian yang digunakan untuk mengetahui dampak yang terjadi terhadap hasil analisis kelayakan suatu skenario investasi akibat adanya perubahan- perubahan tertentu dalam komponen penting dalam suatu skenario bisnis seperti perubahan kuantitas penjualan, harga, dan biaya operasional. Sedangkan switching value merupakan perubahan maksimum dari komponen-komponen penting dalam bisnis yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap layak. Perhitungannya mengacu kepada nilai NPV yang diperoleh sama dengan nol, persentase IRR sama dengan persentase discount rate, dan nilai Net BC sama dengan satu. Perbedaan antara analisis sensitivitas dengan analisis switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya persentase perubahan telah diketahui berdasarkan data historis yang ada pada perusahaan, sedangkan pada analisis switching value justru besarnya persentase perubahan yang dicari sehingga dapat diketahui batasan perubahan yang masih dapat ditoleransi agar bisnis tetap dinyatakan layak. Penggunaan Input, Maksimisasi Keuntungan, dan Minimisasi Biaya Menurut McCormick 1993 input dapat dikelompokan ke dalam tiga kategori yaitu input inferior, input normal dan input superior. Untuk input inferior memiliki elastisitas yang kurang dari nol sehingga perusahaan akan menggunakan input lebih sedikit sebagai akibat dari peningkatan output, pada tingkat harga konstan. Input normal yang elasitisitasnya lebih dari nol menyebabkan penggunaan input ditingkatkan saat terjadi peningkatan output namun dengan presentase peningkatan input lebih rendah. Sementara input superior merupakan bagian dari input normal yang presentase peningkatan inputnya lebih tinggi dibandingkan outputnya. Peningkatan atau penurunan harga input berpengaruh pada meningkatnya biaya rata – rata dan biaya marginal suatu perusahaan. Ketika harga input inferior meningkat, penggunaannya justru menurun ketika perusahaan meningkatkan outputnya yang akan menyebabkan menurunkan biaya marginal perusahaan untuk berproduksi dan meningkatkan biaya rata- rata perusahaan untuk berpdoruksi. Berbeda dengan peningkatan harga input normal yang dapat menyebabkan biaya rata – rata meningkat lebih besar dibandingkan dengan biaya marginal. Sementara, untuk peningkatan harga superior menyebabkan meningkatnya biaya marginal yang lebih besar dibandingkan dengan biaya rata – rata. Gambar 5 Kurva Kombinasi Input Sumber : diadopsi dari McCormick 1993 Gambar 5 merupakan garis isoquant, yaitu garis yang menggambarkan kombinasi input yang menghasilkan tingkat output yang sama. Jika perusahaan ingin menurunkan penggunaan input X2 dan meningkatkan penggunaan input X1 atau menggesser penggunaan input dari titik A ke titik C, maka akan menyebabkan price line bergeser ke bawah. Pergeseran price line ke bawah atau semakin mendekati titik asal mencerminkan pengurangan biaya, sehingga pada titik C, total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sejumlah output yang sama dengan pada saat di titik A akan menjadi lebih rendah. Persinggungan antara isoquant dan price line titik C merupakan titik optimal dari penggunaan input. Pola hubungan lainnya yang digunakan dalam pendekatan pengambilan keputusan yaitu hubungan output – output yaitu variasi output yang dapat diperoleh dengan menggunakan sejumlah input tertentu dijelaskan dalam konsep kurva kemungkinan produksi dan isorevenue dan hubungan antara input – output yang menunjukkan pola hubungan penggunaan berbagai tingkat input untuk menghasilkan tingkat output tertentu dieksposisikan dalam konsep fungsi produksi. Adapun kurva hubungan output- output dan hubungan input – output dapat dilihat pada gambar 7 Keterangan : Keterangan : Y1 : Output 1 TP : Total Produksi Y1 : Output 2 AP : Average Product MP : Marginal Product Gambar 6 Kurva kombinasi output-output dan input-output Sumber : diadopsi dari McCormick 1993 Gambar 6 menunjukan kombinasi output – output dan kombinasi input output. Pada kombinasi output – output terdapat kurva kemungkinan produksi KKP dan garis isorevenue yang merupakan kombinasi output – output berdasarkan penerimaan yang dimiliki. Sementara pada kurva hubungan input – output menjelaskan penggunaan input tertentu untuk menghasilkan output tertentu dimana terdapat tiga daerah produksi. Pada daerah 1 merupakan daerah yang tidak efisien dikarenakan nilai MP Marginal Product masih berada diatas AP Average Product dimana pada kondisi ini tambahan input yang digunakan masih lebih besar dibandingkan tambahan output yang dihasilkan. Daerah 2 menunjukan titik efisien dikarenakan nilai AP sama dengan nilai MP dimana pada kondisi ini input yang digunakan dapat menghasilkan total produksi sampai batas maksimum. Berbeda halnya dengan daerah 3 yang merupakan daerah tidak efisien dikarenakan nilai AP berada diatas nilai MP yang merupakan kondisi di mana meskipun output terus mengalami peningkatan akibat bertambahnya pemakaian input, peningkatan tersebut terbatas dan semakin menurun, kecenderungan produk marjinal untuk semakin kecil diformulasikan dalam hukum kenaikan hasil yang berkurang. Konsep Integer Linear Programming Penerapan integer linear programing beberapa diantaranya dalam hal menurut Muslich 2010 : 1. Keputusan investasi. Dalam keputusan investasi biasanya diperlukan modal dan sumberdaya yang besar. Oleh karena model yang besar ini, penentuan alternatif ΔYY Hubungan Output - output Hubungan Input - output Y x ΔXX antara mendirikan usaha atau tidak merupakan manajemen yang penting. Untuk mengoptimalkan nilai dari keputusan ini, diperlukan variabel keputusan 2. Keputusan penggunaan mesin. Penerapan model programming dalam industri banyak dilakukan dalam perencanaan produksi. Dalam perencanaan produksi ini, penggunaan mesin – mesin ini perlu ditentukan dengan baik. Apalagi bila penggunaan suatu mesin melibatkan kapasitas dan biaya besar. Untuk menentukan mesin yang dipakai dalam produksi ini diperlukan variabel keputusan integer karena variabel keputusan pecahan akan tidak berguna. 3. Keputusan lainnya yang berhubungan dengan masalah rencana dan penentuan rute perjalanan. Penerapan dalam persoalan rencana produksi dapat dilakukan seperti penyusunan rencana suatu produk yang tidak dapat diproses oleh suatu mesin sebelum diproses oleh mesin tertentu. Sedangkan penentuan rute banyak dijumpai dalam masalah rute perjalanan. Menurut Dimyati 2002 program integer dalam bentuk lain dari program linier, dan dimana sebagian dari nilai variabel keputusan harus berupa bilangan bulat integer dan sebagian lainnya berupa bilangan pecahan. Bentuk ini muncul karena dalam kenyataannya tidak semua variabel keputusan dapat berupa bilangan pecahan. Menurut Mulyati 1998, program integer adalah bentuk khusus dari program linear dimana satu atau lebih dari satu variabel – variabel dalam vector penyelesaian memiliki nilai – nilai bukan pecahan tetapi bilangan bulat. Program integer khusus 0-1 PI Biner merupakan bentuk khusus dari program integer, yang mana variabel kontrolnya dibatasi harus berharga nol atau satu. Capital Budgeting Problem merupakan salah satu konsep yang memanfaatkan zero one integer linear programming, dimana bertujuan untuk memilih usaha yang paling optimal diantara beberapa alternative pilihan dengan sumberdaya yang terbatas. Program integer atau program bilangan bulat pada dasarnya adalah program linear yang mana variabel keputusannya berupa bilangan bulat tanpa meninggalkan optimalisasi penyelesaian. Terdapat tiga jenis mdel program integer berdasarkan penyelesaian variabel keputusannya yaitu : 1. Modal total integer, dalam model ini semua variabel keputusannya bernilai integer. 2. Moder integer 0-1, model ini juga dikenal dengan sebutan program integer biner karena semua variabel keputusannya bernilai 0 atau 1, atua dapat diartikan sebagai tidak atau ya. 3. Model integer campuran, pada mdel ini tidak semua variabel keputusan harus bernilai integer, tapi bernilai real. Kerangka Pemikiran Operasional Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP telah menyusun agenda nasional dalam pengembangan komoditas perikanan yaitu Program Minapolitan berbasis wilayah, melalui pendekatan sistem dan manajemen kawasan yang salah satu wilayahnya berada di Kecamataan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Salah satu tujuan program minapolitan untuk meningkatkan produktivitas output. Kecamatan Ciseeng merupakan salah satu sentra komoditas lele baik berupa benih ataupun lele konsumsi. Budidaya lele yang dijalankan di Kecamatan Ciseeng yaitu pembenihan dan pembesaran. Kini komoditas lele menjadi salah satu komoditas perikanan yang diminati oleh masyarakat. Hal ini terbukti dari meningkatnya konsumsi lele dari tahun ke tahun. Namun, produktivitas lele di Kecamatan Ciseeng mulai menurun dikarenakan kualitas indukan yang mulai menurun, sehingga biaya input pun menjadi lebih tinggi khususnya untuk input berupa benih. Risiko pembenihan lebih tinggi yaitu lebih dari 50 dibandingkan pembesaran yang berkisar 35. Namun demikian masih terdapat pembenih lele yang tetap mengusahakan usaha pembenihannya dikarenakan masih terdapat indukan dan merupakan mata pencaharian utama. Selain itu, diindikasikan pula terdapat penyempitan luas lahan dikarenakan adanya alih fungsi dari komoditas lele ke komoditas lain yang menyebabkan pembudidaya kurang efisien dalam budidaya baik dari sisi pembenihan ataupun pembesaran. Pembesaran dan pembenihan lele diindikasikan masih belum efisien dikarenakan biaya input yang tinggi, tingkat pendapatan pembudidaya yang masih rendah dan produksi benih ataupun lele konsumsi yang masih di bawah potensi produksi. Sehingga menyebabkan pembudidaya lele konsumsi kekurangan pasokan benih lele. Untuk mengatasi hal tersebut, usaha budidaya lele perlu dikembangkan dengan baik agar kepastian input bagi pembesaran terjamin dan kebutuhan lele konsumsi bagi konsumen dapat terpenuhi. Adapun pengembangan usaha budidaya lele salah satunya dapat dilakukan dengan cara melakukan integrasi antara sektor pembenihan dan pembesaran. Integrasi antara pembenihan dan pembesaran lele di Kecamatan Ciseeng baru mulai dilakukan pada awal tahun 2014 yang dilakukan oleh Kelompok Pembudidaya Ikan Pokdakan Jumbo Lestari. Pokdakan Jumbo Lestari merupakan pokdakan pertama yang melakukan usaha lele terintegrasi antara pembenihan dan pembesaran serta menjadi pokdakan percontohan bagi pokdakan lainnya Pokdakan Jumbo Lestari menggunakan input berupa indukan untuk menghasilkan benih 12 cm dan lele konsumsi yang menurut Pokdakan tersebut lebih menguntungkan dikarenakan input yang digunakan dapat digunakan 5 sampai 8 periode. Namun, menurut Penyuluh Perikanan di Kecamatan Ciseeng memberikan pernyataan bahwa usaha budidaya lele lebih menguntungkan jika pembudidaya menggunakan input benih 1-2 cm untuk menghasilkan lele konsumsi karena dapat meminimalisir risiko. Pernyataan yang berbeda tersebut menimbulkan hipotesis yang berbeda untuk mengusahakan budidaya lele. Oleh sebab itu, untuk memperoleh hasil yang optimal digunakanlah 5 skenario pada penelitian ini yaitu : X 1 = Usaha pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input indukan untuk menghasilkan benih 12 cm X 2 = Usaha Pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input indukan untuk menghasilkan benih 1-2 cm dan 12 cm X 3 = Usaha pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input benih 1-2 cm untuk menghasilkan benih 12 cm X 4 = Usaha pembesaran lele dumbo dengan menggunakan input 12 cm untuk menghasilkan lele konsumsi X 5 = Usaha pembesaran lele dumbo dengan menggunakan input 1-2 cm untuk menghasilkan lele konsumsi Walaupun pada usaha lele dumbo memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi karena ikan lele dumbo merupakan ikan yang mudah dibudidayakan, namun besaran biaya yang dilakukan harus diperhitungkan dengan hasil yang diperoleh. Besarnya investasi yang dikeluarkan harus disesuaikan dengan skala usaha yang dilakukan dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Hasil wawancara dengan ketua Pokdakan Jumbo Lestari, terjadi kenaikan pakan misalnya untuk pakan cacing sutera yang awalnya Rp 5.000 per takar naik menjadi Rp 7.000 per takar, kemudian untuk pakan konsumsi yang pada awalnya Rp 7.500 per kg menjadi Rp 9.000 per kg. Peningkatan biaya variabel seperti harga pakan yang merupakan biaya utama pada usaha lele dumbo ini dapat menyebabkan kenaikan biaya produksi, sehingga harga jual output akan mengalami kenaikan. Ketika harga jual output meningkat maka akan berdampak pada penurunan output tersebut yang dapat mempengaruhi penurunan keuntungan pokdakan. Dari permasalahan - permasalahan tersebut, maka diperlukan analisis kelayakan usaha untuk dapat memperoleh nilai NPV di masing – masing skenario untuk menilai kelayakannya. Setelah diperolehnya NPV untuk masing – masing skenario, selanjutnya di analisis kembali dengan uji optimalisasi dengan menggunakan integer linear programming untuk memperoleh kombinasi pembenihan dengan pembesaran yang optimal. Skenario yang paling optimal, dilakukan analisis senstivitas yang merupakan batas kepekaan dari setiap aktivitas penggunaan sumberdaya. Adanya asumsi sifat deterministik pada analisis program linier menyebabkan model yang akan dikembangkan dibentuk dalam situasi penuh kepastian. Analisis sensitivitas diperlukan untuk meninjau pengaruh penurunan harga jual output benih lele dan ikan lele dumbo ukuran konsumsi, penurunan produksi benih lele dan ikan lele dumbo ukuran konsumsi dan peningkatan biaya pakan pada usaha lele dumbo pada usaha lele dumbo terhadap perubahan pemilihan kombinasi. Setelah itu, barulah dirancang pengembangan bisnis lele dumbo dengan menggunakan 6 aspek diantaranya aspek pasar, aspek teknis, aspek manjemen, aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan. Di samping itu, dirancang pula peranan Pokdakan Jumbo Lestari dalam aktivitas bisnis lele dumbo yang telah terintegrasi. Adapun kerangka pemikiran operasional penelitian yang akan dilakukan digambarkan pada Gambar 7 Gambar 7 Kerangka Pemikiran Operasional 1. Produksi benih lele dumbo menurun namun permintaan lele tinggi tetapi hasil produksi belum dapat mencukupi 2. Adanya integrasi antara pembenihan dan pembesaran untuk pemenuhan ketersediaan input benih Aspek Non Finansial 1. Aspek Teknis 2. Aspek Pasar 3. Aspek Sosial dan Ekonomi 4. Aspek Lingkungan 5. Aspek Manajemen Aspek Finansial dengan 5 Skenario dengan Kriteria Investasi 1. Net Present Value NPV 2. Net Benefit Ratio Net BC, 3. Internal Rate of Return IRR 4. Payback Period Pemilihan kombinasi skenario yang memaksimumkan NPV dengan 0-1 ILP Uji Kelayakan Rekomendasi Analisis Switching Value  Pengaruh Harga dan Volume Output  Pengaruh Biaya Pakan Rancangan Pengembangan Bisnis dan Peranan Pokdakan Apakah dengan adanya integrasi usaha pembenihan dan pembesaran lele dumbo dapat memenuhi permintaan lele dan dapat menguntungkan pembudidaya lele dumbo? 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Pembudidaya Ikan Pokdakan Jumbo Lestari yang berlokasi di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Ciseeng sebagai salah satu sentra produksi lele baik berupa benih maupun konsumsi. Sementara pemilihan lokasi yang terfokus pada Pokdakan Jumbo Lestari dikarenakan Pokdakan ini yang menjadi pioner budidaya lele yang terintegrasi yang dimulai dari pembenihan hingga pembesaran dan merupakan pokdakan percontohan bagi pokdakan lainnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 – Maret 2015. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan 28 orang pembudidaya lele selaku responden menggunakan data penggunaan input termasuk jumlah dan keseluruhan biaya yang dikeluarkan serta data penerimaan penjualan output, termasuk di dalamnya data harga input dan harga output yang dilakukan pada periode tanam 2014-2015. Data tersebut digunakan untuk menganalisis kelayakan investasi dan optimalisasi usaha budidaya lele yang telah terintegrasi. Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku – buku yang terkait komoditas pembenihan lele dan mempelajari hasil – hasil penelitian yang relevan dengan topik efisiensi teknis usahatani. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari berbagai instansi terkait, yaitu Badan Pusat Statistik, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan BP3K Wilayah Ciseeng Kabupaten Bogor, Dinas Pembudidayaan dan Perikanan Kabupaten Bogor serta diperoleh dari literatur – literatur yang relevan seperti buku, jurnal penelitian, internet. Data – data tersebut berupa informasi seputar data produksi, luas lahan, produktivitas benih dan lele konsumsi dan informasi terkait lainnya yang mendukung penelitian. Data sekunder digunakan dalam penelitian ini untuk mengisi kebutuhan atas referesi rujukan khusus pada beberapa hal untuk melengkapi data primer. Kedua data tersebut digunakan sebagai sumber peneletian yang kemudian diolah untuk mencapai tujuan tertentu. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data primer untuk analisis nonfinansial yaitu dengan membuat indikator – indikator kelayakan yang ada pada aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek manajemen. Sementara untuk pengumpulan data primer untuk analisis finansial diperoleh melalui wawancara langsung kepada pembudidaya lele dengan menggunakan alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya dan melakukan pengamatan langsung kepada 28 pembudidaya lele yang tergabung dalam Pokdakan Jumbo Lestari. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh melalui penelusuran data dan skenario literature review dengan alat bantu internet, mengunjungi instansi atau lembaga terkait, serta mengunjungi perpustakaan untuk memperoleh informasi yang mendukung penelitian. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis kualitatif dan kuantitatif berdasarkan data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian. Pengolahan data dengan menggunakan metode kualitatif untuk menjelaskan aspek non finansial yang meliputi aspek teknis, aspek pasar, aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek manajemen. Pengolahan data dengan menggunakan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek finansial berupa arus kas, penilaian kriteria kelayakan investasi, yaitu NPV, BCR, IRR, serta analisis sensitivitas dengan menggunakan teknis analisis nilai pengganti switching value dan metode kuantitatif juga digunakan untuk menganalisis optimalisasi budidaya lele dengan menggunakan model linear programming pemrograman linear dengan bantuan software LINDO Linear Interactive and Discrete Optimizer. Hasil pengolahan data primer disajikan dalam bentuk tabel yang kemudian diinterpretasikan dalam bentuk pembahasan. Analisis Kelayakan Non Finansial Penilaian kelayakan aspek nonfinansial didapat dari hasil wawancara terhadap pihak yang mengerti benar tentang komponen per aspek nonfinansial. Selain budidaya lele yang terintegrasi, aspek nonfinansial ini juga membandingkan dengan budidaya lele yang tidak terintegrasi di Kecamatan Ciseeng. Sehingga dapat diperbandingkan tingkat kelayakan nonfinansial antar budidaya tersebut. 1. Aspek teknis Aspek teknis dalam penelitian ini digunakan untuk melihat tingkat kelayakan secara operasional mulai dari perolehan input utama, peralatan yang digunakan, sampai pada pasca panen. Analisis aspek teknis yang akan dinilai terdiri dari lima indikator, yaitu: kemudahan memperoleh benih, jenis teknologi dan peralatan yang baik, peluang terkena hama dan penyakit rendah, kemudahan dalam budi daya dan perawatan, serta kemudahan penanganan pasca panen. 2. Aspek pasar Aspek pasar dalam penelitian ini digunakan untuk melihat tingkat kelayakan berdasarkan identifikasi pasar potensial yang akan dimasuki oleh produk yang dihasilkan, sehingga prospek usaha kedepannya pun nantinya akan jelas. Analisis aspek pasar yang akan dinilai terdiri dari lima indikator, yaitu: kemudahan informasi pasar, peluang permintaan tinggi, mampu berkompetisi di pasar, kemudahan penjualan produk, serta kemudahan memasarkan produk. 3. Aspek sosial Aspek sosial dalam penelitian ini digunakan untuk melihat tingkat kelayakan berdasarkan seberapa besar manfaat positif yang dirasakan oleh pembudidaya dan masyarakat sekitar dari adanya usaha tersebut. Analisis aspek sosial yang akan dinilai terdiri dari lima indikator, yaitu: terjalinnya hubungan yang baik antar pembudidaya, terjalinnya hubungan yang baik dengan pemerintah setempat, menambah pengetahuan dan kemampuan pembudidaya lele, menambah kesempatan kerja, serta meningkatkan mutu hidup pembudidaya. 4. Aspek lingkungan Aspek lingkungan dalam penelitian ini digunakan untuk melihat tingkat kelayakan berdasarkan seberapa besar manfaat ekologi yang dari pengusahaan lele tersebut. Analisis aspek lingkungan yang akan dinilai dari kegiatan budidaya lele tidak menimbulkan pencemaran khususnya pencemaran air dan tidak mengganggu budidaya komoditas lain. 5. Aspek Manajemen Aspek manajemen yang dianalisis dalam penelitian ini adalah mengenai pengetahuan, pengalaman, dan keahlian pembudidaya dan pekerja dalam usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele, kemampuan manajerial dan manajemen pembudidaya dalam kaitannya dengan pengecer dan peran lembaga pendukung. Analisis dikatakan layak apabila kegiatan usaha yang dilakukan telah terkoordinasi dengan baik dalam hal pembagian tanggung jawab pekerjaan. Analisis Kelayakan Aspek Finansial Menurut Hansen dan Mowen 2005, studi kelayakan usaha dikembangkan menjadi dua metode dasar yang mencakup pendekatan keputusan nondiskonto mengabaikan nilai waktu dari uang maupun diskonto mempertimbangkan nilai waktu dari uang. Model nondiskonto mengabaikan nilai waktu dari uang namun banyak perusahaan yang masih terus menggunakannya dalam pengambilan keputusan Hansen dan Mowen, 2005. Model diskonto secara eksplisit mempertimbangkan nilai waktu dari uang sehingga memasukkan konsep diskonto baik arus kas masuk maupun arus kas keluar. Survey – survey yang telah dilakukan menunjukkan bahwa model ini mulai banyak digunakan oleh banyak perusahaan sebagaimana yang dilaporkan oleh Hansen dan Mowen 2005, Graham dan Harvey 2002, Pike 1996 serta Klammer dan Walker 1984. Penenlitian ini menggunakan kelayakan investasi yang menggunakan model diskonto karena mempertimbangkan nilai waktu dari uang. Kriteria kelayakan investasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Net Present Value NPV NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan dalam perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang. Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 NPV0 yang artinya suatu bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat jika dijalankan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut Gittinger 1986: Keterangan: Bt : manfaat pada tahun t Ct : biaya pada tahun t t : tahun skenario bisnis i : tingkat discount rate 2. Benefit Cost Ratio BCR BCR adalah suatu cara evaluasi dengan membandingkan nilai sekarang seluruh hasil yang diperoleh investasi dengan nilai sekarang seluruh biaya investasi. Bisnis layak untuk dijalankan apabila nilai BCR lebih besar dari satu BCR1. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut Gittinger 1986: 3. Internal Rate of Return IRR Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat dibayar oleh investasi untuk sumber daya yang digunakan. Suatu bisnis akan dinyatakan layak jika tingkat IRR lebih besar dari discount rate IRRDR. Rumus untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut: Keterangan: i 1 : discount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 : discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 : NPV yang bernilai positif NPV 2 : NPV yang bernilai negatif 4. Payback Period Payback period PP merupakan kriteria penilaian investasi yang digunakan untuk mengukur seberapa cepat skenario investasi yang dilakukan dalam suatu bisnis dapat kembali Nurmalina et al. 2010. Suatu bisnis dapat dikatakan layak jika payback period-nya lebih kecil dari umur bisnis yang dijalankan. Satuan dari payback period adalah tahun. Secara matematis, payback period dirumuskan sebagai berikut: Payback Period = � �� Dimana: I = Biaya investasi yang dikeluarkan Ab = Manfaat bersih yang diperoleh setiap tahunnya 5. Analisis Nilai Pengganti Swtiching Value Penelitian budidaya lele ini menggunakan teknik analisis nilai pengganti switching value yaitu untuk menilai kelayakan akibat dari perubahan-perubahan yang mempengaruhi kelayakan usaha tersebut. Analisis switching value dapat melihat seberapa besar persentase sensitivitas yang dihasilkan jika terdapat perubahan pada komponen variabel yang mempengaruhi usaha, karena persentase perubahan tersebut belum diketahui secara empirik. Variabel yang digunakan dalam analisis switching value ini adalah penurunan harga jual dan kenaikan biaya variabel. Konsep Linear Programming Pemrograman linear merupakan salah satu pendekatan matematika yang paling sering digunakan dan diterapkan dalam keputusan manajerial. Pemgrograman linear ini berlaku untuk optimasi model dengan fungsi tujuan dan fungsi kendala yang linear dan merupakan metode yang dapat menemukan suatu penyelesaian optimal dengan memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap serangkaian fungsi kendala Muslich 2009; Taha 2003; Siswanto 2007. Pemrograman linear dapat digunakan di berbagai bidang mulai dari pertanian, industri, transportasi, ekonomi, dan bidang lainnya dan juga dapat diterapkan dalam bidang fungsional perusahaan seperti permasalahan persediaan, produksi, pemasaran, distribusi dan sebagainya Taha 2003 dan Muslich 2009. Tujuan dari penggunaan LP adalah menyusun model yang dapat membantu pengambilan keputusan dalam menentukan alokasi optimal dari sumber daya yang dimiliki dalam berbagai alternatif Muslich 2009; Beneke dan Winterboer 1973. Manfaat utama dari LP adalah pengujian terhadap kemungkinan – kemungkinan adanya perubahan dari alternatif yang telah dipilih dapat dilakukan, dan dapat diketahui pengaruh dari perubahan – perubahan tersebut Beneke dan Winterboer 1973; Soekartawi 1992; Nuthall 2011. Pemrograman linear dapat digunakan dengan dua cara yaitu meminimumkan biaya minimisasi dan memaksimumkan total penerimaan atau total keuntungan maksimisasi. Beberapa kondisi utama yang harus ada dalam pemrograman linear menurut Muslich 2009 adalah 1 harus terdapat sumberdaya yang terbatas; 2 ada fungsi tujuan; 3 harus ada linearitas; dan 4 harus ada keseragaman. Senada dengan hal tersebut, Nuthall 2011 menyampaikan beberapa asumsi yang harus ada dalam pemrograman linear, yaitu: 1. Fungsi tujuan merupakan persamaan linear, sehingga tidak ada interaksi antara aktivitas – aktivitas yang ada. 2. Marginal rate of subsitution MRS antar produk yang dihasilkan tidak berubah karena perubahan kombinasi aktivitas produksi. 3. Divisibility, artinya keseluruhan produk dapat diproduksi, seluruh input dapat dibeli dan seluruh sumberdaya digunakan dalam fractional units dapat dibagi – bagi. 4. Certainty, artinya baik harga, biaya, koefisien input-output, hasil panen dapat diketahui secara pasti hasilnya. 5. Finiteness, artinya dalam model pemgrograman linear terbatas pada beberapa aktivitas saja yang dapat dipertimbangkan. Masalah LP berfokus pada penggunaan secara efisien atau alokasi sumberdaya terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Masalah mempunyai beberapa alternatif solusi. Solusi yang dapat memenuhi keseluruhan kendala dan tujuan dari pemrograman disebut sebagai solusi optimal. Permasalahan LP menggunakan hubungan linear yang berhubungan dengan solusi nonnegatif. LP memiliki fungsi linear dari variabel untuk membantu dalam penentuan solusi dari permasalahan yang ada Gass 1975. LP akan memilih alternatif produksi yang tersedia dan kombinasi aktivitas yang dapat memaksimumkan tujuan, biasanya keuntungan. Hubungan antar input, output, dan kendala diasumsikan linear. Pemrograman linear juga akan menentukan sistem maksimisasi keuntungan dalam pertanian yang mendukung atau sesuai dengan permasalahan yang ada pada dunia nyata melalui atribut – atribut ataupun asumsi model linear Nuthall 2011. Model LP memiliki tiga komponen dasar yaitu variabel keputusan, fungsi tujuan dan fungsi kendala. Variabel keputusan merupakan suatu yang ingin dicari nilainya dan dapat mempengaruhi nilai tujuan yang ingin dicapai. Fungsi tujuan merupakan apa yang ingin dioptimumkan, sedangkan fungsi kendala merupakan apa yang harus dipenuhi Taha 2003. Kendala dapat digolongkan ke dalam tiga jenis yaitu makmimun, minimum dan persamaan. Kendala juga dapat digolongkan berdasarkan tujuannya yaitu 1 kendala sumberdaya atau input seperti lahan, modal, tenaga kerja, dan fasilitas produksi; 2 kendala eksternal seperti kebijakan pemerintah dan batasan kredit; dan 3 kendala subjektif, merupakan kendala yang bersumber dari pengambil keputusan sendiri, seperti batasan jumlah kredit yang mampu diambil Beneke dan Winterboer 1973. Model sistematis pemrograman linear disampaikan sebagai berikut Siswanto 2007: Fungsi tujuan: Memaksimumkanmeminimumkan Z = � C j X j Terhadap fungsi kendala: Dimana : X j : variabel keputusan ke-j C i : parameter fungsi tujuan ke-j b i : kapasitas kendala ke-j ɑ ij : parameter fungsi kendala ke-i untuk variabel keputusan ke-j Pemrograman linear memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan dari LP di antaranya: 1 mudah dilakukan, terlebih dengan menggunakan bantuan komputer; 2 dapat menggunakan banyak variabel sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya optimum dpaat tercapai; dan 3 fungsi tujuan dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian atau berdasarkan data yang tersedia. Sementara itu kekurangan dari LP yaitu: 1 penggunaan LP sulit dilakukan secara manual, 2 penggunaan asumsi linearitas, dimana pada kehidupan nyata terkadang asumsi ini tidak sesuai Soekartawi, 1992. Menambahkan kekurangan atau keterbatasan dari LP menurut Beneke dan Winterboer 1973 khususnya dalam perencanaan produksi yaitu: 1. Pemrograman tidak dapat membantu pengambil keputusan dalam memformulasikan harga dugaan di masa yang akan datang. 2. Pemrograman hanya sedikit membantu dalam mengestimasi hubungan input- output, karena metode yang digunakan hanya dapat menentukan jenis dan jumlah data yang dibutuhkan. 3. Pemrograman tidak memperhitungkan risiko. 4. Kesulitan dalam menentukan kendala. 5. Salah satu dari asumsi pemrograman linear adalah setiap tambahan unit output membutuhkan kuantitas yang sama dari input. 6. Aktivitas yang melibatkan penurunan biaya tidak dapat dilakukan dengan cukup dengan metode pemrograman. Pada penelitian ini akan dilakukan dua analisis, yaitu analisis pola produksi lele yang terintegrasi yang optimal dan analisis pascaoptimal. Analisis Pola Produksi Lele Optimal Tujuan yang ingin dicapai dengan model pemrograman linear yang disusun dalam penelitian ini adalah memaksimumkan keuntungan pokdakan Jumbo Lestari yang mengusahakan lele yang telah terintegrasi antara pembenihan dan pembesaran terintegrasi antara pembenihan dan pembesaran pada Pokdakan Jumbo Lestari lebih optimal dibandingkan dengan non integrasi lainnya yang telah dianalisis menggunakan kelayaka bisnis. Aktivitas – aktivitas yang digunakan pada fungsi tujuan serta keterbatasan sumberdaya kendala ditentukan sebagai berikut.

1. Penentuan Aktivitas dalam Fungsi Tujuan

Aktivitas – aktivitas yang digunakan dalam fungsi tujuan pada penelitian ini meliputi aktivitas produksi, aktivitas pembelian pakan yang dibutuhkan dari mulai proses pembenihan sampai pada proses pembesaran diantaranya terdapat pakan untuk benih seperti cacing sutera, tepung pelet, carambol, dan PD III Pellet sementara pakan untuk lele konsumsi yaitu Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3 dan MG Pelet. Aktivitas ini disesuaikan dengan empat skenario yang telah dianalisis dengan menggunakan kelayakan usaha. a. Aktivitas Produksi Aktivitas produksi merupakan aktivitas dalam proses produksi yang dimulaid ari pembenihan sampai dengan pembesaran. Aktivitas produksi lele konsumsi ada yang dimulai dari pembelian indukan lele dan ada juga yang dimulai dari benih 1-2 cm sebagai inputnya yang kemudian dibudidayakan untuk menghasilkan benih 12 cm dan lele konsumsi. Aktivitas ini disesuaikan dengan 5 skenario yang telah dibuat sebelumnya di kelayakan usaha. Adapun lima skenario yang dimaksud yaitu : 1. Usaha pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input indukan untuk menghasilkan benih 12 cm 2. Usaha Pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input indukan untuk menghasilkan benih 1-2 cm dan 12 cm 3. Usaha pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input benih 1-2 cm untuk menghasilkan benih 12 cm 4. Usaha pembesaran lele dumbo dengan menggunakan input 12 cm untuk menghasilkan lele konsumsi 5. Usaha pembesaran lele dumbo dengan menggunakan input 1-2 cm untuk menghasilkan lele konsumsi Biaya yang tercermin dari aktivitas produksi lele ini terdiri atas biaya pupuk kandang, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya. Aktivitas produksi lele pada fungsi tujuan akan mengurangi nilai fungsi tujuan sebesar biaya produksi yang dikeluarkan. b. Aktivitas Penjualan Aktivitas penjualan merupakan aktivitas menjual hasil produksi berupa benih 12 cm dan lele konsumsi. Aktivitas penjualan lele konsumsi dilakukan setiap bulan, namun terdapat jarak waktu selama delapan minggu 2 bulan untuk menghasilkan output benih 12 cm dan tiga bulan untuk menghasilkan lele konsumsi. Artinya, indukan yang dibeli bulan Januari, output berupa benih 12 cm nya dapat dijual di bulan Maret dan output berupa lele konsumsinya dapat dijual di bulan April begitu juga dengan bulan – bulan berikutnya. Model ini diasumsikan siklikal, tidak terikat pada tahun tertentu. Asumsi ini dapat mengakomodasi aktivitas pembelian penjualan yang tidak mungkin tertangkap jika model yang digunakan bukan merupakan model yang siklikal atau berulang. Aktivitas penjualan benih lele ukuran 12 cm dihitung berdasarkan ekor yang dikonversikan ke dalam 1 an bobot Kg yaitu 1 Kg benih ukuran 12 cm sama dengan 16 ekor benih lele. Sementara untuk 1 Kg lele konsumsi sama dengan 8 ekor. Aktivitas ini akan menambah nilai fungsi tujuan sebesar nilai penjualan yang dilakukan. 2. Penentuan Kendala Kendala yang dipertimbangkan dalam model pemrograman linear ini terdiri atas indukan, luasan kolam, ketersediaan pakan, ketersedeiaan tenaga kerja, ketersediaan pupuk kandang, serta ketersediaan transfer produk. a. Kendala luasan kolam Kendala luasan kolam dibedakan atas luasan kolam untuk indukan, luasan kolam untuk pemijahan, luasan kolam untuk pendederan dan luasan kolam untuk pembudidayaan. Kendala luas lahan ini diambil berdasarkan rata – rata luas garapan pembudidaya pada setiap periode tanam, dimana luas lahan ini diasumsikan sama untuk setiap periode tanam. b. Kendala modal milik sendiri. Modal milik sendiri dihitung berdasarkan rata – rata modal milik pembudidaya yang digunakan untuk usahanya, berdasarkan informasi yang diperoleh pembudidaya lele. Kendala modal ini dirinci per periode tanam, dan dinyatakan dalam satuan rupiah. c. Kendala tenaga kerja Kendala ketersediaan tenaga kerja langsung dihitung berdasarkan rata – rata jumlah tenaga kerja langsung yang tersedia setiap bulannya. Kendala ini dinyatakan dalam satuan Hari Orang Kerja HOK. Setiap tenaga kerja bekerja selama 6 jam yang kemudian dikonversikan ke dalam 8 jam dan bekerja selama 30 hari dalam sebulan. d. Kendala ketersediaan pupuk kandang Kendala ketersediaan pupuk kandang juga dihitung dengan satuan Kg. Pupuk kandang digunaan untuk dengan dosis rata-rata 0,36 kg per m2. Fungsi utama pemupukan untuk memberikan unsur hara bagi tanah, memperbaiki struktur tanah dan menhambat peresapan air pada tanah yang tidak kedap air. Penggunaan pupuk untuk dasar kolam sangat tepat karena mengandung unsur – unsur mineral penting dan asam – asam organik utama memberikan bahan – bahan yang diperlukan untuk peningkatan kesuburan lahan dan pertumbuhan plankton. e. Kendala ketersediaan pakan Kendala ketersediaan pakan dibedakan atas dua yaitu pakan bagi benih dan pakan bagi pembesaran. Pakan yang diberikan untuk benih lele berupa cacing sutera, tepung pelet, carambol, dan PD III Pellet sementara pakan untuk lele konsumsi yaitu Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3 dan MG pelet. f. Kendala ketersediaan transfer produk Kendala transfer produk diperlukan untuk menghubungkan antara aktivitas yang satu dengan aktivitas lainnya Beneke dan Winterboer 1973. Pada model pemrograman linear yang digunakan dalam penelitian ini, transfer produk digunakan untuk menghubungkan aktivitas produksi lele dengan aktivitas penjualan lele yang dinyatakan dalam satuan kg bobot hidup. Secara sistematis, model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Maks Z = A 1 X 1 + A 2 X 2 + A 3 X 3 + A 4 X 4 + A 5 X 5 Dimana : Z = Net Present Value NPV yang ingin dimaksimumkan Rp 000 X 1 = Usaha pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input indukan untuk menghasilkan benih 12 cm X 2 = Usaha Pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input indukan untuk menghasilkan benih 1-2 cm dan 12 cm X 3 = Usaha pembenihan lele dumbo dengan menggunakan input benih 1-2 cm untuk menghasilkan benih 12 cm X 4 = Usaha pembesaran lele dumbo dengan menggunakan input 12 cm untuk menghasilkan lele konsumsi X 5 = Usaha pembesaran lele dumbo dengan menggunakan input 1-2 cm untuk menghasilkan lele konsumsi A1,…5 = Nilai NPV yang diperoleh pada skenario 1, 2,3, 4 dan 5 X 1 , X 2 , X 3 , X 4 , X 5 = 0 atau 1 Fungsi tujuan ini nantinya akan mencari skenario yang menghasilkan NPV paling optimal dengan alokasi sumberdaya yang sesuai. Dengan kendala: a. Luas lahan untuk kolam LK LK : LiXi ≤ b Dimana : L i = penggunaan luasan kolam untuk skenario ke i m 2 b = luasan lahan yang tersedia untuk kolam pada skenario ke im 2 b. Ketersediaan Modal Sendiri MS ����≤ c MS : Dimana : L i = penggunaan modal sendiri untuk skenario ke i Rp c = ketersediaan modal yang tersedia pada skenario ke i Rp c. Ketersediaan tenaga kerja TK ��� ≤ d TK : Dimana : Ti = penggunaan tenaga kerja untuk skenario ke i HOK d = ketersediaan tenaga kerja yang tersedia pada skenario ke iHOK d. Ketersediaan pupuk kandang PK ���� ≤ e PK : Dimana : Pi = penggunaan pupuk kandang pada skenario ke i Kg e = ketersediaan pupuk kandang yang tersedia pada skenario ke i Kg e. Ketersediaan pakan untuk pembenihan Pbn ��� ≤ f Pbn : Dimana : Si = penggunaan pakan untuk pembenihan pada skenario ke i Kg f = ketersediaan pakan yang tersedia untuk pembenihan pada skenario ke i Kg f. Ketersediaan pakan untuk pembesaran Pbs ��� ≤ g Pbs : Dimana : Ki = penggunaan pakan untuk pembesaran pada skenario ke 4 Kg g = ketersediaan pakan yang tersedia untuk pembesaran pada skenario ke 4 Kg g. Kendala transfer produk benih 12 cm dan lele konsumsi ��� + � �� ≤ 0 TPB : - Dimana : Ui = rata – rata hasil produksi benih 12 cm dan lele konsumsiKg bobot hidupekor Uis = rata – rata hasil produksi benih 12 cm dan lele konsumsi yang dijual Kg bobot hidupekor JX i = aktivitas jual hasil Kg bobot hidup h. Kendala transfer benih 12 cm per periode tanam TPF = - ∑ � �� �= + ∑ � �� �= + JXi ≤ 0 Dimana : Uit = rata – rata hasil produksi benih 12 cm pada skenario 3 dan 6 Kg bobot hidupekor Uir = rata – rata hasil produksi benih 12 cm yang dibutuhkan untuk lele konsumsi pada skenario 3 dan 6 JX i = penjualan benih 12 cm Kg bobot hidup Konsep dan Asumsi Pengukuran Variabel 1. Pembudidayaan lele dumbo menggunakan input indukan lele dumbo yang dikelola untuk menghasilkan output berupa benih 12 cm dan lele konsumsi 2. Pengelolaan budidaya lele menggunakan kombinasi penggunaan input sumberdaya dengan elemen operasional pentingnya yaitu pakan, tenaga kerja dan pupuk kandang. 3. Jenis pakan yang digunakan untuk pembenihan dan pembesaran berbeda. Pakan yang diberikan untuk benih lele yaitu pakan cacing sutera, pakan tepung pelet, pakan carambol dan pakan PD III pelet. Sementara untuk pakan yang diberikan untuk lele konsumsi yaitu Pelet L1, Pelet L2, Pelet L3 dan MG pelet. 4. Periode yang dibutuhkan dari penetasan benih hingga berukuran 12 cm yaitu 8 minggu, sementara periode yang dibutuhkan dari awal penetasan sampai dengan ukuran lele konsumsi yaitu 90 hari atau 3 bulan. 5. Luasan kolam dibedakan atas luasan kolam untuk indukan, luasan kolam untuk pemijahan, luasan kolam untuk pendederan dan luasan kolam untuk pembudidayaan. Adapun luasan kolam untuk indukan biasanya 2x5 meter dengan kedalam 1.5 meter yang dapat memuat 60 ekor indukan, untuk pemijahan 2x4 meter dengan kedalam 1 meter, untuk luas kolam pendederan pembenihan 2x4 meter dengan kedalaman 50 cm, dan untuk luasan kolam budidaya yaitu 4x5 meter dengan kedalaman 1 meter yang dapat menampung benih ukuran 12 cm sebanyak 5000 ekor untuk pembesaran. 6. Indukan lele dumbo memproduksi telur berkisar 20.000 sampai 30.000 butir telur per kg dengan derajat penetasan telur lebih dari 80. 7. Nilai Feeding Convertion Rate FCR lele dumbo yaitu 0.8 kg pakan artinya untuk menghasilkan 1 kg daging dibutuhkan 0.8 kg pakan. 8. Output berupa benih lele ukuran 12 cm dihitung berdasarkan ekor yang dikonversikan ke dalam 1 an bobot Kg yaitu 1 Kg benih ukuran 12 cm sama dengan 16 ekor benih lele. Sementara untuk 1 Kg lele konsumsi sama dengan 8 ekor 9. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi dalam satu musim tanam, baik yang berasal dari dalam keluarga maupun luar keluarga. Dalam teknis perhitungan, digunakan konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga kerja pria sebagai ukuran baku. Tenaga kerja wanita dikonversi ke dalam HKP dengan angka konversi yang diperoleh dari hasil pembagian antara rata – rata upah tenaga kerja wanita dengan rata – rata upah tenaga kerja pria. 10. Produksi total adalah total produksi pada sebidang kolam dengan luas lahan tertentu dalam satu musim tanam, yang diukur dalam satuan kilogram lele. 11. Benih lele 12 cm dan lele konsumsi dijual dalam wujud hidup, artinya tidak ada proses pemtongan di Pokdakan Jumbo Lestari. Bobot akhir benih 12 cm dan lele konsumsi saat penjualan dinyatakan dalam satuan kg bobot hidup. 12. Benih lele ukuran 12 cm yang dijual adalah 20-25 dari total produksi benih 12 cm, sementara sisanya digunakan untuk budidaya lele konsumsi. 13. Penerimaan Pokdakan Jumbo Lestari dalam penelitian ini merupakan penerimaan yang bersumber dari penjualan benih 12 cm dan lele konsumsi. Penerimaan ini merupakan hasil kali antara harga jual Rpkg bobot hidup dan total bobot akhir yang dijual kg bobot hidup. Penerimaan yang bersumber selain dari penjualan benih 12 cm dan lele konsumsi tidak diperhitungkan dalam model yang dikembangkan dalam penelitian ini. 14. Biaya produksi yang diperhitungkan dalam model yang dikembangkan pada penelitian ini merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian indukan, pembayaran upah tenaga kerja dinyatakan dalam satuan rupiah per ekor dan pembelian pakan, pembelian pupuk kandang, pembelian obat – obatan yang dinyatakan dalam rupiah per kg. 15. Model optimalisasi ini adalah model linear, sehingga keseluruhan koefisien yang digunakan dalam model memenuhi asumsi dasar program linear, yaitu linearitas, proporsionalitas, additivitas, divisibilitas, dan deterministik.